Part. 52

258 17 0
                                    

HAYANG JUNA.

Juna Pov.
Aku hanya bisa menatap kosong kearah luar jendela kaca mobil.
Setelah kami atau lebih tempatnya aku di usir dari rumahnya, aku tidak tau lagi harus kemana.

Itu sebabnya aku di sini bersama nya?
Wanita yang menyebut dirinya sendiri adalah ibu ku.
Aku tidak tau apa yang menyakinkan nya, bahwa aku ini anaknya.

Jika memang benar wanita ini, yang di maksud oleh ayahku.
Aku tidak tau harus memilih siapa di antara merek berdua.
Aku hanya bisa diam, larut dalam pikiranku sendiri.

"Kita sudah sampai, ayo turunlah". Ajak Wanita itu pada ku.
Yang aku tau namanya Adalah Aira Termanto.
Aku hanya menurut saja, masuklah kami kedalam rumahnya. Bisa di bilang rumah ini bak istana megah di dunia nyata.

Aku pikir apakah sekaya ini ibu ku, tapi mengapa aku di buang?
" Apa ayah dan ibu di dalam, bibi?". Tanya wanita itu pada salah satu pelayan di sana.
"Tuan dan Nyona ada di dalam, nona". Jawab Bibi itu.

" Oh terimakasih, Bi. Oh iya tolong tunjukkan diaman letak kamarnya". Kata wanita itu sambil menunjuk aku untuk pelayan itu, pelayan itu langsung paham jadi dia hanya meng-iyakan saja.
"Ikutlah bersama, Bibi. Nanti saat jam makan siang temui ibu di ruang makan". Kata Aira langsung pergi begitu saja bersama beberapa orang yang tadi datang bersama nya.

" Mari tuan muda?". Kata Bibi itu pada ku.
Aku menatap ragu pada pelayan itu.
Lalu beralih sebentar menatap kearah Aira yang mulai hilang di balik tembok.
"Tuan muda, ayo mari?". Kata Bibi itu pada ku. Aku akhirnya hanya bisa mengikuti saja.

Sampailah, aku di kamar.

Di perjalanan menuju kemari Bibi juga menjelaskan padaku struktur bangunan ini dan berapa peraturan yang tidak boleh di langgar jika sudah masuk kerumah ini.
Aku hanya meng-iyakan saja.
" Di sebelah ini, ini kamar Nona Aira kalo yang di sebelahnya itu adalah kamarmu. Mari silahkan masuk tuan muda?". Bibi membukakan pintu untuk ku.

Masuklah aku kedalam kamar itu, kamar ini ?
Aku suka,persis sama sepeti kamar ku.
"Di kamar ini sudah di lengkapi dengan sistem canggih, jika tuan ingin memanggil Bibi. Tuan bisa menekan tombol kecil di samping tempat tidur di bagian kanan di atas naskah". Beritahu Bibi kepadaku.

" Terimakasih, bi". Ucapku pada pelayan itu.
"Baik silahkan untuk beristirahat tuan, jika perlu sesuatu tidak perlu sungkan untuk manggil Bibi okey". Kata Bibi.

Setelah itu Bibi pergi meniggalkan ku sendiri.
aku memutuskan untuk pergi kearah tempat tidur di kamar.
Aku hanya duduk di tepi tempat tidur.
Menatap kearah jendela luar yang memang sudah terbuka.

Aku menatap kosong keluar, aku beralih membuka kotak kecil yang selalu aku bawa kemana pun aku berada.
Aku buka kotak kecil itu, lihatlah ada sebuah kalung yang cantik di dalam nya.

Aku melepaskan penyambungannya, lalu memakainya sendiri.
Aku meletakan begitu saja kotak kecil itu di samping naskah, dekat dengan lampu tidurku.
Aku membaringkan tubuhku. Rasanya lega sekali.

Setidaknya aku bisa menenangkan fikiran ku lebih cepat. Semoga saja.
Juna Pov End.

HAYANG JUNA.

Akror Pov.
"Duduklah, aku akan panggilkan Ayah". Ucap Aira pada teman-temannya.
" Cepatlah, lebih cepat lebih baik bukan?". Damian.
"Baiklah". Aira masuk, kedalam Lif naik menuju ruang kerja ayahnya di lantai atas.

Sesampainya di sana, Aira bertemu dengan Ibunya.
Sudah biasa bagi Aira melihatnya, sebab sudah menjadi kebiasaan Ayahnya untuk selalu di temani oleh Ibunya.

