Aku menyipitkan mataku begitu melihat cahaya di depan ku, kepala ku menunduk saat merasakan berat pada paha bagian kiri ku. Aku terdiam, mata ku membulat melihat mu merebahkan kepala mu di pangkuan ku, senyum lebar mu tak pernah luntur dari wajah mu.
Tangan ku terangkat membelai wajah cantik mu, kulit lembut mu begitu terasa di telapak tangan ku.
"(Name)?" Gumam ku menatap mu yang hanya diam tak menjawab.
Aku tersenyum sendu begitu merasakan tubuhku mulai berat dan pandangan ku menggelap.
Suara jam weker memenuhi seisi kamar ku saat aku membuka mata ku, aku bangun terduduk di kasur ku saat mata ku menatap hampa telapak tangan ku.
"Mimpi? Lagi," bisik ku menoleh menatap jendela.
Salju putih turun di luar sana, menumpuk di depan halaman apartemen ku. Sudah 3 bulan berlalu semenjak kejadian itu, masih begitu sulit untuk melupakan mu.
Aku menghembuskan nafas berat, tangan ku terangkat mematikan jam weker yang terus berbunyi. Kaki ku turun dari kasur, melangkah lesu mendekati kamar mandi sambil menguap.
Langkah ku terhenti begitu mata ku melirik tanda di kalender, mata ku membulat saat mulut ku terbuka lebar.
"Astaga! Aku hampir lupa!" Seru ku lalu bergegas masuk kedalam kamar mandi.
Aku bergegas bersiap mengenakan pakaian tebal serta jaket berlapis, tak lupa merapikan rambut aku tersenyum puas begitu melihat penampilan ku di cermin. Aku bergegas mengenakan sepatu boots, meraih ponsel ku lalu bergegas pergi dari kamar apartemen ku tak lupa menguncinya.
Masih siang namun udara terasa begitu dingin, uap nafas keluar dari mulut ku saat kaki ku melangkah menyusuri jalan. Orang-orang berlalu lalang sibuk melakukan aktivitas mereka, para pedagang bersemangat menjajarkan dagangan mereka.
Setelah berjalan cukup jauh kaki ku berhenti melangkah di depan toko bunga, aku tersenyum lalu masuk kedalam toko bunga itu.
"Madam, bunga Anyelir sebuket seperti biasanya!" Ucap ku bersemangat pada wanita tua penjaga toko bunga.
"Warna merah muda seperti biasanya?" Tanya wanita anggun itu memastikan. Aku mengangguk sebagai jawaban.
Wanita itu segera membuat kan permintaan ku, aku duduk di depan meja kasir menunggu dengan sabar saat jari tangannya bergerak cepat merapikan bunga pesanan ku.
"Masih untuk orang yang sama?" Kata wanita itu tanpa menoleh kearah ku.
"Yah begitulah madam," sahut ku tersenyum sendu.
Wanita itu hanya mengangguk sambil mengulas senyuman. setelah menunggu cukup lama, sebuket bunga anyelir dominasi warna pink bertengger di tangan ku.
Setelah melakukan pembayaran aku berpamitan dan bergegas pergi dari toko bunga itu, kaki ku terus menyusuri jalan saat hujan salju mulai turun, orang-orang berlindung di bawah halte. Tidak dengan ku yang terus melangkah semangat menuju sebuah tempat.
Setelah melakukan perjalanan cukup jauh akhirnya aku sampai di tempat tujuan ku, kaki ku melangkah menyusuri jalan setapak, rerumputan hijau ku pijak. Satu dua butiran salju menumpuk di rambut ku, aku menatap langit yang mendung tertutupi kabut.
Hembusan nafas hangat keluar dari mulut ku, kaki ku berhenti melangkah di depan sebuah makam sederhana. Aku tersenyum lembut berjongkok di samping batu nisan mu.
"(Name) aku datang....maaf sedikit terlambat," kata ku terkekeh kecil menaruh buket bunga anyelir di atas kuburan mu.
"Selamat ulang tahun (Name)," bisik ku mengusap lembut batu nisan bertuliskan nama mu.
"Haha rasanya aneh mengucapkan ulang tahun pada seseorang yang telah mati," kata ku tertawa miris lalu menarik nafas.
"Aku berhasil masuk ke universitas impian ku (Name), aku memutuskan mengambil jurusan yang sama dengan ayah ku agar aku bisa meneruskan pekerjaan dan proyek nya," kata ku menatap lurus pada batu nisan saat tangan ku mulai mencabuti rumput kering di atas kuburan mu.
"Leya punya banyak teman sekarang, dia jadi gadis yang sangat ceria seperti harapan mu. Dulu dia gadis pendiam yang suka bersembunyi di belakang mu, sekarang dia jadi gadis cerewet dan jahil," sambung ku sambil menggelengkan kepalaku lalu terkekeh kecil.
"Dia juga....masih melupakan mu. Kurasa itu yang terbaik bukan? Dia akan menyalahkan dirinya sendiri dan jatuh dalam kegelapan kalau ingat tentang mu," gumam ku dengan suara sendu.
"Tak apa (Name), walau dunia melupakan mu.....aku akan jadi satu-satunya yang mengingat mu" tutur ku lembut dengan hati-hati mencabuti rumput liar.
"Sejak hari aku melihat mu sekali lagi, aku sangat bersyukur. Walaupun itu bukan kau melainkan sisa kesadaran mu, namun melihat hidup mu berjalan baik seperti impian mu, aku turut senang"
"Sejak saat itu aku bertekad melanjutkan kehidupan dan impian ku, seperti yang kau lakukan disana" gumam ku.
Hening terjadi setelah aku mengucapkan itu, hanya suara gemercik daun dan tupai yang berpindah dahan, menemani ku.
Kulit ku mulai terasa dingin, aku menarik nafas dalam-dalam menyeka air mata ku yang terasa dingin lalu ku hembuskan nafas hangat musim dingin.
"Aku ingin bertemu dengan mu lagi, Rin"
Helaan nafas sesak ku keluarkan, dada ku mulai terasa menyempit karena hawa dingin dan perasaan lain yang tak bisa ku jelaskan.
Setelah selesai membersihkan kuburan mu, aku memejamkan mataku lalu berdoa pada sang pencipta untuk kedamaian mu di sana.
Ku habiskan hampir satu jam disana, kaki ku mulai terasa kaku karena dinginnya udara, dengan perlahan aku bangun menghadap kuburan mu untuk terakhir kalinya.
Lalu berbalik meninggalkan makan itu, menyusuri jalan setapak yang tadi ku lewati saat datang, mendongak menatap butiran salju yang turun dari langit.
"Kalau kehidupan selanjutnya memang benar ada. Mari kita bertemu lagi, dan saat itu aku tak akan melepaskan mu seperti hari itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus SPIN-OFF ( Genshin Impact X Reader Female )
Fanfictionini cuman Spin-off berisi ke romantisan dan kedekatan kamu sama para Husbu-Husbu genshin. sengaja di pisah soalnya book aslinya fokus ke permasalahan cerita. jadi Romance nya pindah kesini ( ꈍᴗꈍ). anggap aja disini selingan Romance yang gak di tampi...