BANTU RAMEIN
HAPPY READING▪︎🦋▪︎
"Ana uhibbukafillah ya zawjati."
"Artinya apa gus?"
▪︎🦋▪︎
Dipaksa mengkhitbah ning Fitri membuat Alshad bolak balik melaksanakan sholat istikharah. Berharap jika Allah memberikan keputusan yang terbaik kepadanya.
Bukannya menenang, Alshad rasa ia malah tidak yakin dengan ning Fitri dan selalu memimpikan gadis dengan gamis coklat mocca. Alshad tak tahu siapa sosok gadis yang selalu menggentayangi mimpinya.
Seorang gadis yang membuat ia semakin ragu kepada ning Fitri hingga suatu hari kecelakaan terjadi dimana ia melihat seseorang yang terjatuh di Selokan. Tak sengaja melihat wajah itu membuat Alshad merasakan deja vu.
Selang beberapa minggu, gadis yang baginya tak asing tiba saja berada di Pondok pesantren milik abahnya. Alshad jadi yakin jika Asma itu adalah sesosok gadis yang pernah ada didalam mimpinya.
Kala ijab terqabul kemarin malam, ia melihat Asma terduduk menunduk dengan pakaian coklat moccanya. Disitulah, gus Alshad yakin jika Allah telah menakdirkan Asma untuknya. Bukan ning Fitri.
▪︎🦋▪︎
"Yakin tidak mau tidur di Ndalem saja?"
Asma menggeleng. Keluarganya sudah pergi meninggalkan Pesantren baru saja dan mengatakan akan menginap di salah satu hotel terdekat sini dan akan kembali besok pagi ke Pesantren untuk membicarakan resepsi pernikahan mereka. Namun ada satu hal yang membuat Asma ingin menjerit sekerasnya dan mengatakan bahwa ia malu jika dipaksa seperti ini.
"Nggak gus, Asma takut nanti teman-teman bingung mencari Asma," tolak Asma secara halus.
"Masih saja memanggil saya gus? Saya suamimu Asma."
Ah! Tolonglah Asma. Jika terlalu lama bersama gus Alshad sama saja membiarkan wajahnya memerah seperti udang rebus.
"Kalau Asma mau manggil aneh, nanti santri-santri jadi curiga gus. Mereka semua belum tahu dengan pernikahan kita," ucap Asma.
Gus Alshad tersenyum melihat Asma yang berusaha menahan ekspresi didepannya. Ia tahu Asma tengah malu-malu kucing. Berdeham pelan, tangan gus Alshad terulur menarik tangan Asma. Membalik tubuh gadis itu agar menghadapnya lalu memeluk gadis yang telah sah jadi istrinya itu.
Seketika tubuh Asma menegang. Pasokan oksigennya menipis. Malam yang semula dingin menjadi panas. Gus Alshad memeluknya di pelataran ndalem.
"Gus lepas, nanti bisa dilihat orang lain."
"Tidak apa, toh kamu istri saya. Sah-sah saja jika saya memelukmu."
Asma mendengus. "Gus kok jadi nyebelin sih. Lepasih ah. Asma malu, gus."
Pria itu terkekeh pelan. "Jadinya sekarang sudah punya rasa malu? Alhamdulillah kalau begitu. Tapi saya tidak mau melepaskanmu sebelum kamu berhenti memanggil saya dengan sebutan gus."
Terdengar helaan nafas pada seseorang yang sedang dipeluk gus Alshad. Ia memberanikan agar mendongak menatap wajah tampan sang suami. Sungguh! Tampannya membuat Asma kejang-kejang ditempat.
"Memangnya gus mau Asma panggil apa? Kakak? Mas? Abang? Atau Aa'?"
Baru saja gus Alshad akan menjawab namun lebih dulu Asma memotong pembicaraan itu. Sungguh Asma tidak sopan karena memotong pembicaraan suami termasuk perilaku yang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)
Novela Juvenil[FOLLOW AKUN SEBELUM MEMBACA] [TAHAP REVISI] [END] Wajar jika remaja yang masih mengalami masa labil namun akan disebut kurang ajar jika yang mengalami itu adalah Asma. Dia, Asma Nadia gadis cantik yang sikap kelabilannya sudah israf. Asma itu menci...