Bagian 005

988 33 2
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Vio menatap pot bunga beserta pupuk organik yang baru saja dibeli oleh Tika. "Banyak banget belinya Bu." Kata Vio menoleh pada Tika yang kini sibuk memasukkan pupuk kedalam pot.

"Mumpung Ibu dapat tambahan uang bulanan dari Bapak mu."

Vio langsung menganguk pelan mendengar itu. "Terus ini semua mau dibuat tanem bunga aja?" Tanya Vio.

"Gak, bunganya empat pot aja. Yang enam pot lainnya buat ditanemin biji sawi, tomat, sama cabai rawit. Lumayan kalau harga tiga bahan itu naik, kita tinggal ambil di sini." Kata Tika sembari menyerahkan satu pot dengan sekop kecil pada Vio.

Vio mulai memasukkan pupuk kedalam pot, kemudian mulai memasukkan beberapa biji sawi yang telah diambil tadi.

"Oh iya, Ibu mau nanya ke kamu."

"Tanya apa Bu?"

"Kamu kemarin lihat Bapak kerumah Bu Susi?"

Vio menggeleng "Enggak, emangnya kenapa Bu?"

"Vano tadi ngasih tau Ibu kalau kemarin dia lihat Bapak ngobrol sama Bu Susi didepan rumah perempuan itu." Kata Tika dengan menunjukkan nada yang terdengar cemburu.

"Mungkin Bapak ngasih info tentang pembeli rumah, kan Bapak emang jadi perantara penjualan rumah Bu Susi." Kata Vio.

Tika menganguk mendengar itu, namun hal itu membuat Vio sedikit menahan tawa melihat wajah Ibunya yang sangat ketara cemburunya.

***

"Fren." Panggil Farez pada adiknya yang tengah asik bermain game dalam ponsel nya.

"Apa Kak?" Frenzi menyauti namun matanya tetap fokus ke layar ponsel.

"Guru baru yang kamu maksud itu Bu Vio?" Tanya Farez.

"Iya, kan waktu itu aku udah kasih tau kalau namanya Bu Vio. Emangnya kenapa?" Kini Frenzi menoleh singkat pada Farez.

"Gak sih, Kakak cuma lupa aja kalau kamu pernah kasih tau tentang Bu Vio." Kata Farez. "Emm... mau bantuin Kak Farez gak?" Kata Farez sedikit ragu.

"Bantuin apa?" Tanya Frenzi yang sudah kembali fokus pada permainannya.

"Kasihin ini ke Bu Vio ya nanti." Farez mengulurkan kotak kecil  berbentuk kubus dengan pita berwarna biru laut diatasnya pada Frenzi.

Frenzi menoleh sekilas, kemudian mengepause permainannya. Setelah itu kembali menoleh pada Farez.

Frenzi menatap kotak ditangan kakaknya itu. "Kak Farez maksa Frenzi buat nginep disini... karena ada maunya ya?" Kata Frenzi mengangkat sebelah alisnya, jangan lupa senyum jail yang ia berikan pada Farez.

Farez hanya berdehem singkat mendengar itu. Tangannya kembali mundur dan menaruh kotak tadi dibelakang tubuhnya seperti sebelumnya.

"Kalau gak mau ya udah." Kata Farez.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang