Fokus Mario seketika pecah sebab panggilan telepon dari seseorang yang dia yakini salah satu karyawannya.
Tanpa ngalihin pandangan dari dokumen yang sedang dia baca, Mario segera ngeraih gagang telepon, lalu nempelin benda memanjang itu ke daun telinganya.
"Halo." Sapanya lebih dulu.
"Selamat siang, Pak Mario. Ini saya, Raya. Saya mau memberi tahu kalau Bu Chania sedang menunggu Bapak di lobby kantor."
Kening Mario berkerut dalam setelah sosok di seberang telepon menyelesaikan kalimat. Tumben Chania nggak langsung naik ke atas? Heran Mario.
"Kenapa nggak langsung naik ke atas?" Tanya Mario akhirnya.
"Mm, itu, Pak. Bu Chania lagi nangis."
"Dia datang sendiri?" Muka Mario seketika berubah gundah.
Laki-laki itu bergerak acak, ngumpulin dompet, kunci mobil, sama jam tangan yang tersebar di atas meja. Kali aja Chania minta di antar pulang.
"Tadi di antar Mas Jeremy, tapi Mas Jeremy-nya sudah pergi." Balas Raya.
Raya itu Resepsionis yang dulu pernah di ancam sama Chania gara-gara nggak bolehin Chania ketemu Mario.
"Saya ke sana sekarang, tolong jagain istri saya, jangan biarin dia pergi ke mana-mana."
Abis ngomong gitu Mario langsung balikin gagang telepon ke tempat semula. Gerakan Mario nggak ada lembut-lembutnya. Terlalu terburu-buru, Mario pake jas, trus lari-lari kecil keluar dari ruangannya.
Cklek
"Pak--"
"Nanti saya kabari lagi. Kalau ada yang nyariin, bilang saya sedang sibuk dan nggak bisa di ganggu." Ucap Mario dalam satu tarikan napas.
Zayn di buat bingung. Dia belum selesai ngomong padahal, tapi si bos lebih dulu nyela omongannya. Dasar atasan prik. Gerutu Zayn dalam hati.
Untung Mario lagi buru-buru, soalnya dia bakal ngamuk kalo liat wajah julid Zayn. Nyatanya kesabaran Mario cuma aktif pas berada di rumah, kalo di kantor jangan harap. Galaknya ngalah-ngalahin cewek PMS.
Suara dentingan lift-- tanda kalo Mario udah sampe di lantai tujuan, sontak buat calon Papa itu berdiri lebih tegap.
Walaupun hati kalut, tapi wibawa di depan karyawan harus tetap di jaga ya, nggak?
"Nia!"
"Omar."
Chania bangun hampiri suaminya. Kondisi perempuan itu jauh banget dari kata baik-baik aja.
Serius deh, Mario nggak pernah liat Chania sekacau sekarang. Dan hal itu jelas buat Mario mengutuk dirinya sendiri.
"Sayang, kenapa?" Tanya Mario setelah berhasil bawa Chania ke pelukannya.
Nggak ada respon berarti dari yang lebih muda. Chania justru makin nangis kejer mendengar suara lembut Mario.
"It's okay, Papa is here."
Mario ngeratin pelukannya di punggung Chania, trus ngecup puncak kepala Chania berkali-kali. Mereka masih di lobi kantor, omong-omong.
Nggak kebayang betapa hebohnya karyawan Mario karna berhasil nangkap momen si Pak bos kaku lagi ngebucinin bininya.
Ada yang bisik-bisik manja, ada juga yang diam-diam ngambil gambar pake hape.
Beneran langka loh ini, jangankan Mario yang jarang buka sosmed, seorang Chania pun jarang banget up tentang kehidupan rumah tangga mereka. Padahal Mario cukup menjual kalo jadi publik figur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Wife (END)
FanficArranged marriage; stranger to lover :)) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+