Bagian 004

1K 48 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Vio menatap fokus menatap leptop didepannya. Beberapa saat duduk fokus menatap leptop membuat dirinya merasakan pegal dibagian punggungnya.

"Ah, kayaknya badanku butuh minum deh." Kata Vio dengan tangannya yang memegang punggung.

Baru akan beranjak dari duduknya, pintu kamar Vio terbuka dan menampakkan Vano yang kini berjalan masuk menghapirinya.

"Mbak keluar yuk." Ajak Vano sambil memakai jaket.

"Kemana?" Tanya Vio.

"Ketempat biasa aja gimana? Nanti pulangnya kita mampir ke pasar malam dulu."

Vio berpikir sejenak, setelah beberapa detik Vio menganguk dan memberi satu jempol ke arah Vano. "Ide bagus. Kamu keluar dulu deh. Mbak ganti baju dulu bentar." Kata Vio.

"Siap, jangan lama-lama ya. Gak usah dandan, nanti ribet kalau dijalan ada yang ngelirik." Kata Vano sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar Vio.

Vio hanya menggeleng dan tersenyum pelan mendengar perkataan adiknya itu.

Sikap Vano yang over protektif bukan hanya akhir-akhir ini saja, melainkan sejak Vano masuk TK. Vano sudah membuat Vio seperti adik bukan sebagai Kakak.

Vano selalu menjaga Vio dari teman laki-laki yang sering menggodanya.

Tapi tak apa, menurut Vio adiknya itu tengah melakukan hal yang positif dalam menjaganya. Jadi Vio tidak keberatan dengan sikap over protektif adiknya itu.

***

"Bang Mail." Panggil Vano pada penjual angkringan langganannya. "Pesen susu jahe angetnya dua, terus sate kerang satu porsi. Sama gorengan tempenya satu porsi ya." Kata Vano memesan makanan.

"Siap Mas Vano, ditunggu sebentar ya." Kata penjual tersebut.

Vano menganguk sekilas kemudian berjalan menuju ke tempat Vio duduk.

"Masih ya susu jahenya?" Tanya Vio.

"Masih Mbak." Kata Vano mengambil dua piring didepannya. "Nih." Vano menyerahkan piring berisi dua nasi bungkus.

"Makasih. Nanti kalau Abangnya kesini, minta tolong dibungkusin susu jahe anget dua ya. Buat Ibu sama Bapak." Kata Vio sambil menerima piring dari Vano.

"Oke siap." Kata Vano menoleh singkat pada Vio.

"Oh ya Mbak."

"Kenapa?"

"Besok aku minta anter lagi ya ke kampusnya."

"Boleh, tapi bensinnya kamu yang beliin ya." Kata Vio sembari membuka karet nasi bungkus.

"Tenang aja kalau soal bensin. Nanti Vano minta uang ke Bapak." Kata Vano sembari mengedipkan sebelah matanya pada Vio.

Vio mengangguk setuju mendengar itu, kemudian membalas kedipan Vano. Dan membuat keduanya tertawa dengan hal itu.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang