"Mampir dulu?"
"Kapan-kapan aja. Saya masih ada kerjaan."
"Weekend juga kerja?"
Chania nggak percaya sama omongan Mario. Orang gila mana yang masih kerja di akhir pekan? Well, kalo di compare sama kesibukan Mario, Chania emang nggak ada apa-apanya. Bagai langit dan kerak bumi.
"Begitulah." Balas Mario sekenanya.
"Duit lo banyak banget pasti. Gue boleh request mahar nggak? Kalo boleh gue mau seperangkat kamera lengkap sama alat-alat penunjangnya. Kamera buat ngevlog gitu. konfigurasi minimal 50 megapixel. Hehe."
"Kamu mau malu-maluin saya?"
Bukannya apa, nama Mario udah cukup besar di kalangan pengusaha properti dan real estate. Duitnya banyak, ya kali kamera doang dijadiin mahar nikah. Mau di taruh ke mana mukanya?
"Kenapa? Kurang banyak? Ya udah, tambahin sama kursi gamers."
Mario memutar matanya gemas. Chania benar-benar anti mainstream. Kebanyakan perempuan mintanya perhiasan atau barang-barang branded. Tapi Chania malah minta yang aneh-aneh.
"Kamu mau ngapain sama benda-benda itu, Chania?" Tanya Mario.
"Ada deh, pokonya beli aja. Eh, tapi jangan bilang-bilang Bunda."
"Gimana ceritanya Bunda Yuri nggak boleh tau?"
"Hehe. Kalo gitu nggak usah dijadiin mahar."
"Ck."
"Mario harus beli kamera buat Chani. Duit Mario kan banyak, mobil aja Porsche, kamera doang mah kecil."
"Kamu cerewet banget."
"Mario keren banget. Beliin Chani kamera ya? Ya? Ya?"
Lobang hidung Mario kembang-kempis gara-gara nahan gemas. Sumpah, Chania imut banget! Pengen uyel-uyel pipi perempuan itu tapi Mario harus tetap jaim.
Tahan Mario... tahan...
"Belum apa-apa kamu udah morotin saya." Balas Mario.
"Gue kan mintanya buat mahar, tapi elonya nggak mau. Jadi bukan salah gue dong."
"Terus salah saya gitu?"
"Salah Bunda, hehe."
Mario mendengus kecil. Nggak tau harus jawab apa. Perempuan disampingnya sangat pandai berkilah. Omong-omong soal Bunda Yuri, calon mertuanya itu sedang mengintip di balik jendela lantai 2.
"Itu Bunda kamu, kan?"
Chania mengikuti arah pandang Mario. Mata perempuan itu membulat sempurna saat mendapati Bunda-nya terang-terangan mengintip mereka.
Nggak salah juga sih, orangtua mana yang nggak curiga kalo putrinya betah berduaan di dalam mobil sama seorang laki-laki? Untung masih siang, kalo enggak pasti bakal kena grebek satpam komplek.
Apa lagi kaca mobil Mario gelap banget. Cocok buat pasangan mesum. Chania jadi makin curiga kalo Mario memang doyan jajan.
"Gue turun sekarang. Bye, Mario." Jujur Chania agak takut berdua-duaan sama Mario.
Nggak ada balasan dari Mario. Chania udah menutup rapat pintu mobil sebelum lelaki itu sempat membuka mulutnya.
Terserah kalo Mario menganggapnya nggak sopan. Chania harus menemui Yuri sebelum Bunda-nya ingkar janji. Kamera Chania masih berada di tangan Bunda, ingat?
Well, kirain Chania takut di apa-apain Mario. Atau mungkin dia nggak mau di ledekin Bunda karna lama-lama berduaan sama Mario. Taunya gara-gara kamera doang. Dasar kampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Wife (END)
FanfictionArranged marriage; stranger to lover :)) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+