Bagian 029

323 16 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Nino mengetuk-ngetuk dagunya sendiri sembari memikirkan tawaran yang Farez ajukan.

"Gimana No?" Tanya Farez untuk yang ketiga kalinya.

"Naikin dikit. Itu cafe kan rencananya baru gue buka satu minggu dari hari booking lo."

"Kemahalan lah No, jadiin harga temen aja." Kata Farez mematap memohon pada Nino.

Nino mengibaskan tangannya tanda tak setuju. "Gue gak minat pakai harga temen, gue lebih seneng pakai harga nyata." Balas Nino tak ingin menyetujui usulan Farez.

"Diskon tujuh puluh lima persen deh, kan gue pelanggan pertama lo." Farez masih berusaha membujuk Nino.

Helaan nafas Nino semakin terasa berat mendengar harga yang Farez tawar. "Bangkrut nanti gue, alat kopi aja gue masih bayar nyicil. Apalagi pasti nanti ada acara ngedekor segala." Kata Nino sembari memijat pelipisnya sendiri.

"Dekor mah gak perlu lo juga, gue udah ada orang yang bisa dekor. Gue cuma butuh tempatnya aja." Farez kembali menatap Nino dengan tatapan memohon yang begitu menjijikkan bagi Rian dan Vano yang sedari tadi hanya diam memandang kegiatan tawar menawar antara kedua temannya itu.

"Gak, gue tetep gak bisa kasih kalau lo minta harga segitu. Mending lo bikin acara di alun-alun aja." Kata Nino yang mulai kesal.

Farez berdecak kesal, percuma saja menunjukkan raut wajah memohon pada Nino. Nino bukanlah Rian ataupun Vano yang akan luluh apabila disogok dengan barang tertentu.

Farez menyandarkan tubuhnya di punggung kursi dengan raut wajah yang mulai masam.

Rian menggeleng jengah melihat kealotan kegiatan tawar menawar itu. "No, sama temen itu ya peka dikit. Si Farez mau hemat bajet karna pasti ada yang masih diperluin buat tambahan acaranya." Kata Rian mencoba menengahi.

"Tapi Farez minta harganya yang diluar nalar Yan. Cafe gue bahkan belum peresmian." Kata Nino kesal.

"Gini deh, gue bayar harga normalnya. Tapi gue cicil gimana?" Tanya Farez yang mulai capek membujuk Nino.

Vano menahan tawanya saat mendengar tawaran Farez kali. "Kira-kira nyicil berapa kali Rez?" Tanya Vano memancing.

"Terserah Nino maunya berapa kali. Yang penting gue bisa lunasi kok." Kata Farez menoleh singkat pada Vano.

"Ya No?" Farez memasang raut wajah memelas dengan kedua telapak tangan yang tertaut didepan dada.

"Si Farez gak bangkrut kan ya?" Bisik Rian pada Vano dengan suara yang sebenarnya masih dapat didengar oleh Farez.

Vano hanya menggeleng dan mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

"Gue jahit ya mulut lo Yan." Kata Farez menatap Rian dengan tatapan tajam.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang