"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya.
Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez.
"Sejujurnya... iya. Meli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Suara langkah kaki yang begitu ketara dipendengarannya membuat Farez yang awalnya duduk diam sambil memperhatikan halaman belakang rumahnya, dengan terpakasa harus menoleh kearah suara tersebut.
"Aku gak tahu kalau hobi Kak Farez sekarang ngelamun." Kata Nadda yang sudah mengambil duduk di kursi depan Farez.
"Sendiri?" Tanya Farez seolah tak memperdulikan sindirian yang Nadda layangkan.
"Mama sama Frenzi ikut juga. Mereka didapur buat manasin makanan buat makan malam." Balas Nadda sembari menyerahkan flashdisk pada tangan Farez.
Kening Farez mengernyit melihat flashdisk ditangannya. "Ini apa?"
"Flashdisk." Kata Nadda dengan seringai kecil.
"Kakak juga tahu kalau itu namanya Flashdisk Nad." Farez mendengus pelan. "Jadi ini untuk apa?" Tanya Farez.
"Kejutan." Kata Nadda dengan senyum lebarnya. "Ayo kedalem, pasti makanannya udah siap." Setelahnya Nadda segera beranjak dari duduknya, meninggalkan Farez yang masih menatap bingung pada flashdisk ditangannya.
"Nad! Kamu jangan bercanda ya." Farez segera berdiri dari duduknya dan menatap punggung Nadda yang kian menjauh.
Sepertinya Farez memiliki sedikit atau bahkan banyak kekhawatiran setelah mendengar perkataan sindirian Nadda saat baru saja tiba didekatnya tadi.
"Farez, ayo makan. Ini mama udah panasin lauknya." Suara teriakan Rani membuat Farez dengan segera menyingkirkan sejenak pemikirannya mengenai Nadda.
"Iya Mah." Farez segera berjalan masuk kedalam rumah setelah menyahuti panggilan dari Rani.
***
Farez menutup pintu kamarnya setelah mama, serta kedua adiknya beberapa saat lalu sudah kembali pulang. Dan membuat rumah yang Farez tinggali menjadi sunyi kembali.
Entah mengapa, sejak kejadian penipuan serta kegiatannya mengerjakan skripsi. Banyak sekali menghabiskan waktu malamnya didalam kamar.
Ia sama sekali tidak menghubungi Vio, setelah pesan terakhir tanpa balasan yang ia kirim setelah memberikan cokelat kepada wanita pujaan hatinya itu.
Bertemu dengan ketiga temannya saja sudah hampir tidak Farez lakukan selama tiga hari ini. Bahkan acara kejutan untuk kembali mengungkapkan perasaanya pada Vio secara resmi, terpaksa harus ia tunda kembali.
Setelah dari kampus, Farez lebih memilih untuk segera ke distro untuk membatu karyawannya. Sedangkan nasib distro cabangnya juga masih harus tutup sampai batas waktu yang Farez juga belum tahu.
Farez mengira, dampak dari penipuan itu tidak akan mengakibatkan sesuatu masalah yang cukup rumit bagi usahanya ini. Tapi ternyata Farez salah, setelah penipuan itu, angka pemasukan dari kedua distronya malah ikut turun dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sebagian pembeli pun banyak yang membatalkan pesanan tanpa memberitahu penyebabnya.