" Apa kau sudah membawanya, Aira?". Tanya Eria pada anak nya.
"Dia sudah di sini ibu, aku hanya perlu memastikan saja setelah ini". Jawab Aira.

Wisnu menatap keduanya..

"Harus berapa lama lagi aku harus menunggu?". Tanya Wisma.
" Tidak akan lama ayah, aku yakin pada Aneska jika iya bisa memberikan kita hasil yang cepat ". Yakin Aira.

" Heh, mengapa kau yakin sekali bahwa anak itu, anakmu yang dahulu Aira?". Ayah remehkan Aira ternyata.
"Karena ikatan sorang ibu tidak pernah salah Ayah". Kata Aira yakin.

"Dia adalah darah daging ku, aku yakin dialah orangnya". Aira.
" Ck, semoga saja kau benar. Ayo kita selesaikan ini dengan cepat.. Agar aku tidak memikirkannya terus menerus". Ucap Wisma final.
"Baiklah ayah". Aira.

Keduanya turun kembali..
Duduklah Wisma di kursi kebesarannya.
" Apa kau sudah membawanya, Bass?". Tanya Wisma pada Sekertarisnya Bass.
"Sepeti yang tuan minta, silahkan di cek tuan?". Kata Bass pada tuan besarnya.

" Bagus, ini tugas kalian sebagai saksi lihatlah.. Semua hak yang aku miliki, akan aku serahkan langsung pada anak itu jika benar dia anakmu?". Ucap Wisma dengan Tegas.
"Surat ini resmi aku buat sebagai bukti bahwa aku tidak main-main. Jika aku lepas tangan nanti, aku sebagai ketua kalian? Yang sebelumnya menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab ku. pada kalian untuk membimbingnya sebagai penerus ku, panutan kalian, dan pemimpin kalian". Wisma.
"Apa di antara kalian, Ada yang keberatan akan hal iini?". Tanya Wisma.

Mereka semua tentu saja tidak ma salah, sebab jika bukan karena Wisma mereka bukan siapa-siapa sekarang.
Terkecuali satu, dalang dari masalah mereka? Dia tidak bisa di singkirkan. Namun cukup berbahaya jika di biarkan.

"Kami selalu mendukung keputusanmu, tuan besar". Jawab Damian mewakili teman-temannya.
" Baiklah, setelah anak itu resmi di umumkan. Aku berharap kalian tidak lengah dengan Dalex". Pesan Wisma.

"Baik tuan". Jawab semua serempak.
" Sekarang diaman cucu nenek itu?". Tanya Eria pada Aira.

"Dia sedang istirahat, ibu. Dia mendapatkan sedikit masalah hari ini dengan Lian". Beri tahu Aira.
" Aku tidak percaya dia bisa jadi seberani itu pada Johan, Aira?". Kata Aneska.

"Dia persis sepeti ayahnya, lagi pula jika memang benar-benar saling jatuh cinta. Aku rasa tidak apa". Jawab Aira.
" Apa maksud much Aira?". Tanya Qiana Tidak mengerti.

"Dahulu Johan juga sempat menaruh rasa kepadaku, tapi aku malah melakukan yang sebenarnya tidak aku inginkan. Aku pikir Johan tidak serius dangan ucapannya itu sebabnya aku menjalani hubungan dengan Ruan waktu itu". Jelas Aira.
"Tapi tidak di sangka iya serius, dan mau membantuku menemukan anakku. Aku tidak tau harus membalasnya sepeti apa? Tapi yang aku rasa cinta itu hadir karena cinta kami yang dahulu". Ucap Aira yakin.

" Kalian terlalu egois, jika yang mampu saja kamu tinggalkan bagaimana dengan cinta sejati itu". Nasehat Wisma.
"Laki-laki itu bisa saja berbohong dengan kata-katanya, tapi tidak dengan tindakannya". Ucap Joe.

" Dari mana kau tau itu?". Tanya Farest.
"Bukankan semua laki-laki memang mengatahui itu". Ucap Joe.
"Dengarlah itu Aira. Sayang ayo kembali". Ajak Wisma pada istrinya.

Seperginya.. mereka berdua...

" Aku tidak menyangka jika, tuan besar. Sepeti itu". Kata Charles dengan terkejut.
"Bukankan tuan memang sepeti itu". Jawab Jareth.
" Kau dengan Farest memang sangat cocok". Kata Qiana menunjuk Jareth dan Farest.
Hihhihi keduanya hanya bisa menahan malu saja..

Cocok bukan.

HAYANG JUNA.

HAYANG JUNA {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang