Kayla terus mengikuti langkah kaki Araf yang sudah menghabiskan waktu 15 menit lamanya hanya untuk memutari pasar tanpa tujuan. Keduanya hanya berjalan, dan berhenti untuk mengambil gambar dengan objek penjual dan pembelinya.
Ada juga anak-anak yang membantu ibu-ibu untuk dibawakan belanjaannya, masuk dalam lensa kamera Araf.
"Seru kan?" tanya Araf seraya berbalik menatap Kayla yang tetap setia menemaninya sampai sekarang.
"Lo tiap hari ke pasar?"
"Ya enggak tiap hari juga, Kay. Kadang-kadang aja kalo lagi suntuk dan butuh inspirasi." jawab Araf.
Kayla manggut-manggut mengerti, mungkin karena tidak tertarik pada dunia fotografi maka Kayla tidak beranggapan bahwa kegiatannya saat ini termasuk dalam kata seru.
"Tapi gue salut sih, lo tertarik sama kehidupan mereka," puji Kayla.
"Iya kan, gue ini emang sosok manusia yang berempati." Araf lantas memuji dirinya sendiri.
"Ck, dipuji dikit udah mau terbang."
Araf tertawa mendengar gerutuan Kayla. "Rumah lo dimana?" tanyanya kemudian.
"Mau ngapain tanya-tanya?" Kayla mendelik curiga.
Araf memutar bola matanya malas, "Gue mau anterin lo pulang, nggak mungkin kan ditinggal di sini sendiri."
"Nggak usah, gue bisa sendiri."
"Naik apa?"
"Tadi sih ke sininya naik angkot," ucap Kayla baru sadar tidak membawa ponsel. Berarti pulangnya ia harus menggunakan angkot juga, karena tidak bisa memesan ojek online.
"Gue curiga lo nggak tau caranya naik angkot?" Araf bertanya menyimpulkan setelah melihat gerak-gerik Kayla.
"Bantu gue cari ibu aja," pinta Kayla memilih opsi yang berbeda dari yang ditawarkan.
"Ya?"
Araf menimbang-nimbang permintaan Kayla. "Gue dapat apa kalo bantuin lo?"
"Dih, nggak ikhlas banget sih!" balas Kayla berdecak kesal.
"Hidup itu harus penuh perhitungan Kayla, gue juga butuh keuntungan."
"Ya, ya, lo emang perhitungan," sahut Kayla malas.
"Roti langit deh, gue beliin lo roti langit." Kayla menawarkan setelah melakukan pikir-pikir panjang.
"Besok ya, traktir gue 5 roti langit," ucap Araf menunjukkan kelima jarinya.
"Iya, gampang itu. Besok gue bawain sepuluh sekalian," cetus Kayla puas berhasil menyogok Araf.
"Oke, gue tunggu sepuluh roti langitnya." Araf berjalan lurus lagi.
"Mau kemana?" Kayla bertanya seraya menyamakan langkah dengan Araf yang sangat lebar.
"Cari Ibu lo," jawab Araf sangat tau harus kemana untuk menunggu jika kehilangan teman di keramaian.
"Ibu!"
Kayla berseru senang setelah berhasil menemukan sosok ibu berdiri di dekat pos satpam yang letaknya tak jauh dari jalan raya.
"Aduh, Mbak Kayla ini kemana saja?" Ibu berseru panik menghampiri Kayla.
"Kay tadi lihat ikan Bu, ehh malah kehilangan jejak Ibu juga," balas Kayla tersenyum menjelaskan kejadian dimana dia tersesat.
"Untung saja Ibu bisa ketemu Mbak Kayla di sini," ucap ibu bersyukur berhasil menemukan anak majikannya yang dibawa-bawa berbelanja di pasar.
"Siapa Mbak?" Ibu memergoki sosok Araf masih berdiri di belakang Kayla. Memperhatikan interaksi keduanya yang saling merasa lega karena saling menemukan.
"Teman sekolah Kayla Bu," sahut Kayla berbalik badan berdiri di sebelah ibu agar bisa menatap Araf. "Dia yang bantuin Kayla buat keluar dan akhirnya berhasil ketemu ibu," jelasnya selanjutnya lebih rinci akan pertolongan kebaikan Araf.
"Makasih banyak ya, sudah menolong Mbak Kayla."
Araf balas tersenyum pada ibu yang terlihat sangat lega dan benar-benar tulus mengucapkan terima kasihnya.
"Saya senang bisa bantu Kayla Bu," Araf tersenyum menatap ibu lalu Kayla.
"Kalo gitu saya pamit deh Bu, Kayla juga udah selamat."
Ibu tertawa bersama Araf karena kata yang diucapkan Araf.
"Gue pamit, Kay." Araf melambai pada Kayla.
"Iya, thanks!" balas Kayla melambai juga. Memperhatikan punggung Araf yang terbalut kain hitam sudah menjauh ditelan keramaian.
♡♡♡♡
Kayla sedang berbaring di kamarnya, ia sudah sangat dilanda kebosanan.
"Gue bosen," keluh Kayla dengan mata menatap langit-langit kamar.
Jam di dinding baru menunjuk pukul 8 malam.
Kayla tidak tahu harus melakukan jenis kegiatan apa lagi untuk mengisi kebosanannya.
Mila sang sahabat sedang sibuk dengan orang tuanya yang katanya baru pulang hari ini, Raygan sang pacar belum memberikan kabar sejak tadi ketika membatalkan rencana akhir pekan hingga sekarang waktu malam hari telah tiba.
Untung saja Kayla ikut dengan ibu ke pasar waktu siang hari, jadi Kayla tidak sepenuhnya berada di rumah ketika akhir pekan.
Dapat bertemu dengan teman, eh, apakah Kayla dan Araf sudah berteman?
"Ngapain mikirin cowok itu sih, nyebelin banget!" rutuk Kayla cepat-cepat mengganti apa yang sedang dipikirkannya. Masa dia memikirkan Araf yang menjadi temannya bermain di pasar hari ini.
"Raygan kangen," bisik Kayla sembari memeluk boneka yang sejak tadi berada di sebelahnya.
"Mbak!"
Kayla bergerak pelan, menyingkirkan boneka yang sebelumnya digunakan untuk membenamkan wajah.
"Mbak!"
Kayla segera beranjak bangun dari kasurnya, pintunya diketuk beberapa kali.
"Iya Bu!" sahut Kayla berjalan membukakan pintu.
"Loh!" kaget Kayla setelah membuka pintu kamar malah menemukan Mila sang sahabat berada dalam rangkulan ibu.
"Kok lo di sini, Mil?" heran Kayla mendekat pada Mila.
"Ditenangin dulu Mbak Milanya, Mbak Kay. Ibu ambilin minum dulu di bawah." Ibu segera pergi mengambilkan minum untuk Mila yang masih menangis.
"Masuk Mil," ajak Kayla menuntun dengan memegang kedua bahu Mila.
"Orang tua gue mau cerai, Kay," ucap Mila setelah duduk dan kemudian melanjutkan tangisnya yang kini terdengar semakin keras.
Kayla tidak tahu harus bereaksi bagaimana, ia belum pernah berada dalam posisi Mila saat ini. Menenangkan sang sahabat, hanya itu yang bisa dilakukan Kayla saat ini.
"Nangis aja Mil, nggak akan ada yang denger kok." Kayla mengusap punggung Mila dengan lembut.
Kayla jadi merasa bersalah, karena tadi sempat merasa iri dengan Mila yang menyambut kedatangan kedua orang tuanya.
"Mereka jahat Kay," adu Mila di sela tangisnya.
"Mereka jahat!" teriak Mila sambil menyeka ingus yang terus mendesak keluar dari hidungnya.
Kayla bergerak mencari kotak tissue, "Nih." Mila menerima dengan cepat, menyumpal hidungnya yang tak mau berhenti meler.
"Udah nggak pernah ada waktu, pulang-pulang ke rumah malah buat kacau. Gue benci sama mereka!"
Kayla tak bisa menghentikan tangis Mila, tapi membiarkan Mila terus mengoceh adalah hal pertama yang akan dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable
Teen FictionShe's out of control. Kayla Ratu Atmaja, seperti nama tengahnya, ia adalah ratu dimana tempatnya berada. Mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai queen of SMA Adipati. Tak ada yang bisa mengendalikannya, karena ia berada di jalur tujuannya. Jalur pem...