Bagian 001

2.7K 69 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Pagi banget bangunnya?" Kata Tika yang melihat anak sulungnya tengah mencuci piring saat jam masih menunjukan pukul lima pagi.

"Tadi habis sholat subuh, gak bisa tidur lagi." Kata Vio menoleh singkat ke arah ibunya.

"Ah gitu." Tika menganguk paham, kemudian tangannya meraih gelas untuk di isi air putih. "Lamaran kerja kamu gimana? Udah diterima apa belum?" Tanya Tika satelah menghabiskan minumnya.

"Vio sampai lupa kasih tau Ibu." Vio menepuk jidatnya pelan. "Kemarin sebenarnya Vio mau kasih tau Ibu sama Bapak kalau Vio udah diterima kerja." Kata Vio diakhiri dengan senyuman.

"Alhamdulillah, kenapa bisa sampai lupa sih kamu. Kebiasaan deh." Kata Tika membuat Vio terkekeh pelan.

"Ya namanya juga manusia Bu, gak luput dari lupa." Kata Vio membuat Tika menatap anaknya dengan gelengan pelan.

"Yaudah lanjutin cucian nya, Ibu mau ke depan buat nyapu halaman."

Vio mengangguk dan setelahnya Tika berjalan meninggalkan Vio didapur untuk keluar rumah.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh dan Vio sudah menata piring yang berisi tiga jenis lauk dan nasi, tak lupa gelas berisi air putih untuk melegakan tenggorokan.

"Mbak." Panggil anak laki-laki yang wajahnya sebelas dua belas dengan Vio. "Lihat si anjing gak?" Tanya Vano dengan santainya saat Vio menoleh kearahnya.

"Bisa gak sih, gak usah namain motor yang aneh-aneh. Kemarin kebo sekarang anjing! Besok kamu namain apa lagi?" Kata Vio Jengah saat menatap adik laki-laki semata wayangnya itu.

"Kalau Mbak mau beliin motor baru, nanti Vano janji deh bakal ngasih nama yang estetik." Vano menaik-naikkan kedua alisnya dengan wajah berharap yang ketara.

"Ogah banget. Kuliah yang bener biar cepet lulus, biar bisa kerja terus dapet uang sendiri. Baru deh kamu beli motor baru." Kata Vio menasihati adiknya itu.

Vano sedikit mendengus mendengar perkataan kakaknya itu. Dengan malas Vano menarik kursi untuk diduduk.

"Kalau di kasih nasihat sama Mbak mu itu didengerin, jangan malah nekuk wajah gitu." Kata Rahman yang baru datang di meja makan.

"Ini juga Vano dengerin Pak, kalau ikut ngomong nanti makin panjang juga nasihatnya." Vano menatap Rahman yang sudah duduk disampingnya.

Vio yang juga sudah duduk hanya berdecak pelan mendengar perkataan Vano.

"Kamu tumben berangkat pagi, biasanya siang terus berangkat ke kampusnya?" Tika yang datang dari dapur dengan piring berisi buah pisang mengambil duduk disebelah Vio.

"Dosennya minta ganti jam, makanya jadi masuk kelas pagi." Jawab Vano setelah mengambil nasi dan telur mata sapi.

"Nah bagus kalau gitu, kamu ke kampusnya bareng Mbak mu aja. Soalnya motor kamu dipinjam sama Pak De buat ke kecamatan." Kata Tika yang tengah mengabilkan nasi dan lauk untuk Rahman.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang