14. GUS GALAK

209 39 0
                                    

HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

"Ucapan adalah Doa. Maka dari itu jangan asal berbicara. Tidak ada yang tahu jika ucapan buruk kita akan diamiinkan para malaikat menjadi makbul dikemudian hari."

▪︎🦋▪︎

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya seseorang yang baru menyelesaikan perkenalan diri di kelas yang akan dia ajari para muridnya.

Refleks, seluruh para santri putri yang ada didalam kelas itu mengacungkan tangan. Gus Alshad terdiam, bingung untuk memilih pertanyaan dari siapakah yang lebih dulu akan dia jawab.

"Baik, ukhti paling belakang." Para santri putri yang tak terpilih mendesah kecewa sedangkan santri yang telah ditunjuk itu senang bukan main.

Dia berdiri lalu sedikit menundukkan tubuh. "Gus, saya izin," ucap santri itu.

Seluruh mata memandangnya dengan sorot penuh tanya. Gus Alshad mengangguk.

"Ya?" sahut gus Alshad bertanya.

Tak tahan menahan senyumnya, santri itu menutup mulutnya masih dalam keadaan menunduk. Menjaga pandangan dengan orang yang bukan mahramnya.

"Nggih, saya izin buat menyebut nama gus disetiap sujud saya disepertiga malam," jawabnya membuat para santri lainnya heboh bersorak.

Gus Alshad berdeham memecah keributan. "Boleh saja asalkan jangan sampai membuat seseorang yang namanya tertulis di Lauhul mahfuz untuk saya cemburu mendengarnya."

Kala itu juga semuanya tertampar oleh keadaan. Mereka memegangi dada masing-masing berusaha menetralkan detak jantung yang berdebar tak karuan. Apa yang diucapkan gus Alshad tadi membuat mereka berpikir, 'wah, istrinya gus Alshad nanti pasti akan menjadi orang yang bahagia di Dunia ini.'

Harapan mereka ingin menjadi istri gus Alshadpun meninggi. Tak terbayangkan bagaimana sakit hatinya jika gus Alshad benar-benar akan menikahi ning Fitri.

"Pertanyaannya cukup segitu saja. Perlu saya sampaikan jika disaat saya mengajar tidak ada yang nyeleneh sedikitpun. Lebih baik izin keluar kelas dibanding tidak fokus disaat saya mengajar--"

"--dan saya tidak akan segan untuk menghukum santri yang bermain-main saat pelajaran berlangsung."

Nyali para santri menciut. Ternyata memiliki sisi horor juga gus tampan satu ini.

Salah satu santri mengacungkan tangan. Gus Alshad menatapnya dengan tatapan datar. "Silahkan."

Santri itu mengangguk. Selaku ketua kelas di kelas ini ada hal yang perlu dia tanyakan. "Nggih, gus. Kalau boleh tahu hukuman apa saja yang akan gus berikan?" tanyanya.

"Pertanyaan yang bagus," puji gus Alshad bangkit dari kediamannya.

"Saya akan memberikan hukuman sesuai dengan kenalakan apa yang diperbuat. Semakin fatal kenakalannya maka semakin banyak hapalan yang akan saya berikan."

Serempak para santri menepuk jidat.

Gus satu ini berbahaya.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang