Bagian 036

378 14 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Farez duduk saling berhadapan dengan Vio, tangannya menggenggam erat tangan kekasihnya yang kini masih diam setelah tangisannya beberapa saat yang lalu.

Tatapan sendu yang Vio layangkan pada Farez membuat laki-laki itu sedikit merasa sakit saat melihat kedua iris perempuannya itu.

"Mulai sekarang, tolong saling jujur ya Rez." Kata Vio, memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Vio menatap Farez dengan penuh ketulusan. "Setelah kamu nerima telepon di rumah saya waktu itu, saya sebenarnya udah merasa ada yang gak beres dari raut wajah kamu setelahnya." Ungkap Vio, yang langsung membuat Farez melebarkan kedua matanya terkejut.

"Saya bener kan?" Tanya Vio saat melihat reaksi yang Farez tunjukkan.

"Maaf... " Balas Farez merasa semakin bersalah.

Vio menggeleng pelan, kemudian tersenyum pahit. "Selama itu, dan kamu baru ngasih tahu saya hari ini."

"Aku gak mau bikin Mbak kepikiran sama masalah aku. Aku pikir dengan gak ngasih tahu siapapun tentang masalah ini, aku lebih bisa cepet beresin semuanya." Farez mulai menjelaskan apa yang ia pikirkan saat memilih untuk mencoba menyelesaikan semuanya sendiri, tanpa bantuan dari orang terdekatnya.

Farez melepas genggaman tangannya dari Vio. Kemudian menatap kearah depan sejenak sebelum kembali membuka suara. "Aku kalut Mbak, sebelum ada kejadian penipuan itu aku udah buat beberapa rencana untuk kehidupan aku kedepannya, untuk hubungan kita." Terang Farez.

Yang kemudian meraih tumpukan kertas yang ada didalam tasnya dan menyerahkannya pada Vio. "Aku udah mulai skripsi." Kata Farez, setelah mendapat tatapan terkejut dari Vio.

Vio menutup mulutnya dengan tangan sejenak, saat mendengar perkataan Farez. Terkejut? Tentu saja itu yang sekarang Vio rasakan. "Kamu... sejak kapan?" Tanya Vio, dengan raut wajah menuntut.

"Setelah dari tempatnya Mas Yovan." Jawab Farez. "Aku sengaja ngurangin barang dari Mas Yovan, karena gak punya banyak waktu buat ngawasin berjalannya produksi. Aku harus cepet-cepet mulai skripsi, dan itu butuh waktu yang luang." Kata Farez melanjutkan.

"Jadi itu alasan kamu kenapa setelah dari sana, kamu susah ngeluangin waktu buat sekedar, ngabarin atau ngajak saya jalan keluar?" Tebak Vio.

Satu anggukan ringan dari Farez membuat Vio mengehela nafas. "Kenapa kamu gak bilang aja sih Rez. Kamu malah buat saya overthinking, karena sikap kamu itu." Kata Vio sedikit tak terima.

"Dan semakin menjadi karena masalah soal penipuan yang kamu alami ini." Lanjut Vio. "Kamu sebenernya anggap saya apa sih, Rez? Kenapa kamu gak bisa terbuka, seperti pertama kali kita kenal." Entah kenapa, Vio seakan semakin ingin mengeluarkan semua unek-unek yang memenuhi pikirannya.

"Mbak pacar aku." Balas Farez penuh penekanan. "Aku memang salah, karena udah nutupin semuanya sama Mbak. Tapi aku gak bermaksud untuk nyakitin Mbak." Farez meraih kedua tangan Vio yang masih memegang skripsi miliknya.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang