"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya.
Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez.
"Sejujurnya... iya. Meli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Farez membetulkan letak kacamata bening yang saat ini dipakai, setelahnya kembali menautkan kedua telapak tangannya saat seseorang yang ia tunggu sejak satu jam ini belum juga muncul.
Farez melihat sekilas pada jam yang melingkar ditangannya. "Bener-bener nih orang." Gerutu Farez sembari menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.
"Farez!" Panggil seseorang yang kini tengah berjalan kearahnya dengan senyum lebar.
"Lo telat satu jam lebih lima belas menit." Kata Farez setelah seseorang tersebut duduk dikursi depannya.
"Elah Rez, gue tadi habis dari rumah klien gue." Katanya sembari menyengir.
"Terus menurut lo, gue ini gak klien lo, Fan?" Farez menatap kesal pada teman SMAnya itu.
Fandy hanya menyengir, mendengar nada kesal Farez. "Iyadeh, maaf. Yaudah jadi masalah lo apa?" Tanya Fandy sembari mencomot kentang goreng milik Farez.
"Gue ditipu sama orang. Uang gue dibawa kabur." Kata Farez dengan helaan nafas kasar setelahnya.
Fandy mengangat satu alisnya ke atas. "Terus? Kenapa lo gak lapor ke pihak berwajib aja, gue kan gak bisa menjarain orang yang nipu lo itu."
"Gue gak berniat menjarain dia. Gue cuma pengen tahu sekarang tu orang kemana. Soalnya tu orang udah kabur. Gak mungkin dong gue tanya sama orang yang nyuruh dia."
"Bentar, bentar... kok lo bisa tau kalau tu orang ada yang nyuruh? Lo gak asal tebak kan Rez?" Tanya Fandy setengah terkejut.
"Asal tebak?" Farez terkekeh pelan. "Ya gak lah! Gue udah cari tau tu orang siapa. Dia itu ya kerjanya jadi suruhan orang lain."
Fandy mengacungkan satu jempol ke arah Farez. "Dari dulu emang selalu keren lo Rez." Fandy bertepuk tangan ringan.
"Lo berarti tau dong kalau lo ada musuh?" Tanya Fandy memancing.
"Sebenarnya sih bukan musuh. Dia terlalu kekanak-kanakan kalau gue sebut dia musuh gue, soalnya dia sama sekali bukan level gue." Jawaban Farez membuat Fandy terkekeh keras.
"Gue boleh tau, dia siapa?" Tanya Fandy penasaran.
"Namanya Rama. Dia itu guru yang kerjanya satu sekolah sama pacar gue." Balas Farez setelah melepas kaca matanya.
"Cielah, lo udah punya pacar Rez. Wah dari dulu selera lo yang Mbak-mbak gitu ya, gak berubah sama sekali." Kata Rama yang kemudian mendaratkan pukulan ringan pada lengan Farez. "Dia suka sama pacar lo?" Tebak Fandy langsung.
Farez menghempaskan tangan Fandy kasar. "Ck! Bukan itu yang harusnya lo bahas nyet."
"Maaf, maaf." Kata Fandy sembari mengangat kedua tangannya sekilas. "Oke, gue anggap jawaban lo iya." Kata Fandy tersenyum miring.