Bagian 019

332 15 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Farez menghela nafas ringan saat ia masuk kedalam ruang kerjanya dan mendapati ketiga temannya yang kini tengah berebut pizza yang tinggal sepotong.

"Eh Yan, lo tu jangan serakah. Dari tadi lo udah makan banyak banget, ini jatah gue." Vano mendelik kesal pada Rian.

"Lo sama aja kayak Rian, Van. Gue yang baru makan sepotong dari tadi, jadi ini jatah gue." Nino masih berusaha merebut bungkus pizza dari kedua temannya itu.

"Ck. Siapa cepat dia dapat, orang gue duluan yang mau ngambil kok." Kata Rian tak terima.

Farez mengusap wajahnya lelah, kemudian mendekat kearah ketiganya.

Dengan segera Farez menarik tempat pizza dari tangan ketiganya, dan langusng segera mengabil potongan pizza tersebut untuk dimakan.

"Farez!" Teriak ketiganya kesal saat Farez sudah menghabiskan potongan pizza terakhir tersebut.

Farez mendengus kesal, saat teriakan ketiga temannya tersebut membuat pizza yang akan ia telan sedikit terhambat karena terkejut.

"Tau diri lo pada, gue yang beliin malah gak lo sisain. Ini bagian gue, jadi jangan pada protes." Farez menujuk bergantian ketiga temannya tersebut.

Vano memutar bola mata malas, kemudian meraih minuman soda untuk membasahi tenggorokannya.

"Lo kan gak bilang, kalau lo juga mau nih pizza." Kata Vano.

Rian menganguk setuju. "Nah betul. Lagian lo bos distro jajan pizza cuma satu kotak." Protes Rian.

"Tanda-tanda orang yang gak pernah bersyukur ya kayak lo berdua itu." Farez berdecak malas.

"Lagian ya, hemat pangkal kaya. Makanya gue cuma beli satu." Lanjut Farez bangga.

"Terserah lo pada deh." Kata Nino mengangkat tangannya lelah, kemudian mendorong Rian hingga terjatuh dari sofa, dan merebahkan tubuhnya diatas sofa.

Rian menatap protes ke arah Nino yang dengan sengaja membuat dirinya jadi duduk di atas karpet lantai. "Wah kurang asem lo No." Kata Rian menjitak dahi Nino.

Nino hanya meringis pelan sebelum mengumpat pada Rian, kemudian memejamkan matanya.

Farez hanya terkekeh pelan, kemudian berjalan ke kursi kerjanya dan membuka buku catatan pemasukan kedua distronya untuk bulan ini.

"Gue perhatiin kalau lo lagi fokus kerja gitu, lo jadi keren ya Rez." Kata Vano memuji Farez.

Rian langsung tertawa mendengar pujian yang dilontarkan Vano. "Adik ipar yang baik emang lo Van." Rian mengacungkan jempol ke arah Vano.

Vano berdecak pelan sebelum akhirnya melemparkan bantal sofa pada Rian. "Gak ada hubungannya." Kata Vano kesal.

"Halah, lo muji gue gitu paling ada maunya." Kata Farez menimpali.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang