11. MENUNDA LAMARAN

174 43 4
                                    

HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

Sudahlah, berharap kepada manusia memang menyakitkan. Berharap yang terbaik adalah berharap kepada sang pencipta, Allah SWT.
•Aku, Kamu, Dia dan Pilihan Tuhan•

▪︎🦋▪︎

"Sebelumnya, saya meminta maaf atas keputusan saya hari ini. Saya sama sekali tidak berniat untuk mengecewakan ning Fitri hanya saja saya masih ragu untuk mengkhitbah beliau."

Seseorang yang namanya disebut Alshad terus menunduk, menghindari pandangan dengan pria yang baru saja berbicara sedemikian membuat hatinya tercubit, sakit. Orang tua dari ning Fitri hanya mengangguk menerima keputusan seseorang yang membatalkan niat untuk melamar putrinya.

Keputusan pria itu sudah baik karena membatalkan acara lamaran daripada ia teruskan namun masih ragu dan ditakutkan akan mengecewakan ketika sudah mengkhitbah ning Fitri.

Panggil saja gus Alshad. Anak kedua dari abah Dzikri dan ummi Fatimah. Pemilik pondok pesantren Jannatul Firdaus. Tentang Fitri, dia adalah seorang ning di pondok pesantren tersebut karena orang tua ning Fitri juga memiliki pesantren namun memondokkan anaknya di Pesantren milik abah Dzikri dan ning Fitri juga sahabat kecil gus Alshad. Maka dari itu, saat mendengar keputusan gus Alshad sangat membuat hatinya sakit. Apa gus Alshad tidak mencintainya?

Lalu tasbih kemarin? Bukankah itu hanya membuat dirinya berharap terlalu jauh?

Sudahlah, berharap kepada manusia memang menyakitkan. Berharap yang terbaik adalah berharap kepada sang pencipta, Allah SWT.

"Baiklah, saya terima keputusan kamu karena jika diteruskan, takutnya anak saya lebih kecewa karena kamu masih ragu. Lagipula ini baru akan lamaran bukan akad," ucap Kiyai Hasan Abdullah, abinya ning Fitri.

"Alhamdulillah jika keluarga ning Fitri menerima keputusan saya."

▪︎🦋▪︎

Gus Alshad menatap ummi Fatimah yang sedang memasak di Dapur ndalem. Padahal masih banyak santri dan yang bertugas yang bisa menggantikan umminya namun ummi Fatimah mengatakan bahwa hari ini ia ingin membantu mbak Zainab, tukang masak yang ditugaskan membuat makanan untuk santri dan santriah pondok pesantren Jannatul Firdaus.

"Ummi sudah selesai? Alshad mau bicara penting mi," ucap lelaki itu sedikit memelaskan wajah.

Ummi Fatimah mengangguk. Ia mendekat kearah anaknya yang duduk di kursi. Tangan wanita yang terbalut headsock itu terulur mengelus pundak Alshad.

"Kita bicara didalam saja ya gus?" Alshad mengangguk.

Sesampainya di Ruang keluarga, ummi mendudukkan dirinya terlebih dahulu disofa kemudian disusul Alshad yang menjatuhkan tubuhnya di atas hamparan karpet bulu. Posisinya tak sejajar dengan ummi Fatimah, Alshad mendekat lalu bersandar di kaki umminya yang menjuntai.

Tangan Alshad terulur melepas peci putihnya membiarkan tangan sang ummi mengelus rambut hitam pekat klimis itu.

"Ummi, maaf kalau Alshad buat kecewa ummi karena membatalkan lamaran untuk ning Fitri." Ummi Fatimah mengangguk. Senang, atas putranya yang menyadari dan mau meminta maaf. Karena yang meminta gus Alshad melamar ning Fitri adalah umminya bukan kemauan Alshad sendiri.

"Alshad masih tidak yakin mi. Setelah melaksanakan solat isktikharah tiga kali, hati Alshad semakin tidak yakin. Itu kenapa mi?"

"Mungkin ning Fitri bukan jodohmu, gus." Ummi Fatimah hanya bisa membatin.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang