°°°
Jam baru menunjukkan pukul tujuh malam, namun entah mengapa bulu kuduk Vano terasa berdiri saat beberapa detik lalu mengambil duduk disamping Vio.
Vano memutuskan untuk menoleh ke arah Vio. "Mbak." Panggil Vano sedikit pelan.
Namun masih dapat Vio dengar, Vio segera menoleh ke arah Vano. "Ya, kenapa?" Tanya Vio setelah mengatur kembali raut wajahnya.
Raut wajah Vio yang awalnya terlihat senang dengan senyum lebar nan manis, dengan pandangan matanya menuju ke arah layar televisi didepannya. Seketika ia rubah saat mendengar panggilan dari Vano.
Entah sejak kapan, adiknya itu sudah duduk dengan raut wajah yang khawatir saat menoleh padanya.
"Mbak ngapain senyum kayak gitu?" Tanya Vano heran. Padahal film yang Vio tonton saat ini adalah film horor tapi kenapa malah tidak ada raut takut sama sekali dari wajah Vio.
"Kenapa emangnya?" Vio bertanya balik, sembari mengangat sebelah alisnya.
Vano mengusap wajahnya sendiri dengan sebelah tangan kemudian kembali fokus menatap Vio. "Serem aku lihatnya." Kata Vano jujur.
"Apaan?! Kok tiba-tiba ngatain Mbak serem?" Kata Vio mendadak tak terima dengan pengakuan Vano.
"Ya lagian... belum tengah malem udah senyum lebar gitu. Kan aneh." Jawab Vano.
"Bagian mana sih yang aneh? Terus juga ngapain harus nunggu tengah malem buat senyum? Aneh kamu." Timpal Vio geram.
"Mbak suka gak peka deh." Balas Vano sembari menarik sudut bibirnya keatas dan menampilkan raut wajah tengil.
Melihat ekspresi wajah Vano itupun, tanpa perlu waktu lama, Vio dapat langsung mengerti apa yang Vano maksud. "Kamu samain Mbak sama setan?! Enak aja!" Kata Vio teramat kesal dan menatap Vano tajam.
Vano tertawa cukup keras, hinggga memegang perutnya sendiri. Saat mendengar perkataan Vio tersebut.
Vio berdecak pelan, kemudian mendengus kasar setelahnya.
Vio dengan segera mengepalkan satu telapak tangannya, dan tanpa aba-aba kemudian mengarahkannya kedepan wajah Vano. "Sekali lagi kamu ngomong gak jelas! Mbak bahas motor kamu yang kebaret itu." Ancam Vio pada Vano.
Setelah hampir seminggu dibuat penasaran, kenapa motornya lama sekali saat proses service bulanan. Padahal bisanya service motor dibengkel langganan, hanya menghabiskan waktu setengah hari saja.
Tapi entah kenapa motornya itu baru Vano ambil lagi dari bengkel tiga hari setelah motor itu masuk bengkel.
Vio beberapa kali bertanya kepada Vano mengenai masalah motornya, apakah motor Vio serusak itu sampai service nya memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Namun Vano hanya menjawab kalau bengkelnya saja yang sedang ramai sehingga tidak dapat menyelesaikan motor milik Vio seperti biasanya.
Mendengar penjelasan Vano tersebut, sebenarnya tidak membuat Vio langsung percaya, karena bisanya pemilik bengkel lebih mengedepankan service langganan jadi walupun sedang ramai tetap saja motornya cepat selesai dikerjakan seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You MBAK!
Romance"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya. Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez. "Sejujurnya... iya. Meli...