Bagian 012

594 20 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Rian dan Vano kembali berjalan menuju ketempat Nino dan Vio berada, namun saat tiba disana.

Vano menatap bingung, begitupun dengan Rian.

"Lhoh. Mbak Vio kemana?" Tanya Vano dan Rian bersamaan.

"Mbak Vio tadi tiba-tiba dapet telepon dari temen kerjanya, katanya temennya itu mau lahiran jadi Mbak Vio buru-buru kesana." Kata Nino berbohong.

"Lhah kalau mau lahiran kenapa telpon Mbak gue? Mbak Vio kan bukan bidan." Kata Vano bingung.

Rian malah tertawa dengan pertanyaan Vano. "Ya gak jadi bidan juga kali Van, paling Mbak Vio cuma disuruh nemenin aja. Siapa tau suami temennya Mbak Vio masih ada urusan lain jadi dia gak ada yang nemenin."

"Ya kalau itu kan bisa panggil keluarganya yang lain aja. Kenapa harus temannya coba?"

"Aduh Van, kalau udah manggil orang yang bukan keluarganya kayak gitu, bisanya emang keadaannya lagi mendesak." Kini giliran Nino yang kembali meyakinkan Vano.

Rian menganguk setuju. "Lagian Kakak gue dulu waktu lahiran juga yang tau dulu malah sahabatnya, jadi yang ngabarin suami sama keluarganya ya sahabatnya itu." Kata Rian menceritakan kejadian yang pernah ia jumpai.

"Kok aneh ya, bukannya orang hamil itu ya dirumah aja. Masak orang rumah malah gak tau duluan." Kata Vano yang masih terheran mendengar cerita Rian.

"Kalau Kakak gue dulu emang dirumah, tapi waktu itu sahabatnya emang sengaja nemenin Kakak gue karena waktu itu keluarga besar gue juga suami Kakak gue lagi ada acara yang gak bisa ditinggal." Kata Rian kembali menjelaskan.

Vano menganguk-ngangguk saat mendengar penjelasan Rian lagi. "Terus gue pulangnya gimana sekarang?" Tanya Vano sembari menatap helm ditangannya.

"Gue anterin." Kata Nino cepat, dan dengan segera Nino merangkul bahu Vano untuk segera berjalan menuju keparkiran dengan Rian yang berjalan dibelakangnya.

***

Vio menghentikan sejenak motornya saat tiba didepan rumah Farez, saat melihat pagar rumah Farez terbuka dengan segera Vio melajukan kembali motornya untuk masuk kedalam halaman rumah.

Vio segera turun dari motornya setelah memakirkan motornya, Vio berjalan menuju ke pintu rumah Farez dan segera mengetuk pintu Farez sedikit keras.

Setelah ketukan yang keempat, pintu didepan Vio akhirnya terbuka dan memperlihatkan Farez yang berdiri disana dengan tatapan terkejut pada Vio.

Vio segera berjalan ke arah Farez kemudian memeluk laki-laki tersebut dengan nafas yang memburu.

Membuat Farez semakin bingung menatap Vio yang kini memeluknya begitu erat.

Kedua tangan Farez yang awalnya menggantung akibat tekejut, kini terulur menyentuh punggung Vio kemudian mengelus pelan punggung tersebut.

"Mbak Vio." Panggil Farez pelan pada Vio.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang