°°°
"Lima martabak kacang spesial, sama martabak telur bebek spesialnya satu." Pesan Vano pada penjual martabak didepannya.
Setelah mendapat anggukan dan tanda jempol dari penjual martabak tersebut, Vano segera berjalan kembali ketempat dimana ketiga temannya duduk.
"Senyum lo horor Van. Lo pesen martabak kacang dobel kan?" Kata Rian dengan tatapan penuh selidik ke arah Vano.
Vano hanya mengibaskan tangannya kearah Rian dengan wajah yang dibuat pongah.
Rian mendengus pelan kemudian mengeplak lengan atas Vano dengan kesal. "Harusnya lo juga pesenin gue dobel." Kata Rian dengan nada kesal.
"Emang pada enggak tau diri lo pada." Sembur Farez yang sudah selesai menghitung uang dalam dompetnya.
"Kesempatan bagus gak boleh di sia-siain kali Rez." Balas Vano dengan senyum yang mengembang.
Farez mencebik kesal ke arah Vano dan memberikan kepalan tangan ke arah temannya itu.
Yang langsung mendapat tanggapan tawa dari Vano.
"Cukup gak uang lo?" Tanya Nino yang tahu kalau Farez tadi sempat menghitung uang dalam dompet setelah melihat senyum horor yang Vano tunjukkan tadi.
Farez menepuk dadanya sendiri dengan senyum tipis. "Untungnya uang gue ngalir terus didalem dompet. Jadi gak perlu dipertanyakan cukup atau gaknya." Kata Farez menyombongkan diri.
"Iyadeh Rez, seseneng lo aja. Kayak kita tadi gak lihat aja wajah ngenes lo waktu si Vano baru balik kesini." Rian menepuk-nepuk bahu Farez dengan senyum jail.
Dan hal itu lantas membuat Vano dan Nino terkekeh pelan.
Farez menghempaskan tangan Rian dari bahunya. "Rese lo." Kata Farez dengan dengusan pelan setelahnya.
"Ini pesanannya Mas." Kata penjual martabak yang sudah menghampiri keempatnya dengan membawa tiga plastik berisi pesanan yang Vano sebutkan tadi.
"Makasih Bang, ini uangnya." Kata Farez setelah mengambil alih plastik martabak tersebut.
"Pas ya Mas. Saya juga makasih." Kata penjual martabak tersebut, sebelum akhirnya berlalu.
"Yeee, pesta martabak kita." Seru Rian setelah Farez mengelurkan semua bungkusan martabak dari dalam plastik.
"Untung kita beneran bawa nih karpet ya, jadi kita bisa langsung makan ditempat." Timpal Vano, yang selanjutnya mulai mencomot martabak kacang yang begitu menggoda untuk segera ia dimakan.
"Untung bapak lo! Kayak orang aneh kita jadinya." Kata Nino tak terima.
"Rahman Bapak gue. Untung bapak siapa gue gak tau." Timpal Vano kemudian mulai mengunyah martabak.
Baik, Nino harus sedikit mengelus dadanya sendiri untuk menambah kesabarannya yang mulai menipis akibat candaan Vano itu.
"Tapi ini serius, kita makan disini?" Tanya Nino memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You MBAK!
Любовные романы"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya. Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez. "Sejujurnya... iya. Meli...