Kayla dan Raygan kini terlihat berada di dalam mobil yang tengah melaju, sedang dalam perjalanan menuju rumah Raya yang mengadakan pesta.
Seperti perkataan Raya sebelumnya di kediaman Adipati dan sesuai dengan isi undangan yang diberikan. Jika malam ini akan diadakan sebuah pesta ulang tahun Raya yang hanya akan dihadiri oleh kerabat terdekat.
Apakah Raygan kerabatnya? Jelas bukan. Mereka tak ada hubungan keluarga, hanya sebatas tetangga.
"Kenapa mau hadir sih, Kay?" Raygan sejak tadi terus bertanya.
Raygan sebenarnya tidak mau datang, karena alasannya bermacam-macam. Katanya tidak penting, Kayla kecapekan dan dia juga kecapekan. Tapi Kayla sudah memberikan janjinya, maka ia harus menepati.
Kayla Ratu Atmaja si anti ingkar janji.
"Udah janji Ray, masa ingkar." balas Kayla menggenggam erat tangan Raygan yang bebas dari kemudi.
"Sebentar aja terus kita pulang, yang penting udah setor muka."
Raygan tertawa pelan mendengar penuturan Kayla, memang seunik itu Kayla Ratu Atmaja.
"Ayo," Kayla pun mengajak Raygan yang terlihat enggan untuk turun.
"Bunda ada di dalam kan?" tanya Kayla ketika mereka sudah kompak melangkah bersama masuk melewati pintu yang terbuka lebar.
"Iya, Bunda datang ditemani Ayah." sahut Raygan sembari menarik tangan Kayla agar memeluk lengannya saja.
"Kalian datang juga akhirnya!" Bunda yang bersuara menyambut kedatangan Raygan dan Kayla.
"Tinggal kalian berdua yang ditunggu Raya, ayo masuk." Bunda berjalan duluan disusul Raygan dan Kayla yang saling merangkul.
"Ngapain coba nungguin kita," gumam Raygan terdengar sampai telinga Kayla.
Kayla tersenyum ketika beberapa pasang mata menyambutnya dengan Raygan.
"Nah, Raygannya sudah datang. Acaranya bisa kita mulai." Wanita berusia sama seperti bunda bersuara membuka keheningan.
"Raygan, sini maju!"
Raygan mengerutkan dahi, kenapa dia diminta maju.
"Ayo sini, temani Raya tiup lilinnya." Wanita yang diketahui sebagai mamanya Raya tersebut terus mendesak.
"Kamu juga ikut," Raygan menurut untuk maju namun dengan Kayla yang harus terus berada disisinya.
Raya melihat keduanya dengan tatapan tak suka, senyuman memang terpasang di wajah cantiknya. Tapi senyuman itu adalah kelpalsuan.
"Nah, ayo Raya tiup lilinnya!" ucap mama Raya setelah Raygan dan Kayla berdiri di atas panggung juga.
Tepukan tangan kompak mengiringi ketika Raya selesai berdoa lalu meniup lilin yang terpasang di atas kue ulang tahun.
"Selamat ulang tahun sayang!" Mama Raya mencium wajah Raya masing-masing di kedua sisi.
"Happy birthday Raya!" Kayla turut mengucapkan kata yang sama. Disambut senyuman oleh Raya.
"Selamat ulang tahun," ucap Raygan sedikit tersenyum. Bagaimanapun juga ini merupakan hari bahagia seseorang, ia tak mungkin mengacaukannya karena mengikuti hati.
"Potongan pertama untuk siapa?" Mama Raya bertanya menggoda kala Raya selesai memotong kuenya.
"Buat Mama dong," jawab Raya tersenyum menyuapkan sepotong kue untuk mamanya tercinta.
"Nah, sekarang potongan kedua."
"Harusnya buat Papa, tapi karena Papa nggak ada di sini. Raya mau kasi buat Raygan."
Raya tersenyum menatap Raygan yang tampak mengusap tangan Kayla yang merangkul lengannya.
"Makasih," ucap Kayla tersenyum meraih piring yang berisikan potongan kue kedua untuk Raygan katanya.
"Nggak disuapin Raygannya?"
Kayla masih mempertahankan senyumnya, jelas sekali maksudnya mengambil piring berisikan potongan kue kedua agar tidak perlu ada aksi suap menyuapi. Tapi kenapa wanita dewasa yang mirip Raya tersebut malah tidak mengerti.
"Nggak usah, Ma. Nggak enak sama pacarnya Raygan," ucap Raya tampak tidak rela.
"Baru pacar kan, cuma suap kok lebay banget."
"Maaf Tante," Kayla menyahut sembari menahan lengan Raygan yang ingin maju.
"Dan maaf juga Raya, saya memang pacarnya Raygan. Tapi saya tidak mengekang hingga pantas dikatai lebay, saya hanya melakukan hal yang menurut saya benar."
"Raygan, pacar saya, alergi dengan buah Raspberry."
Raya sontak membulatkan mata, baru tahu dengan fakta yang didengarnya malam ini. Astaga harusnya ia mengecek dahulu, untung saja ia tidak menyuapi Raygan.
Bunda tampak tersenyum memeluk lengan suaminya erat. Sangat puas dengan balasan yang diberikan Kayla. Hampir saja dirinya yang maju, untung Kayla cepat bertindak.
"Maaf banget Ray, aku nggak tau kamu alergi buah itu." Raya menunduk menyesal.
"Nggak usah merasa bersalah, itu hak lo buat pilih kuenya." sahut Raygan.
"Silahkan dinikmati makanannya!" Mama Raya segera memberikan pengumuman untuk mengalihkan perhatian tamu yang hadir.
Benar-benar tidak merasa bersalah telah berucap kata tidak mengenakkan untuk Kayla.
"Bunda kesel banget!" bunda langsung mengeluarkan omelannya ketika Kayla dan Raygan turun dari panggung.
"Udah Bunda," sang suami tampak menenangkan.
"Kayla dan Raygan juga baik-baik aja kan?"
Raygan dan Kayla kompak mengangguk menyahuti pertanyaan ayah.
"Tapi-"
"Raygan boleh pergi ya, Bun?" Raygan malah memotong omelan bundanya dengan sebuah pertanyaan.
"Kemana?" Kayla yang memberi pertanyaan.
Raygan mendekat pada bundanya. Membisikkan sesuatu, yang membuat raut wajah bunda berubah cemas.
"Kenapa nggak disuruh istirahat aja," omelan langsung didapatkan Raygan setelah bisikannya selesai.
"Tau sendiri kan Bun, Kayla keras kepala."
Kayla mengerutkan dahi mendengar namanya disebutkan dalam pembicaraan Raygan dan bunda.
"Yaudah, kalian boleh pergi. Pastiin Kayla pulang dengan selamat."
"Siap Bunda!"
"Eh, mau kemana?" Kayla bertanya bingung karena Raygan malah menariknya keluar dari acara.
"Kita pulang," balas Raygan.
"Tapi acaranya."
"Yang penting kita udah setor muka." Raygan mengembalikan ucapan Kayla tadi.
"Serius Raygan." decak Kayla karena Raygan malah tertawa.
"Aku tau kamu capek, tapi tetap paksain buat datang acara ini."
Raygan mengganti posisinya, jadi merangkul pinggang Kayla dengan erat. Memberi kecupan di pelipis Kayla sebelum berucap. "Aku menghargai kamu Kayla, dan aku nggak terima kamu direndahkan orang lain."
RALL
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable
Teen FictionShe's out of control. Kayla Ratu Atmaja, seperti nama tengahnya, ia adalah ratu dimana tempatnya berada. Mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai queen of SMA Adipati. Tak ada yang bisa mengendalikannya, karena ia berada di jalur tujuannya. Jalur pem...