28. KETAHUAN

166 31 0
                                    

BANTU RAMEIN TEMAN²
HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

"Kita tidak tahu takdir tuhan bagaimana. Apa Allah menakdirkan kita berjodoh? Maka dari itu kita jangan mendahulukan takdir. Aku tidak mau Allah cemburu saat melihatku lebih mencintai hambanya dibanding penciptanya."

▪︎🦋▪︎

Sorenya Asma terlihat mengendap-endap di belakang Asrama putri. Ia kebingungan mencari jalan keluar untuk pergi menemui Zidan yang mungkin sudah berada di Warteg sekitar pesantren menunggunya.

Asma tersenyum saat mendapati gerbang di belakang Asrama. Gerbang tua yang ia yakin pintunya takkan bisa terbuka. Gerbang yang berukuran tinggi membuat harapannya untuk keluar hampir memusnah.

"Bismillah, Asma pasti bisa."

Gadis itu mendekat kearah gerbang yang sudah dipenuhi tumbuhan merambat. Perlahan ia mulai mengcosplay jadi monyet, memanjat, merangkak naik supaya bisa keluar dari kawasan pesantren ini.

▪︎🦋▪︎

"Ummi tau? Kemarin Alshad cemburu lihat mas digombalin Asma," ucap gus Abizar mengadu kepada sang ummi.

Gus Alshad yang sedang murajaah disekitar sana terganggu. Ia memicingkan mata menatap tajam gus Abizar. Sedangkan ummi Fatimah sudah cengo mendengar hal itu.

"Mas Abi juga bilang kalau dia ingin taaruf sama ustadzah Amira, mi."

Pupuslah harapan gus Abizar untuk merahasiakan itu. Mereka berdua saling adu tatap. Tak terima jika rahasia masing-masing dibeberkan. Ummi Fatimah ingin tertawa saat ini melihat kedua putranya sepertinya akan perang mulut.

"Jadi, sudah masing-masing punya calon ya?" tanya ummi membuka suara membuat gus Alshad dan gus Abizar berhenti saling adu tatap.

"Siapa yang mau duluan mengkhitbah. Mas Abi atau mas Alshad? Ummi jadi nggak sabar."

Gus Abizar yang lagi-lagi ingin cepu langsung terdiam kala gus Alshad sudah menatapnya tajam. Ning Shafa dan ning Marwah datang. Dua gadis itu menyalimi abangnya dan umminya dengan tadzim.

"Mas Alshad, temanin Shafa ke Asrama putri yuk buat cari kak Asma. Shafa punya PR Matematika."

Pucuk dicinta mulanpun tiba. Susah-susah ia menahan gejolak didada agar tak ada yang menyebut nama Asma. Eh malah duo curut ingin mengajaknya bertemu dengan seseorang yang berhasil memikat hatinya. Gus Alshad berdeham lalu menatap ummi.

"Ditemani Shafa kan? Yasudah tak apa. Asal jangan curi-curi pandang ke santriah lain."

Gus Alshad bangkit bersamaan dengan ning Shafa. Gus Abizar yang berada disebelah ummi sudah senyum-senyum sendiri melihat sang adik akan menemui santriah yang katanya ia sukai. "Semangat gus." Begitu kata gus Abizar. Lagi-lagi gus Alshad menajamkan pandangan.

Sesampainya di Asrama putri, ning Shafa terlebih dulu mencari keberadaan Asma di kamar Khadijah. Sedangkan gus Alshad tak ikut masuk dan berdiri di perbatasan yang terdapat palang bertuliskan kawasan putri. Meskipun begitu banyak santriah yang mencuri pandangan. Berteriak histeris kala melihat gusnya berdiri disana.

Tak berapa lama, ning Shafa datang dengan wajah yang murung. "Kak Asma nggak ada. Kata kak Iffah nggak tau kemana."

Gus Alshad mengangguk. "Lain kali saja, nanti mas yang ajarin."

Ning Shafa menggeleng. "Nggak mau. Kalau sama mas, Shafa kurang paham. Mau sama kak Asma saja."

Pria itu memejamkan mata lalu menghela napas. "Memangnya kak Asma ada? Tidak kan?"

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang