11. Masih Tentang Roti Langit

132 15 0
                                    

   Bu Citra selaku guru kedisiplinan Adipati, terlihat duduk seraya memperbaiki kacamatanya yang setia bertengger sejak pagi.

   Menatap dua sosok utama yang berhasil didapatinya tengah berbuat ulah di lapangan luar.

   "Kayla, Araf, kalian sadar sudah berbuat apa?" tanya bu Citra menatap keduanya secara bergantian.

   "Saya cuma meminta pertanggung jawaban dia Bu," balas Kayla cepat. Enggan menoleh pada Araf yang seketika menatapnya dari samping.

   "Kamu berbuat apa Araf, sampai Kayla meminta pertanggung jawaban dari kamu?" Bu Citra bertanya sambil memperbaiki posisi duduknya. Memandang mereka berdua dengan tatapan curiga.

   Araf menatap Kayla dengan melotot. Lantas beralih pada bu Citra. "Dia fitnah saya Bu, saya nggak ngelakuin itu!"

   "Heh, lo jangan lari dari tanggung jawab ya. Berani berbuat berani bertanggung jawab juga dong!"

   Bu Citra memijat pelipisnya merasa pening, sejak tadi pikirannya telah dibuat aneh oleh ucapan Kayla yang terus menerus membahas tanggung jawab.

   "Sebenarnya apa yang sudah kalian perbuat?" bu Citra bertanya geram.

   "Heh, gue bakalan tanggung jawab. Puas lo?!" kesal Araf memilih mengalah. Sangat tidak etis perkara masuk ruang kedisiplinannya hari ini, cuma karena roti langit.

    Perempuan aneh dan menyebalkan. Pikiran Araf buat Kayla.

   "Emang udah seharusnya," balas Kayla enteng kemudian kembali menghadap lurus ke depan.

   "Dia rebut roti langit saya bu, dan saya minta ganti."

   Ucapan Kayla membuat bu Citra menghela napasnya pelan. Meskipun menjengkelkan, setidaknya apa yang diduganya tidaklah kejadian. Hanya perkara roti langit, keduanya terus membahas tanggung jawab.

   "Kalian berdua, astaga!" gumam bu Citra sembari melepaskan kacamatanya.

   "Satu di antara kalian saja belum ada yang berubah, dan sekarang kalian bersatu."

   Kayla dan Araf kompak melipat kedua tangan di depan dada. Sama-sama saling enggan menatap satu sama lain.

   "Sudahlah, kalian boleh keluar." ucap bu Citra mengusir keduanya. Benar-benar pusing karena tingkah dua murid badung langganan ruang penalti Adipati.

   "Nggak ada hukuman, Bu?"

    "Bego ya lo!" sarkas Kayla menyahuti pertanyaan Araf.

    "Nggak ada hukuman malah ditagih," decak Kayla makin kesal dengan sosok pencuri roti langit miliknya.

   "Bersihkan aula," putus bu Citra memberikan hukuman. Tadinya sih mau memberi kebaikan, tapi karena keduanya kembali berdebat membuatnya urung.

   "Gara-gara lo sih!"

   Kayla menatap nyalang pada si pembicara, seenaknya saja menyalahkan. Padahal dia duluan yang mencari perkara dengan menanyakan tentang hukuman.

   "Satu jam ke depan saya akan cek ke aula." bu Citra berucap tegas tak mau dibantah.

   "Silahkan kalian kerjakan," ujarnya lagi agar dua manusia pembuat onar di Adipati tersebut segera keluar.

   Kayla dan Araf kompak berdiri, berjalan keluar bersamaan dari ruang kedisiplinan Adipati.

.....

   Aula SMA Adipati.

   Kayla berdiri di pinggir aula, matanya teliti mengawasi sampai kejauhan dengan tangan yang sudah memegang sebuah alat kebersihan.

   Sapu hall mop digunakan Kayla untuk membersihkan lantai aula yang memiliki ukuran super luas.

   Kayla menyempatkan mengikat rambutnya terlebih dulu sebelum memulai kegiatan.

   "Semangat Kayla Atmaja!" seru Kayla pelan menyemangati dirinya sendiri.

   Araf juga terlihat sedang melakukan tugasnya, mereka memang membagi tugas. Masing-masing mendapatkan setengah lapangan, nanti mereka akan bertemu di tengah.

   "Lama banget!" celetuk Araf berdiri bersandar pada alat kebersihannya. Menatap Kayla yang baru mulai bergerak.

   "Bacot!" balas Kayla bersikap tak peduli. Dan fokus saja pada tugasnya.

   "Kayla Ratu Atmaja, gue kayak nggak asing sama nama lo."

   Kayla berhenti bergerak, memegang sapunya agar berdiri tegak. Menatap Araf yang terus mengajaknya berbicara.

   "Lo terlalu kudet kalo nggak kenal sama gue." ujar Kayla mengibaskan rambutnya ke belakang.

   "Pede banget, sok terkenal iya."

   "Lo yang sok berkuasa!" balas Kayla.

   "Apaan banget, minta tanggung jawab karena roti langit." omelan Araf terdengar selagi ia menarik sapunya membersihkan lapangan.

   "Makanya, lihat-lihat dulu sebelum ambil." sahut Kayla membalasi.

   "Nggak usah mulai, gue udah baik mau ganti. Padahal bukan salah gue lo kehabisan roti langit."

   "Asal lo tau ya, dari awal roti langit itu punya gue. Lo aja yang serobot antrian, tiba-tiba udah di depan gue!"

   "Cewek mah nggak pernah mau ngalah." cibir Araf merasa kesal.

   "Dih, bawa-bawa alasan cewek nggak mau ngalah. Emang lo yang salah kok!"

   "Iya gue yang salah, puas?" Araf masih berbicara tanpa menatap Kayla.

   Kayla berhenti bekerja, tangannya menggenggam gagang sapu dengan erat. Giginya bergemelatuk menyalurkan kekesalan.

   Moodnya sedang naik turun hari ini, hari pertama haidnya berlangsung.

   "Lo nyebelin?!!" Kayla memekik keras.

   "Lo-" ucapan Araf terhenti melihat air mata Kayla meluncur deras tanpa permisi.

   "Lah, nangis?" Araf menatap tak percaya pada apa yang sedang terjadi di hadapannya.

   "Jangan nangis woy, gue ganti roti langit lo beneran."

   "Makanya diem aja," balas Kayla mengelap pipinya yang basah karena air mata.

   "Udah jangan nangis, nanti dikira gue ngapa-ngapain lo lagi." panik Araf memperhatikan sekitar jika ada yang lewat.

   Kayla menurut menghentikan tangisnya, di lapnya air mata yang sempat turun membasahi pipi.

   "Gue benci sama lo." tutur Kayla pelan.

   "Jangan benci, nanti jadi cinta." Araf berkedip jahil.

   "Gue udah punya pacar," sahut Kayla tidak terketuk dengan ketampanan Araf yang berkedip sebelah mata tadi.

   "Gantengan juga gue pasti," balas Araf dengan pede.

   "Adipati gue nggak ada yang bisa ngalahin!"

   "Dasar bucin," Araf bergumam mendengar ucapan Kayla yang sangat membanggakan pacarnya.

RALL

UncontrollableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang