17

3.8K 312 44
                                    

Wajah tenang Mario adalah hal pertama yang tertangkap mata bulat Chania. Mario masih tidur. Posisi tidurnya telungkup kayak bocil tapi mukanya ngadep Chania.

Chania tiba-tiba majuin bibirnya trus ngecup kilat bibir Mario. Semalem mereka emang sempat cekcok, tapi ujung-ujungnya malah ngewe.

Padahal Chania udah berencana bakal nahan jatah Mario sampe satu minggu ke depan, tapi pas Mario buka celana trus mainin buldoser panjangnya, Chania langsung bertekuk lutut, nggak tahan dia sama kintil super power Mario.

"Om, bangun. Kerja, jangan libur terus." Idung Mario di capit sampe laki-laki itu susah napas.

"Bentar lagi, Nia."

Duh, suara Mario di pagi hari emang ngalah-ngalahin suara biola, renyah parah.

Chania naik ke atas punggung Mario, trus nyipok tengkuk kinclong suaminya. Setelah nikah Chania jadi lebih agresif nggak. Dulu-dulu galak banget kalo digodain Mario, tapi sekarang justru dia yang kesenengan.

"Suami Chani yang paling keren, ayo bangun. Trus mandi, trus sarapan, trus pergi kerja biar bisa beli rumah."

"Rumahnya udah ada, mau pindah hari ini juga bisa."

Mario tuh arsitek arsitek terkenal, pengusaha properti juga, ya kali nggak punya rumah sendiri? Chania mah tinggal milih mau nempatin yang mana.

Di Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Manado, Timika, terserah! Bahkan di luar negeri pun nggak masalah. Semua bisa.

"Apartemen?" Tanya Chania.

"Rumah 3 lantai di Andara."

"Waduh! Tetanggaan sama Cipung dong?"

"Iya, beda blok doang."

"Serius?" Mario nganggukin palanya.

Gila sih, kalo beneran Chania bisa tetanggaan sama Sultan Andara, dia pasti lebih mudah masuk circle artis papan atas, ya kan? Nggak sabar pengen hangout sama Nagita Slavina, trus ngonten bareng, trus—

"Jangan halu dulu, rumahnya lagi di renov."

"Ck. Ganggu lu! Tapi Om, katanya udah bisa pindah hari ini?"

Chania nggak salah denger kok, tadi Mario emang bilang gitu.

"Pindahnya ke apartemen dulu, gimana? Nggak bakal lama, paling 2-3 minggu lagi selesai di renov."

"Nggak usah lah, mending tinggal di sini dulu, atau di rumah Mami juga boleh. Chani nggak suka tinggal di apartemen, sepi, Chani merasa terisolasi."

Lebay.

"Ya udah, terserah apa kata Nyonya Mario." Pagi-pagi udah ngegembel.

Chania nenggelamin mukanya di punggung Mario. Perempuan itu bergumam nggak jelas. Salah tingkah. Mereka berhimpit-himpitan tanpa sehelai pun benang. Udah kayak ikan sarden tau nggak?

"Pentil kamu keras lagi, Nia. Sini aku emut."

"Ihhh! Omar nakal!"

"Ayo baring." Mario narik bahu Chania biar tuh cewek turun dari punggungnya.

Chania selalu gitu, mulut doang sok-sokan nggak mau, padahal kacangnya udah nyut-nyutan minta di garuk. Gatel banget bininya Mario.

"Pelan, Om— ohh..."

Heran Chania tuh, Mario nggak ada lembut-lembutnya. Lama-lama bisa copot itu tetenya.

"Om, yang satunya jangan dianggurin."

Chania ngelus-ngelur rambut Mario. Udah kayak busui aja, bedanya si Mario bukan sembarang bayi.

"Kamar mandi yok?" Ekspresi Mario udah needy banget.

Oh My Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang