🌧️ Hujan (Thoma)

889 116 13
                                    

Kamu dan Thoma tengah berjalan beriringan menuju kota Inazuma. Thoma ingin mengajari mu merajut hari ini.

Kamu menghentikan langkah mu menatap langit mendung yang mulai menurunkan satu dua butiran tetesan air.

"(Name) sini! Jangan bengong begitu," panggil Thoma menarik lengan mu menuju sebuah kuil terbengkalai.

"Duh pake hujan segala. Padahal dikit lagi sampe," keluh mu mengusap Surai mu yang basah.

Thoma tertawa kecil membuka jaketnya lalu menaruhnya diatas bahu mu. Kamu melirik Thoma yang sibuk mengacak-acak rambut blondenya. Manik hitam mu melirik pakaian hitam Thoma yang tembus pandang karena basah, memperjelas lekuk dadanya.

Waw cuci mata ini mah. Terimakasih hujan, batin mu bersyukur.

Hening untuk beberapa saat, hanya menyisakan suara hujan yang begitu deras. Manik hijau Thoma melirik tubuh mu yang mengigil kedinginan. Thoma duduk di atas anak tangga tertinggi.

"(Name) duduk sini," pinta Thoma menepuk anak tangga di bawahnya. Kamu mengangguk lalu duduk di depan Thoma. Nafas mu mulai berembun saking dinginnya.

"Gimana udah hangat?" Tanya Thoma memeluk tubuh mu dari belakang. Kamu tersentak kaget karena punggung mu menempel dengan dada Thoma.

"Waktu di Mondstadt ibu ku sering melakukan ini pada ku kalau sedang hujan," tutur lembut Thoma menaruh dagunya di atas kepala mu.

"Heee kau pernah tinggal di Mondstadt?" Tanya mu berusaha merilekskan tubuh mu.

"Ahaha aku belum bilang ya? Aku ini lahir dan besar di Mondstadt (Name)," ucap Thoma terkekeh kecil.

Thoma mulai menceritakan hidupnya sampai bisa tiba di Inazuma. Kamu sesekali tertawa kecil menanggapi cerita Thoma tentang masa kecilnya.

"Jadi begitu. Apa kau tak ada keinginan untuk kembali ke Mondstadt?" Tanya mu bersandar pada dada Thoma.

"Tentu saja ada. Cuman untuk sekarang belum bisa, ya seperti yang kau tahu. Sekarang ini aku punya tanggung jawab disini yang tak bisa ku tinggalkan begitu saja," sahut Thoma. Sorot matanya menyendu menatap rubah yang ikut berteduh.

"Ah aku mengerti," tutur mu mengangguk, tau rasanya punya hutang budi yang begitu besar pada seseorang.

"Hmmm... Kalau rumah ku sudah jadi. Main lah kesana, ajak Ayaka dan Tuan Ayato juga kalau perlu. Anggap saja kalian liburan dirumah ku bagaimana?" Saran mu sedikit mendongak agar bisa melihat wajah Thoma.

"Eh apa boleh? Bukanya malah jadi merepotkan mu?" Sahut Thoma.

"Ahaha tentu saja boleh! Aku tak merasa direpotkan kok, kalian kan teman ku," seru mu riang.

Thoma melongo manik hijau nya berkedip beberapa kali mendengar kata 'teman' dari mulut (Name).

"Teman?" Beo Thoma.

"Iya. Eh tunggu jangan bilang hanya aku yang menganggap mu begitu?" Sahut mu berbalik menghadap wajah Thoma.

"Tidak-tidak tentu saja kita teman. Hanya saja ku kira.... mungkin aku bisa...," Gumam Thoma menoleh kearah lain tak kuat dengan wajah mu yang kebingungan.

"Tidak hanya sekedar teman," bisik Thoma sedikit merona.

"Ya? Kau bicara sesuatu? Maaf aku tak bisa mendengar nya karena suara hujan," tanya mu mendekat kearah Thoma.

"Tidak-tidak Lupakan," sahut Thoma mendorong tubuh mu agar tak begitu mendekat.

"Hei yang benar. Seperti nya sesuatu yang penting," tutur mu masih penasaran.

"Tidak sungguh, bukan hal penting," sahut Thoma bersih kukuh untuk tak memberi tahu perasaan nya pada mu.

"Yasudah lah," keluh mu kembali duduk diam menatap rubah yang pergi.

Thoma berdehem berusaha menetralkan rona wajahnya. Tangannya bergerak kikuk mengusap tengkuk lehernya, nafas berhembus berat dari mulutnya.

Tangan nya terangkat kembali memeluk tubuh mu dari belakang agar kamu merasa hangat.

"(Name) apa kau punya niat mencari pasangan?" Tanya Thoma mengeratkan pelukannya.

"Untuk sekarang sih tidak. Kenapa? Kok tiba-tiba bahas hal itu," tanya mu terheran-heran.

"Ahaha tidak, hanya pertanyaan asal. Tipe mu yang bagaimana?" Tanya Thoma lagi berusaha mengorek informasi.

"Hemmm yang pendiam dan tak rewel," sahut mu teringat dua mahkluk yang selalu bertengkar jika bertemu.

"Ahahaha maksud ku ciri-ciri nya (Name) mungkin seperti tampan, tinggi atau bagaimana," sahut Thoma tertawa geli.

"Ntahlah aku tak punya gambaran. Aku terima apapun jodoh ku nanti, bahkan jika dia cacat sekalipun," tutur mu. Thoma tersentak lalu mengulas senyum lembut.

"Kalau aku bagaimana menurut mu (Name)?" Tanya iseng Thoma sedikit merona menantikan jawaban mu.

"Hmmm...kalau kau. Ntah kenapa aku hanya bisa membayangkan kau lebih dominan jadi seorang istri dari pada Suami ya. Seperti mungkin aku yang akan bekerja lalu kau yang mengurus rumah ahahaha," tawa mu tak menyadari wajah Thoma yang merona sempurna. Mendadak kamu terdiam berhenti tertawa baru sadar dengan perkataan mu.

"Ma-maksud ku bukan begitu! I-itu hanya bayangan ku saja, a-aku tidak bermaksud," tutur mu panik hendak melepaskan pelukan Thoma untuk melihat ekspresi wajah Thoma.

"Iya aku mengerti (Name) santai saja," sahut Thoma terkekeh lalu mengeratkan pelukannya pada mu. Kamu diam seribu bahasa, menutupi wajah mu yang merona dengan kedua tangan mu.

Jadi istri, tak buruk juga kalau kau jadi suami nya, batin Thoma tersipu malu membayangkan kehidupan rumah tangga kalian.

🌧️🌺🌧️🌺🌧️





























Gak bisa ini terlalu manis AAAAAAAA HELP OVERDOSIS.

RIN TEPAR DULUAN BYE (・∀・)

Virus SPIN-OFF  ( Genshin Impact X Reader Female )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang