Part. 61

256 17 6
                                    

HAYANG JUNA.

Hampir tidak ada yang menyadarinya, seperti biasanya.
"Okey kalo itu mau Lo, apapun itu gue terima. Yang pasti? Kalo lu gak bisa ngalahin gue.. gue pastikan Lo gak akan pernah jadian sama adek gue". Kata Juanda ke aku.

Aku tidak masalah dengan ini, karena hal ini memang sudah menjadi pilihanku.
"Baik, setuju?". Kata gue dengan menjulurkan tangan ku kepadanya seperti hendak bersalaman.

Juanda tidak tidak membalas itu, melainkan Juanda hanya membalas dengan salam yang singkat, bisa di bilang seperti TOS saja..
Lalu Juanda berkata..
"Gue tunggu Lo di star malam ini". Kata Juanda ke aku.

Aku hanya mengiyakan saja... Setelah itu Juanda dan Sahabat pergi dari markas ini.
Sedangkan aku, Sudah ada Roy yang berdiri di hadapan ku setelah Juanda pergi. Roy menatap ku dengan tatapan tajamnya.

Aku hanya bisa tersenyum, lalu menunggu apa yang ingin di katakan oleh ketua Cof ku ini.
"Lo beneran mau lawan King?". Tanya Roy.
"Sudah menjadi pilihanku". Kataku dengan jujur.

"Anjir berani banget Lo, gue aja masih aja kalah lawan dia.. gimana lu coba?". Kata Roy.
"Itu kamu, tapi belum tentu denganku". Kataku lagi.
"Bener juga ya, semoga Lo berhasil deh... Setahu gue King Paling gak bisa kalo ada apa-apa sama adeknya itu. Sama kek dulu sebelum dia se Cute sekarang". Kata Roy ke aku.

Aku tahu itu, bagiku mau dulu maupun sekarang. Tetap saja dia tampan di mataku.
"Lo tau?". Tanya Roy.
"Tidak, tetapi itu hanya masa lalu bukan". Kataku.
Roy menjawab iya, lalu setelah itu kami tidak berbicara lagi.

Karena aku memutuskan untuk menemui sahabatku, siapa lagi kalo bukan Reza.
Kebetulan sekali Reza ada di sini.
"Anjing gue kira Lo mati, Jun". Kata Reza seperti biasanya.
"Sembarangan kalo ngomong, sahabat Lo balik bukan di tanya kabar malah di doa-in mati Lo". Kata Haris.

"Gue gak doa-in tau. Kan gue udah bilang kalo gue kira... Emang lu nya aja yang tololnya minta ampon". Kata Reza.
"Si paling bener". Kata Haris.
"Emang gue bener, oh Inya gue mau ngomong sama lu penting banget". Kata Reza .

"Tentang?". Tanya Aku.
"Nanti Lo tau deh, yuk jangan di sini". Kata Reza.
Reza menarik Ku untuk ikut bersamanya...
Kami memutuskan untuk keluar...
Yap kami sengaja pergi ke cafe miliknya. Untuk sekedar bercerita.

Begitu banyak yang aku bicarakan padanya..
Karena di antara kami tidak ada yang di sembunyikan..
Jadi, sudah tidak heran lagi jika keduanya saling tau rahasia masing-masing. baik itu kecil atau pun besar.

"Lo Belum kenal dia, Juna. Kok lu malah berani banget nantang dia". Keluh Reza.
"Gue aja. yang pernah lawan dia, hampir gak punya kaki. apa lagi lu, coba". Kata Reza.
"Lo jangan main-main sama dia.. batal-in aja sebelum Lo nyesel". Kata Reza.

Aku memegang khawatir, terlebih lagi pilihannya tidak mendapatkan kelonggaran sedikit pun.
Tapi semua sudah terjadi, toh meskipun aku kalah sekali pun.
Aku masih punya restu yang lebih penting bukan.

Yap restu dari ayahnya.
Pada akhirnya kami? Ah lebih tepatnya aku Juna dan Julian. Ya... Kami adalah pasangannya.
Apapun yang terjadi nanti. Biar menjadi hal nanti.

Yang bisa aku harapkan hanya berdoa saja.
Tidak ada salahnya bukan.
Aku tetap melanjutkan obrolanku... Sampai waktu magrib pun tiba.
Kami memutuskan untuk kembali ke markas.

Sebelum pergi....

Seperti biasanya, aku akan melaksanakan kewajiban ku untuk beribadah.
Kamar Reza lah, yang aku pakai.
Sementara Reza, dia sedang membantu stafnya untuk tutup lebih awal.
Supaya cepat katanya, makanya Reza bantu.
Setelah itu Reza juga bakalan sholat juga kok.

HAYANG JUNA.

Selesai sholat pastinya kami langsung bergegas pergi ke tujuan.
Tiba di markas, kami di sambut oleh beberapa teman-temanku dan anggota lainnya.
Selagi menunggu waktu pertandingan kami, dan waktu Isya lewat. Kami memutuskan untuk bercerita. Lebih tepatnya hanya mereka, aku hanya mendengarkan saja. Emm sesekali adalah menjawab. Meskipun aku masih kaku untuk berbicara panjang lebar, Selain dengan Reza atau beberapa orang tertentu.

HAYANG JUNA.

Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
Saat aku sampai di sini sudah begitu banyak sekali orang yang berkumpul.
Sudah seperti acara besar saja, terlihat dari adanya anggota Cof. Lainnya termasuk Cof. Yang menjadi rival King juga ada di sini.

Aku tidak menyangka bahwa berita tentang taruhan ini bisa sampai ke mereka semua.
Aku pikir hanya akan ada anggota dari Cof. Kami sendiri saja.
Siapa yang mengundang mereka semua...
Sehingga begitu banyak sekali yang datang...

"Jun.. Juna.. Juna peaaa.. Lo denger gue gak sih". Kata Reza ke aku.
Aku harus fokus tidak boleh takut.. bukankah malah bagus jika banyak yang menonton.. semakin banyak pula yang akan tahu bahwa Julian hanya akan menjadi milikku. Itu harus? Ya itu harus.

"Aku dengar Reza". Kataku.
"Wah tumben kalem gak nyolot lu". Kata Reza.
"Iya". Kataku mulai dengan nada dingin ku.
Aku tidak pernah sekesal ini dengan Reza sebelumnya. Entah mengapa aku merasakan nya untuk hari ini.

"Gak-gak bercanda loh gue, yuk siap-siap aja....King udah di sono". Kata Reza.
Seperti kata Reza....
Terlihat bahwa Juanda sudah bersiap dengan motornya.
Aku juga mulai bersiap dengan motorku.

Aku mulai serius menatapnya, tatapan kami terlihat sangat angkuh tidak bisa di bilang hanya tatapan pada biasanya. Melainkan hanya ada tatapan saling meremehkan satu sama lain.
"Boss, semangat Boss". Kata Haris padaku.

Aku hanya menjawab iya semua kata-kata semangat, dari orang-orang yang mendukungku.
"Yuk, langsung aja Jun". Kata Kak Roy padaku.
Aku mulai masuk kedalam garis Start tidak jauh dari motor Juanda diletakkan.

Aku menatap kedia, Dia memalingkan wajahnya juga menatapku. karena sahabatnya menunjuk diriku. Karena aku menatap kearah mereka.
Aku lihat Juanda tersenyum remeh.

" BUAT LO SEMUA TOLONG DENGAR INI BAIK-BAIK".
"GUE HARAP KERJA SAMANYA?".
"KARENA KALIAN SEMUA GUE UNDANG SEBAGAI SAKSI SESI START GUE, UNTUK PERTAMA KALINYA"

"DI DALAM KESEMPATAN KALI INI. GUE BAKALAN TARUHAN SAMA DIA (menunjuk ku)".
"KALO MISALNYA DIA KALAH LAWAN GUE. DIA GAK BAKALAN JADIAN SAMA ADEK GUE".

" TAPI? KALO DIA MENANG LAWAN GUE, GUE BAKALAN PASTIKAN DIA GAK AKAN KASI JARAK BUAT MEREKA JADIAN".
"JADI LO SEMUA YANG BAKALAN JADI SAKSI DISINI. BAHWA TARUHAN INI BUKAN PERKARA TARUHAN BIASA BAGI GUE". Ucap Juanda dengan lantangnya...

Semua bertepuk tangan saat Juanda berkata demikian..
Ada yang mendukungku, ada juga yang mendukung Juanda..
Aku tidak berbicara banyak.. aku hanya fokus pada pertandingan ku saja.

Selagi Roy selesai berbicara...
Kami mulai menaiki motor masing-masing.. karena putaran pertama akan segera di mulai.

HAYANG JUNA.

HAYANG JUNA {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang