°°°
Rama menendang keras salah kursi cafe saat tidak mendapati keberadaan Vio disana. Bukannya Vio sudah setuju untuk bertemu dengannya hari ini. Tapi kenapa perempuan itu tidak terlihat sama sekali disekitarnya.
Meraih ponsel didalam saku celananya, Rama kembali membuka pesan balasan dari Vio tadi malam. Namun setelahnya berdecak keras saat melihat pesan dari Vio, beberapa menit yang lalu.
Violita
Maaf, mungkin apapun pembuktian negatif yang akan anda kasih ke saya tentang Farez. Saya tetap akan percaya dengan kekasih saya.
Maka dari itu, saya membatalkan perkataan saya yang menyanggupi untuk bertemu dengan anda.
"Sialan! Kamu berani ngeblok saya Vio?" Rama menatap ponselnya dengan wajah keras, tangannya menggenggam erat ponselnya hingga seperti akan merumuk-kan benda pipih tersebut.
"Arrgghhh!" Rama menarik rambutnya frustasi. "Kenapa bocah itu selalu lebih beruntung?! Sialan!" Tatapannya menajam seiring dengan jutaan dendam yang semakin membuat dadanya terasa panas.
"Ini cafe umum kali, bisa gak jangan teriak-teriak?" Suara perempuan yang entah dari kapan sudah berada dibelakang Rama, membuat laki-laki itu menoleh.
Tatapan keduanya bertemu dan sama-sama menampilkan raut wajah terkejut, namun tidak lama untuk si perempuan itu segera merubah raut wajahnya menjadi normal kembali.
"Ck! Lo lagi, lo lagi. Sempit banget ini kota." Perempuan tersebut menatap malas pada Rama yang kini menatap geram kearahnya.
Bukan hanya karena ucapan tidak sopan dari Nadda yang membuat Rama marah tetapi karena dirinya benar-benar gagal memanfaatkan hal yang sangat 'kebetulan', yang terjadi saat ini. Kalau saja Vio benar-benar datang, ini akan sangat menjadi hari keberuntungannya. Perempuan gila yang ia potret dengan Farez waktu itu kini sedang berdiri didepannya dengan gaya angkuh dan songongnya.
Tapi keberuntungan memang sedang tidak berpihak kepadanya untuk saat ini. Ia tidak bisa melancarkan rencanya hari ini, dan malah dibuat geram dengan perkataan perempuan gila didepannya ini.
"Kamu!" Rama menunjuk tak ramah ke arah Nadda, dan dengan cepat menarik Nadda keluar dari cafe saat menyadari semua pengunjung telah menatap ke arahnya saat ini.
"Lepas woi! Lo gila apa?" Nadda berteriak kesal disela-sela berjalan keluar cafe. Genggaman tangan laki-laki itu bahkan begitu erat dan membuat tangan Nadda terasa sakit seketika. Segala nama hewan bahkan Nadda keluar dari mulutnya untuk memaki Rama.
Sedangkan Rama sama sekali tidak memperdulikan ocehan dan makian dari Nadda dan tetap menyeret Nadda menuju ke arah mobilnya terpakir, ia sengaja memilih tempat parkir yang sepi dan sedikit jauh dari pelataran cafe tadi.
Dengan gerakan kasar Rama mendorong Nadda hingga bersandar pada sisi mobil miliknya dan mengunci kedua tangan itu di atas kepala sang empunya.
Keduanya saling menatap dengan tatapan sarat emosi yang sama berkobar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You MBAK!
Любовные романы"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya. Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez. "Sejujurnya... iya. Meli...