Part. 36

425 34 0
                                    

HAYANG JUNA.

"Loh?". Kaget Julian tuh. Pas dia liat kearah pintu tiba-tiba aja, Juna udah ada di sana.
Liat bajunya aja pas gitu? Gimana gak iri lagi coba dia.

" Kok lu lebih tinggi dari gue sih?". Tanya Julian
"Apa?". Tanya Juna.

"Gue ulang ya, kenapa kak Juna lebih tinggi dari gue sih?". Kata Julian tidak lupa Nada nya di buat sesabar mungkin.
"Hanya perlu Minum susu lalu setelah itu berolahraga". Kata Juna.
" Masa gitu doang bisa tinggi sih?". Tanya Julian.

Julian tu bingung? dia itu setiap hari juga Minum susu. gitu-gitu aja tuh badannya, apa karena kurang olahraga kali ya? Julian tu males olahraga, apa lagi kalo olahraga nya sendiri gak seru Julian gak suka.
"Ya, hanya itu". Kata Juna.

" Gue juga udah ngelakuin itu. Tapi lihat? gini-gini aja tuh badannya. hwa.. Moa ini gak adil". Kata Julian.
Julian langsung aja naik keatas kasurnya. Sudah di atas kasurnya. Julian masuk kedalam selimutnya sambil meluk Moa juga di dalam selimut.

Sementara Juna yang melihat itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Tidak lupa senyum tipisnya sempat terukir. Yah walaupun senyum itu hanya sekejap mata.

Juna memilih duduk kembali di kursi belajar Julian.
Juna pastinya tidak akan tidur cepat malam ini.
Sebab ada satu pekerjaan Osis yang belum Juna selesaikan.

Juna mengambil ranselnya, mengeluarkan laptop yang selalu ada di dalam ranselnya itu bersamanya.
Juna taruh laptop itu di atas meja belajarnya Julian.

Juna membuka Laptop nya, lalu beralih menatap kearah Julian Sejenak.
Sebelum Juna Fokus dengan apa yang akan di lakukan.

Sebaiknya juna bertanya Dahulu pada sang pemilik kamar.
"Julian?". Panggil Juna Ragu.
"... ". Tidak ada jawaban.
" Lian?". Panggil Juna sekali lagi.

Barulah Julian mengeluarkan kepalanya menatap kearah Juna yang sedang menatapnya Juga.
"Air mata? Mengapa menangis?". Tanya Juna.

Juna langsung mendekat pada Julian, lihatlah matanya mengeluarkan air mata.
"... ". Julian tidak menjawab.
" Mengapa menangis?". Tanya Juna sekali lagi.
" Hwa... Lian kangen Bunda?". Rengeknya. Julian bangun, Tampa aba-aba langsung memeluk Juna dengan erat. Lihatlah Moa saja sampai tidak di perduli kan oleh Julian.

Juna awalnya Bingung, namun lama kelamaan Juna Akhirnya membalas pelukan Julian. Tidak lupa usapan lembut Juga Juna berikan.
"Lian kangen bunda, Kak". Lirihnya.
"Saya mengerti perasaanmu, sudah tidak baik menangis-i nya terlalu sering. Bagaimana jika kita tidur saja. Istirahat, ini sudah sangat laut". Kata Juna menenangkan.

" Tapi Lian masih kangen Bunda". Lirihnya lagi.
"Jika kamu rindu kirimkan untuk nya sebuah doa, niscaya rindu itu akan sampai". Kata Juna lagi.

" Rindu itu seperti benalu di dalam hati, jangan di tahan cukup di ungkapkan saja. Jika tidak bisa secara lisan, di tulisan dan batin juga bisa. Hanya saja tidak akan ada kepuasan yang sama di anatar ketiganya. Apa kamu paham? ". Tanya Juna.
"Enggak?". Jawab Julian jujur.
" Baiklah. Sebaiknya kita tidur saja, ini peluk kembali Moa mu?". Kata Juna.

Julian melepaskan pelukannya pada Juna.
Juna menuntun Julian untuk berbaring di sebelahnya. Setelah Julian berbaring Juna menarik Julian untuk masuk kedalam pelukan hangatnya.

'Jantung gue, gak aman'. Kata Julian membatin.

'Rasaku semakin jatuh'. Kata Juna membatin.

"Bisa tidur?". Tanya Juna.
" Lian gak bisa tidur". Kata Julian.
"Ingin mendengarkan sebuah cerita?". Tawar Juna ke Julian.
" Boleh?". Julian.

"Saya matikan lampunya". Izin Juna. Juna menenangkan tombol kontak di atas naskah di samping.di atas lampu tidur milik Julian.
Kini hanya tinggal cahaya dari lampu tidur dan layar laptop Juna, yang menyala.

Sepetinya anak ini melupakan niat awalnya. Tidak apa lah masih ada hari esok bukan. Begitulah pikir Juna.
" Tutup matamu?". Kata Juna.

Julian menurut, Juna mengusap punggung Julian dengan lembut agar Fokus anak ini teralihkan dengan apa yang di lakukan oleh Juna.

"Di sebuah desa, hiduplah pria tua biasa yang hanya hidup seorang diri di ujung desa itu. Dirinya tinggal sendiri bukan karena sebuah alasan.. Tapi karena sebuah takdir. Takdir lah yang menentukan jalan hidupnya".

"Sampai suatu hari ada seorang anak yang entah datang dari mana tiba-tiba saja sudah ada dirumahnya dengan darah yang sudah hampir mengering di tubuhnya".

"Setelah anak itu datang dan tumbuh di besarkan langsung oleh pria tua ini. Pria tua ini seperti mendapatkan keajaiban. Hidup nya berubah drastis. Yang tadinya miskin menjadi kaya. Setelah anak laki-laki itu datang".
" Ke... ". Juna menghentikan ceritanya...

Saat mendengarkan dengkuran halus dari Julian. Julian terlihat sangat lelah saat ini
Lihat saja dari cara tidurnya. Sang mirip seperti waktu itu. Juna mohon tetap seperti ini. Tidurlah lebih lama di dalam dekapan Juna.

Chup..

Satu kecupan Juna berikan pada kening Julian...

'Selamat malam calon hatiku'. Ucap Juna dengan tulus di dalam hatinya.

Tidak lama Juna pun akhirnya menyusul Julian juga.. Tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.

HAYANG JUNA.

Sementara di tempat lain...

Johan sudah masuk kedalam kamar nya.

Johan mengambil ponselnya, Johan mengotak atik beda pipih itu. Sampai benda pipih itu sudah berada di samping daun telinganya.

Tutt.. Tutt. Pip.

Satu panggilan terjawab..

"Hallo Ar?". Sapa Johan.
"... ". Jawab Di seberang sana.
"Maaf sudah mengganggu waktu istirahatmu". Johan.
"... ". Orang itu.

" Apa kau sibuk besok? Bisakah kita bertemu.. Ada satu hal yang ingin ku Tanya kan padamu". Johan.
".... ". Orang itu.

" Aku tidak bisa mengatakan hal itu sekarang. Ku pikir kita perlu bertemu.. Ini menyangkut tentang seseorang yang Dahulu ". Johan.
".. ".

" Aku tidak menyebut pria bajingan itu, Bukan?".
"... ". Orang itu.

" Temui saja aku besok. kapan kau bisa Aira? Aku berharap kau datang besok". Johan.
"... ". Aira.

" Baiklah ku tutup, selamat malam". Johan.
"... ". Aira.

Pip.

Panggilan itu pun di akhiri oleh Johan.

Johan menatap nama kontak yang baru saja melakukan panggilan padanya.
Johan pikir, setelah 14 tahun berlalu.
Sifat mereka tidak ada yang berubah.
Masih dengan ego yang tinggi.

Johan tidak habis pikir. Tapi mau bagaimana lagi. Toh semua sudah terlambat bukan.

Buktinya kini umur anak nya saja sudah menginjak 16 tahun bagaimana dengan anak itu. Umur mereka bukan kah hanya akan berbeda dua atau satu tahun saja.

Sebab waktu itu Johan mengetahuinya. Sejak mereka sudah duduk di bangku akhir.. Jadi sudah tidak  heran lagi.

Ada begitu banyak cerita yang telah terjadi.

Hah kejadian itu sudah menjadi masa lalu bukan. Tapi dampaknya masih tidak jelas. Akan berakhir sampai di mana ini sebuah teka-teki yang rumit bagi Johan.

Johan saja masih tidak percaya dengan kejadian itu?

HAYANG JUNA.

HAYANG JUNA {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang