Hari ini kamu dapat tugas sebagai asisten sementara Kaeya, membantu nya mengerjakan beberapa dokumen.
"Kau tak bosan dengan berkas-berkas itu (Name)?" Tanya Kaeya yang tengah duduk santai di sofa sambil memperhatikan mu.
"Kalau untuk Mora, bosan sampai mau pingsan pun akan ku kerjakan," sahut mu sibuk mencatat.
"Heee...itu artinya kau akan melakukan pekerjaan apapun asal di bayar Mora," tutur Kaeya.
"Ya kurang lebih begitu," sahut mu.
"Kalau aku menyewa mu sehari sebagai kekasih ku apa kau mau?" Tanya Kaeya menyunggingkan senyum nya melihat mu yang berhenti mencatat.
"Kaeya diam, ini bukan saatnya bercanda lagian kau memangnya punya Mora?" Sahut mu sedikit melirik Kaeya yang terkekeh.
Kaeya bangun lalu berjalan kearah mu, memutar kursi yang tengah kau duduki agar bisa menghadap kearahnya. Kepala mu terangkat menatap manik biru pucatnya. Kaeya menaruh sekantung Mora di atas paha mu, tangan nya memegang kedua bahu kursi.
"Jadi apa kau mau (Name)?" Bisik Kaeya tepat di telinga mu dengan nada yang sangat rendah.
Kamu sedikit bergidik merasakan hembusan nafas Kaeya. Tangan mu meraih sebuah map berkas lalu memukul kepala Kaeya.
"Maaf aku menolak," sahut mu menutupi wajah mu yang merona dengan map itu.
Kaeya terkekeh geli melihat rona di sekitar tangan mu lalu bersedekap dada. Menatap tubuh mu dari atas sampai bawah. Kamu bangun lalu berjalan keluar ruangan Kaeya, kamu menghentak kan kaki mu berkali-kali di luar ruangan berusaha menghilangkan rasa malu mu.
Kamu kembali masuk kedalam ruangan menatap lelah Kaeya yang duduk di kursi yang tadi kau duduki.
"Kalau dipikir-pikir aku memang sudah membayar mu untuk jadi asisten ku seharian ini. Jadi sebagai asisten kau harus menuruti atasan mu (Name)," tutur Kaeya tersenyum penuh maksud menompang dagunya dengan kedua tangan nya di atas meja.
"Contohnya?" Tanya mu bingung.
"Hmmm..... menghibur ku? Kemari lah (Name)," titah Kaeya menepuk pahanya mengisyaratkan mu untuk duduk disana.
"Maaf sekali lagi ku tolak. Memangnya kau selalu memperlakukan asisten mu begitu hah!?" Omel mu menggeleng tegas.
"Tidak sih. Tapi kalau asisten nya kau, akan ku lakukan tiap hari. Ayo (Name) kesini, kau harus menuruti atasan mu," seru Kaeya terus menepuk pahanya.
Perempatan imajiner muncul di dahi mu, sekali lagi kamu menggeleng tegas. Kaeya menghembuskan nafasnya lalu menatap datar kearah mu.
Kamu berjalan mundur melihat Kaeya bangun dan berjalan mendekati mu. Kamu berbalik hendak membuka pintu namun dengan cepat Kaeya kembali menutup nya.
Kamu bisa merasakan punggung mu menyentuh dada bidang Kaeya. Kamu meringis berusaha untuk tak berbalik dan membanting Kaeya.
"Kaeya diam, kalau kau bergerak akan ku banting ya," ancam mu menatap tangan Kaeya yang menggenggam tangan mu.
"Ei~ kau tak boleh kasar begitu pada atasan (Name)," sahut Kaeya.
Tangan Kaeya meraih kunci ruangan nya lalu mengunci pintu dan mencabut nya. Kamu melongo menyadari niatnya.
"Kaeya kembalikan kuncinya, aku mau keluar," titah (Name) berbalik menatap Kaeya yang tersenyum jahil sambil mengangkat kunci ruangan nya.
"Tapi kan pekerjaan mu belum selesai (Name)," sahut Kaeya menunjuk tumpukan berkas-berkas.
"Kau selesai kan saja sendiri! Huh menyebalkan," cibir mu menahan kesal.
"Kalau begitu ambil saja sendiri," seru Kaeya melempar kuncinya kearah loteng ruangannya. Kamu melongo syok tak habis pikir dengan isi otak Kaeya.
Kaeya kembali duduk di kursinya, tertawa menikmati kamu yang marah-marah sambil menghentakkan kaki mu.
"Makanya nurut (Name), sini nanti akan ku ambilkan, aku tak akan melakukan hal aneh sungguh," bujuk Kaeya menepuk pahanya.
Kau menyuruhku duduk disana saja sudah aneh sial, batin mu geram sendiri.
Kamu meraup gusar wajah mu lalu menghembuskan nafas pasrah. Kaeya tersenyum penuh kemenangan melihat mu berjalan mendekati nya lalu duduk dipangkuan nya.
"Puas tuan atasan?" Tanya mu penuh penekanan di setiap kata. Kaeya hanya tersenyum.
"Ya. Kau boleh lanjut kan pekerjaan mu," pinta Kaeya menunjuk berkas-berkas diatas mejanya.
Sekali lagi kamu menghembuskan nafas lelah berusaha mengabaikan rona di wajah mu. Manik hitam mu memutuskan untuk fokus pada berkas-berkas dan mulai mengerjakan satu persatu berkas.
1 jam masih dalam posisi yang sama. Lama kelamaan Kaeya memeluk pinggang mu menaruh dagunya diatas bahu mu. Manik biru pucatnya menatap lesu kamu yang sibuk bekerja.
"Kau bilang tak aneh-aneh ya," tutur mu masih fokus pada berkas-berkas.
"Memangnya peluk itu aneh?" Sahut Kaeya sok tak mengerti maksud mu.
Untuk kesekian kalinya nafas berhembus dari mulut mu, kamu berusaha Mengabaikan tingkah laku Kaeya.
"Perasaan ku saja atau hari ini kau jadi banyak tingkah? Apa kau punya masalah?" Tanya mu. Kaeya tersentak lalu terkekeh.
"Bukan masalah besar. Hanya kelelahan ringan saja, jadi biarkan aku begini. Ntah kapan terakhir kali aku bisa begini," sahut Kaeya manik biru pucatnya menyendu.
Mendadak kamu jadi teringat tentang latar belakang Kaeya yang masih sangat misterius dan teringat beberapa teori tentang Kaeya keturunan bangsa Khaeriah. Tangan mu terulur mengusap lembut Surai biru Kaeya. Kaeya terbelalak syok dengan perilaku mendadak mu.
"A-akan ku biarkan kau hari ini," gumam mu sedikit merona. Kaeya terkekeh geli lalu mengeratkan pelukannya.
"Jangan banyak bergerak bodoh aku sedang menulis," omel mu berusaha fokus pada berkas-berkas.
Setelah 3 jam lebih berkutat dengan kertas akhirnya pekerjaan mu selesai, kamu sedikit merenggangkan badan mu. Manik hitam mu melirik jendela, langit telah berganti malam lalu kamu melirik Kaeya yang tertidur pulas bersandar pada sandaran kursi. Tangannya masih senantiasa memeluk pinggang mu.
"Kalau begini bagaimana caranya aku pulang?" Gumam mu tak tega membangun kan Kaeya yang terlihat sangat kelelahan.
Kamu berusaha mengangkat tangan Kaeya hendak melarikan diri. Kaeya melenguh terganggu dengan gerakan kecil mu. Tangannya semakin mengeratkan pegangannya menarik mu kedalam pelukannya.
Kamu melongo syok, kepala mu bersandar tepat di dada bidang Kaeya. Kamu meringis berusaha untuk tak kehilangan fokus.
"Kumohon..... jangan tinggalkan....aku," bisik Kaeya mengigau.
Kamu terdiam melihat wajah mengkerut Kaeya. Kamu menghembuskan nafas mengusap pelan kepala Kaeya agar kembali tidur nyenyak.
"Aku disini....tak akan kemana-mana," sahut mu menyeka ujung matanya yang berair.
Ku biarkan lah untuk hari ini. Aku juga sudah mengantuk, batin mu pasrah bersandar pada dada Kaeya.
Awalnya kamu sama sekali tak bisa tertidur, namun melihat Kaeya tertidur begitu pulas, kamu jadi tertular rasa kantuk dan ketiduran.
Tengah malam kalian di bangun kan Jean atau lebih tepatnya di pergoki. Jean curiga karena kamu dan Kaeya sama sekali tak terlihat dari sore lalu membuka ruangan Kaeya dengan kunci cadangan. Jean habis-habisan mengomeli Kaeya sedangkan kamu mati-matian menahan malu, menyesal tak melakukan Teleportasi dan malah tertidur.
Tak perlu malu, nikmat hari-hari Mengharem mu Mba ( ꈍᴗꈍ)
Karena diluar sana banyak yang ingin tukar posisi dengan mu ( '◡‿ゝ◡') termasuk saya ( ╹▽╹ )
Habis Virus tamat Rin ada niatan mau buat lagi fanfic Genshin tapi genre Harem. Siapa yang setuju ☝️😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus SPIN-OFF ( Genshin Impact X Reader Female )
Fanfictionini cuman Spin-off berisi ke romantisan dan kedekatan kamu sama para Husbu-Husbu genshin. sengaja di pisah soalnya book aslinya fokus ke permasalahan cerita. jadi Romance nya pindah kesini ( ꈍᴗꈍ). anggap aja disini selingan Romance yang gak di tampi...