⚠Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠
Happy Reading🧚♀️
•••
Amora turun dari motor, membuka Helm lalu memberikannya kepada Okky.
"Langsung istirahat yah,"
"Iya."
Okky menatap wajah indah Amora. Walaupun terlihat tak bersemangat, tetapi wajahnya tetap saja cantik.
"Yaudah kalau gitu aku pulang dulu,"
"Hati-hati."
Amora melambaikan tanganya. Perlahan tubuh Okky sudah tidak terlihat. Lalu Amora memasuki perkarangan rumahnya.
Amora mengeryit saat pintu rumah terbuka. Dengan langkah cepat Amora pun menghampiri papahnya yang sedang berbicara dengan Bi Ipah dan Pak Dayat.
"Loh, Papa kok udah pulang? Mama sama Vanya mana pah?" Tanya Amora lalu duduk disebelah Beni.
Beni terlihat menghela nafas berat. "Amora, dengerin Papa. Mulai sekarang Pak Dayat sama Bi Ipah, tidak akan bekerja lagi disini,"
"Tapi kenapa Pah?"
"Nanti papa akan ceritain semua nya, sekarang kamu bantuin mereka beres-beres dulu."
Lalu Amora pun membantu membereskan keperluan Bi ipah dan Pak Dayat.
"Neng kita akan pulang kampung, dan rumah kita yang disini sudah dijual. Neng Amora disini baik-baik yah," pesan Bi Ipah.
"Tapi Bi, nanti aku sendirian disini, aku takut bi. Kenapa kalian gak tetap tinggal disini aja, kenapa rumah kalian malah dijual, kalian udah gak sayang sama Amora lagi yah?"
"Kita sayang kok sama neng, sebenarnya ini berat buat bibi, dan bapak. Kalo neng kangen, insyaallah bibi akan usahain buat ketemu neng,"
"Iya Bi."
***
Malam pun tiba. Amora berjalan pelan ke lantai bawah, perlahan matanya melihat ruangan yang begitu sepi. Orang yang berada disekitarnya nya, satu persatu pergi meninggalkannya sendiri.
"Hufthh... Papa mana yah?"
Amora mencari keberadaan papanya, rupanya papa nya sedang berada di ruangan kerja. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45. Dan Beni sudah terlelap di depan layar komputer yang masih menyala.
Lalu Amora menghampiri papahnya, merapihkan berkas-berkas yang berada dimana-mana. Tak sengaja kakinya menginjak satu berkas yang berada di bawah.
Amora pun mengambilnya dan melihatnya.
"Bukannya ini perusahaan milik papahnya Okky?" Guman Amora pelan.
"Eughh..."
Amora melihat papahnya yang sedang mengeliat.
"Eh, Mora kenapa kamu ada disini?"
"Enggak kok pah, tadi aku nyari papah, rupanya ada disini,"
"Papa gak cape apa kerja terus?"
"Papa kerja juga kan buat kalian. Kamu tahu perusahaan papa sedang menurun dan papa terlilit hutang dimana-mana dan itu semua buat pengobatan Vanya. Papa berharap banyak sama kamu. Papa menyekolahkan kamu buat bisa mengangkat derajat kita. Kamu harapan satu-satunya. Kamu yang bisa mengharumkan nama keluarga kita. Papa sangat ingin kamu menjadi penerus papa selanjutnya. Putri cantik yang sedang duduk disinggasana itu adalah putri ku, putri kebanggaan ku,"
"Pah, makasih buat semuanya. Sekarang aku paham maksud dan tujuan papa. Aku akan mengikuti kemauan papa, dan aku yang akan menggantikan papa disuatu hari nanti. Demi papa dan keluarga kita."
***
Dihari libur ini Amora dan Okky memutuskan untuk pergi kesalah satu rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal mereka. Okky sengaja mencari tempat jauh, agar tidak ada satu orangpun yang mengetahui urusan mereka.
Setelah sampai disalah satu rumah sakit. Amora dan Okky berhenti melangkah. Okky menatap wajah Amora yang sepertinya sedang ketakutan. Lalu Okky pun berusaha menguatkan Amora, "kita berdoa yah, semoga hal yang kita takutkan tidak terjadi." Amora pun menganguk.
Lalu mereka berdua memasuki gedung rumah sakit itu.
Okky melihat Dr. Fina yang sedang menuntun seorang ibu hamil. Lalu Okky dan Amora pun menghampirinya.
"Dok!" panggil Okky.
"Loh, Okky?" Lalu Dokter Fina meminta salah satu suster untuk mengantarkan ibu hamil itu.
Setelah itu Dokter Fina membawa Okky dan Amora ke dalam ruangannya. Setelah sampai mereka duduk di kursi.
"Jadi, ada perlu apa Ky?"
"Jadi, sebenarnya gini dok.." Lalu Okky pun mulai menceritakan asal-muasal akar dari permasalahan yang telah mereka lalui, sehingga mereka berdua ada di tempat ini.
"Dari cerita yang kamu ceritain. Kalau orang itu ingin menjebak kamu tidak Mungkin orang itu asal mencampuri obat sembarangan, dan Saya tidak tahu, apakah Amora akan hamil atau tidak,"
"Itu dia dok, saya juga bingung."
"Tapi dok, saya sudah tidak peduli dengan masalah obat atau apapun itu. Yang saya takutkan saat ini, saya takut hamil dok," ujar Amora pelan.
Dokter dan Okky melihat Amora yang sedang tertunduk sembari memainkan jari tanganya.
"Tolong kami dok, kami belum siap jadi orangtua,"
"Saya akan berusaha membantu kalian, tapi soal kehamilan Saya tidak bisa apa-apa karna itu sudah kehendak Tuhan. Kalian cukup berdoa dan berusaha. Semoga apa yang kalian takutkan tidak terjadi,"
"Iya dok, oh ya Saya minta tolong. Tolong rahasiakan ini dok, jangan sampai ada orang lain yang tahu selain kita dok." Dokter Fina pun menganguk. Okky yakin kalau dokter Fina bisa menjaga rahasianya, sekali pun dokter Fina sangat dekat dengan orang tuanya Okky.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA (END)
Teen Fiction⚠ DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU ❤ ⚠ Jangan lupa Vote+coment disetiap partnya yah!❤ ••• "Kalau mau jadi pacar gue..." "Kasih gue seribu mansion sebelum jam 12 malam, itu syaratnya." Amora Almeida. Yang sering dipanggil Mora adalah murid yan...