16. Kedudukan Kayla

104 14 0
                                    

   Hari senin kembali tiba, setelah kemarin hari berlibur maka sekarang saatnya perang untuk mereka yang bersekolah.

   Jika biasanya Kayla merasa senang bersekolah, yang pasti kesenangan Kayla bersekolah bukan karena belajar. Kalian jangan berpikiran seperti itu jika tidak mau merasa diberi harapan palsu.

   Hari ini Kayla malah merasakan hal yang sama seperti kemarin, tetap membosankan.

   Mila tidak datang ke sekolah, urusan keluarganya belum diselesaikan. Dan Kayla memaklumi hal tersebut, dengan membantu Mila meminta izin pada guru di sekolah.

   "Nggak ada Mila sepi juga ya." Kayla tampak santai duduk di tempat kesukaannya. Pembatas koridor dengan taman, sekotak susu rasa cokelat sedang disedotnya.

   Mata tajamnya terus memperhatikan sekitar. Padahal hanya menatap biasa, tapi orang-orang malah berpikiran lain jika Kayla sedang mencari mangsa bully.

   "Woi!"

   "Sialan!" decak Kayla refleks mengumpat setelah menjatuhkan kotak susu mininya.

   "Jatuh kan," gumam Kayla menatap nanar sekotak susu yang belum sempat dihabiskan dengan benar.

   "Apa sih?" Kayla berbalik menatap pelaku pengejutan dengan tatapan kesal.

   Araf menengadahkan tangan tanpa menjawab pertanyaan Kayla.

   "Minta uang lo?" Kayla menyipitkan mata menatap Araf seksama.

   Araf berdecak. "Lo pikun banget ya," menopangkan kedua tangannya di atas pinggang.

   "Janji lo kemarin," ujar Araf membuat dahi Kayla terlipat beberapa bagian.

   "Aw!" Kayla mengusap dahinya yang disentil oleh Araf.

   "Nggak usah dikerut -kerutin gitu mukanya," tambah Araf mengomentari wajah Kayla yang menekuk kesal.

   "Roti langit buat gue, sepuluh."

   Kayla spontan berdecak, astaga kan. Dia saja melupakan janjinya tersebut, mampus sudah Kayla. Berharap-harap cemas dalam hati semoga roti langit milik bu Tina masih tersedia di kantin.

   "Maaf Raf, gue lupa beneran." Kayla mengucapkan maaf seraya beranjak turun dari posisinya yang sedang duduk di atas pembatas koridor.

   "Ck, emang pikun kan lo," sambar Araf menuding ingatan Kayla yang sudah berkarat.

   "Iya," Kayla tidak menampik karena dia merasa bersalah. "Semoga roti langitnya masih ada," gumamnya penuh harap.

   Keduanya melangkah bersamaan ke arah kantin Adipati berada. Tidak ada pembicaraan di antara keduanya, hanya keheningan dan beberapa celetukan murid yang mengisi.

   "Kan," Kayla sudah tau akan seperti ini akhirnya. Roti langit milik bu Tina memang seterkenal itu di kalangan masyarakat Adipati -rakyat Kayla Atmaja.

   "Maaf banget Raf, gue nggak bermaksud buat ingkar janji. Soalnya gue beneran lupa," sesal Kayla menatap Araf yang tidak berekspresi.

   "Besok deh, beneran gue bawain buat lo sepuluh."

   "Gue nggak mau sakit hati lagi karena dibohongin," sahut Araf terdengar sangat dramatis. Membuat Kayla menghela pelan.

   "Jadi gue harus apa?"

   "Temenin gue makan aja," balas Araf sambil mengedarkan pandangan melihat seisi kantin yang sudah penuh.

    "Cuma itu?" tanya Kayla tak percaya.

    Araf menganggukkan kepala, "Gue telat makan siang karena cari lo. Jadi tanggung jawab temenin gue makan," balasnya terdengar yakin.

  "Oke," balas Kayla setuju. Bukan hal sulit juga menemani Araf makan.

UncontrollableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang