Bagian 039

788 13 5
                                        

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Setelah jam mata kuliah terakhir telah selesai, ketiga orang yang kini masih duduk di kursinya masing-masing. Masih terdiam sembari menatap kertas hasil kuisnya.

"Pusing gue, tiap hari ada aja kuis dadakan kayak gini." Rian memegang kedua sisi kepalanya.

Vano menatap lembar kuisnya dengan wajah penuh penyesalan. "Ini nilai apa jumlah isi kacang, coba?" Kata Vano frustasi.

"Lo gak mungkin dapet jelek kan, No?" Tanya Rian yang kini sudah menghadap Nino.

Nino memasukkan hasil kuisnya kedalam tas sembari tersenyum puas. "Ya gak mungkin lah." Kata Nino dengan entengnya. Tentu saja hal tersebut langsung membuat Vano mendengus pelan, dan Rian yang hanya memutar bola matanya malas.

"Pulang kampus gue mau langsung ke cafe, lo berdua mau ikut gak?" Tanya Nino kepada dua temannya itu.

"Gue mau nyamperin beb Cla aja. Soalnya akhir-akhir ini kan banyak tugas, gue jadi jarang nemuin dia." Balas Rian, yang sudah sibuk dengan ponselnya.

"Halah, kayak si Clara kangen aja sama lo, Yan. Dia malah seneng kalau lo jarang gangguin dia." Kata Vano dengan kekehan setelahnya.

Rian menatap Vano tajam. "Ck, gak usah banyak komentar lo. Bikin kesel aja."

Nino hanya menggeleng kecil melihat perdebatan kedua temannya itu. "Lo Van?" Nino mengangat satu alisnya.

"Gue ngikut lo aja deh. Mau ngopi dulu." Balas Vano.

"Oke, nanti gue nebeng sekalian." Balas Nino, yang langsung membuat Vano tersenyum jail.

"Kopi gratis, itung-itung uang bensin dong kalau gitu." Kata Vano yang langsung mendapat decakan keras dari Nino.

"Karna gue tahu didunia pertemanan kita gak ada yang namanya gratis, gue iyain mau lo." Balas Nino setengah hati, kalau bukan karna motornya yang saat ini sedang berada di bengkel. Mana mungkin ia mau nebeng pada salah satu teman perhitungannya itu.

"Cafe lo masih butuh karyawan gak No?" Tanya Rian tiba-tiba. Tentu saja hal tersebut membuat Vano dan Nino menatapnya bersamaan.

"Masih sih, gue masih butuh barista. Emangnya kenapa?"

"Kalau gue daftar jadi barista lo bolehin gak? Gue emang gak jago-jago amat sih, tapi gue udah punya pengalaman kok." Kata Rian yang sepertinya benar-benar serius.

Nino tampak berpikir saat mendengar perkataan Rian, sedangkan Vano memilih diam dan menjadi pendengar terlebih dahulu.

"Gini deh, gue belum cek email masuk. Jadi gue belum tahu ada atau gak yang daftar. Kalau emang ada yang lebih dulu daftar gue bakal milih secara adil kok. Malam ini atau besok lo bisa kirim surat lamaran kerja lo ke email gue." Kata Nino. Dia bukan tipe orang yang mudah memberikan kerjaan hanya karena semata-mata kenal atau memang teman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang