3. Awal Perjalanan Kayla

321 11 0
                                    

Pergelangan kaki kanan Kayla perlahan membaik. Mungkin karena efek pijatan yang didapatkannya tadi.

Siswa-siswi SMA Adipati berlalu lalang di koridor sekolah, lapangan, bahkan ada yang sudah duduk lesehan di atas rumput taman bergosip dan bercanda ria dengan teman.

Salah satu yang mencolok, terlihat sedang duduk di atas pembatas koridor bawah dengan taman. Sebuah permen bergagang sedang dipegangnya, sesekali dikeluarkan dengan mulut yang sudah menyecap rasa manis. Matanya tak berhenti mengedar memperhatikan sekitar.

"Kayla!"

"Yoi!" sahut Kayla melambai. Mila terlihat berjalan cepat menghampiri Kayla yang duduk sendirian.

"Lo bolos lagi!" Mila berkacak pinggang, memberi tatapan galak pada sang sahabat yang kembali berulah.

"Sekali doang, bentar gue masuk." Kayla menyahut mau tak mau. Malas sekali membahas pelanggarannya.

"Sampai kapan sih, Kayla?"

Raut wajah Kayla seketika berubah. Sudah tak memperhatikan sekeliling, fokus sepenuhnya diberikan pada Mila yang kembali membahas itu.

"Bisa stop bahas itu." Sarat ketidaksukaan Kayla sangat kental terasa. Nada bicaranya sangat tak bersahabat.

Mila membuang napas. Selalu seperti ini jika dia mencoba menyadarkan. Kayla sahabatnya, tentu saja kebaikan Kayla adalah nomor satu.

"Lo udah terlalu jauh, Kay. Masa depan lo dipertaruhkan di sini, sampai kapan lo harus gini sih?"

Kayla memainkan permen yang berada di dalam mulutnya. Mengeluarkannya kemudian berucap. "Gue belum sampai di puncaknya, Mila. Proses yang gue mulai bahkan belum sampai di tahap gue bisa pertimbangin harus berhenti atau enggak."

Kayla menatap keramaian di hadapannya. Pikirannya berkelana jauh, entah pada apa.

"Dan masa depan gue, itu hak gue buat nentuin. Jangan lampauin batas karena gue anggap lo sahabat."

Mila berdecak kasar. Tenang saja, Kayla dan kata-kata pedasnya tak akan pernah berlaku padanya.

"Dasar kepala batu!"

"Lo suka ikut campur."

Mila mendelik. "Gue peduli!" sarkasnya.

Kayla tersenyum. Melompat turun, "Terima kasih kepeduliaannya, Mila." ucapnya kemudian berjalan menjauh.

"Kayla, setan lo ya!"

"Gue bukan setan, gue ratunya Adipati."

Mila menghela napas gusar. Kayla sangat lengkap, bukan hanya menyebalkan namun beribu-ribu menyebalkan. Dan sayangnya manusia menyebalkan itu harus menjadi sahabatnya.

"Ya, ya, ya." Sahut Mila malas berjalan menyusul Kayla. Memberi rangkulan pada pundak Kayla, "Lo emang ratunya, ratu yang nggak dianggap."

"Sialan!" desis Kayla.

Aksi kejar-kejaran mau tak mau harus diladeni Kayla. Mila yang memulai, maka jangan salahkan Kayla jika kekacauan terjadi nanti.

"Mila stop! Gue hajar lo ya!"

"Gue berbicara fakta, jangan sensi dong!"

Kayla tak boleh berbicara kasar. Ia harus tahan berteriak memberi umpatan pada sahabat satu-satunya itu.

"Gue sayang lo Kayla." ujar Mila memberikan kedipan sebelah mata pada Kayla. Memberi ledekan untuk semakin memecah emosi Kayla yang masih bertahan.

"Dasar manusia sinting!"

UncontrollableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang