"Bisa nggak?"
"Bisa."
Mario merasa skeptis mendengar jawaban Chania. Soalnya gerakan perempuan itu dibatesin perut gedenya.
Agak miris sih liatnya, Chania yang biasanya lincah banget kayak gasing malah jadi melempem sejak kandungannya menginjak usia 4 bulan.
"Biar Papa bantu, bahaya."
Mario kembali nurunin standar motor, bermaksud bantuin Chania naik ke atas jok motor.
Motor NMAX, tau sendiri gimana ribetnya motor itu pas dinaikin perempuan hamil kan?
Jangankan perempuan hamil, orang biasa kudu ngangkang selebar mungkin biar bisa naik dengan mudah. Mana joknya lebar banget.
"Aduh, ini aman nggak sih?" Chania tiba-tiba ngeri bayangin badannya kejengkang ke belakang.
"Kita naik mobil aja ya?" Saut Mario dengan wajah khawatirnya.
"Nggak mau, Mama pengen naik motor biar bisa peluk Papa."
Mario menghela napas pasrah. Susah emang punya istri kepala batu. Diceramahin, ntar Mario-nya diceramahin balik. Didiemin, malah makin ngelunjak.
"Pegangan yang erat." Titah Mario sebelum lajuin motornya.
Badan mereka kehalang perut Chania, jadinya Chania cuma bisa ngeratin genggamannya di kedua sisi kaos oblong Mario.
"Nggak bisa peluk?" Mario nanya sambil noleh ke belakang.
"Susah, Papa." Jawab Chania.
Bisa aja sih sebenernya, tapi Chania harus nungging banget, sayangnya pinggang Chania bakal sakit kalo nungging terlalu lama.
"Ya udah, hati-hati. Jangan sampai lengah."
Kebalik nggak sih? Harusnya Mario yang hati-hati.
Pelan-pelan Mario tarik gas sambil sesekali nengok muka Chania dari kaca spion. Mario tersenyum tipis liat ekspresi si gemes.
Chania pake helm bogo jatuhnya mirip pororo tau nggak? Itu lho, pinguin gemes yang ke mana-mana pake helm.
"Tempat biasa Mama beli sate Padang di mana?"
"Hah?!"
"Tempat biasa Mama beli sate Padang di mana?!" Ulang Mario nggak kalah ngegas.
Struggle-nya para pengguna motor ya gini, nggak bisa ngobrol santai, suara mesti naik sampe 6 oktaf. Apalagi kalo si rider sama si penumpang sama-sama pake helm.
"Nggak usah teriak-teriak lo, boneng! Gue nggak budek!"
Sendirinya juga teriak padahal.
Mario ogah nanggepin ucapan Chania. Tangannya bergerak ngusap dengkul Chania trus ngasih senyum tampan andalannya.
Yang lebih muda berjengit heran, saling bertatapan dari kaca spion.
"Apa sih?" Ketus perempuan itu.
"Mau beli sate di mana, sayang?"
"Di Bukittinggi."
Ya kali.
"Serius, Mama. Papa nggak terlalu tau daerah sini."
"Setelah lampu merah langsung belok kiri, ntar nemu alun-alun, di situ banyak yang jual makanan." Jawab Chania akhirnya.
"Higienis nggak?"
Yang namanya makanan pinggir jalan mana ada yang higienis? Kalo pun ada paling cuma pencitraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Wife (END)
FanfictionArranged marriage; stranger to lover :)) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+