"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya.
Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez.
"Sejujurnya... iya. Meli...
"Gak lucu, gak usah ketawa." Vio mendaratkan tinjuan pada punggung Farez, dan hal itu malah membuat Farez kembali tertawa.
"Mbak gak ada bakat mukul orang, gak ada rasanya sama sekali pukulan Mbak." Kata Farez mengejek.
Vio semakin kesal mendengar ejekan dari Farez tersebut, dengan setengah kesal Vio segera turun dari motor Farez dan dengan cepat melepaskan helm dari kepalanya.
"Nih helm kamu." Kata Vio memberikan helm pada Farez.
"Jangan kesel gitu mukanya, nanti cantiknya ketutupan." Kata Farez, dengan tangannya yang mengambil helm yang diberikan Vio.
"Gombal aja terus kamu." Kata Vio sembari merapikan rambutnya.
"Ya namanya juga usaha, siapa tau aja Mbak lebih cepet terima aku jadi pangeran hati Mbak." Kata Farez dengan senyuman menyeringai.
Lalu tangan Farez terulur untuk menyekat keringat Vio yang berada dipelipis. "Aduh, keringatan gini aja Mbak masih cantik banget." Kata Farez sembari mengedipkan sebelah matanya.
Vio dengan cepat memukul pelan punggung telapak tangan Farez. "Udah ih, jangan gombal terus." Kata Vio yang entah kenapa mendadak salting.
Vio lagi-lagi memukul ringan pada lengan Farez. "Udah ah, kamu pulang sana." Kata Vio sembari menggoyangkan telapak tangannya, memberi tanda agar Farez segera pulang.
"Mbak ngusir aku nih?" Tanya Farez dengan nada yang dibuat sedih.
"Jangan pura-pura sedih gitu deh. Nanti keburu ketahuan sama Vano, dan saya gak mau kalian berantem." Kata Vio.
Farez malah tertawa mendengar kekhawatiran Vio. "Emang aku sama Vano anak kecil apa, kok pakek segala berantem." Kata Farez.
"Tadi kan saya udah cerita tentang Vano yang ngelarang saya deket sama kamu... kamu juga lihat kan perlakuan dia ke saya waktu di pasar malam."