°°°
Vano berulang kali menatap Vio dengan wajah yang full ditekuk, dan hal itu lantas membuat Vio mengelus pelan pipi adiknya tersebut. "Kan tadi kamu udah bilang 'iya' Van." Kata Vio pada Vano.
Saat tahu kalau adiknya itu kembali ragu dengan keputusannya untuk memperbolehkan Farez dekat dengan Vio.
"Tapi Mbak, setelah aku pikir-pikir kok ragu lagi ya." Kata Vano mengerucutkan bibirnya.
Vio hanya menggeleng pelan sembari menahan tawa.
"Terus ya, bunga itu." Vano menunjuk bunga yang sudah Vio taruh didalam Vas bunga beberapa saat lalu. "Itu tadi di dapet dari Rian lho, gak beli ke toko bunga langsung." Lanjut Vano.
"Maksudnya dari Rian?" Tanya Vio bingung.
"Rian tadi beli buket bunga besar banget, terus sama Farez dibagi jadi dua." Beritahu Vano. "Itu artinya Farez minim usaha. Masak ngasih bunga tapi gak mau cari sendiri."
"Tapi Farez bayar kan ke Rian?" Tanya Vio dengan senyum.
"Ya... ya bayar, tapi kan... "
"Nah, karena Farez tetep bayar bunga itu. Artinya Farez tetep modal, itu kan sebagian dari usaha." Kata Vio membela Farez.
Vano yang mendengar pembelaan Vio pada Farez pun langsung mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah dengan perdebatan saat ini.
"Ya ya ya, yang bucin emang paling terdepan Mbak. Yang jomblo mah bisa apa." Kata Vano sembari berdiri dari duduknya.
Vio hanya terkekeh pelan, sembari menatap punggung Vano yang kian menghilang dari pandangannya.
Beberapa detik setelahnya, ponsel Vio berbunyi. Menandakan ada pesan masuk.
Vio segera meraih ponselnya yang berada diatas meja. Setelah tahu dari siapa pesan itu.
Sudut bibir Vio terangkat saat satu kata berhasil ia baca.
Alfarez
Kangen🙁
Dengan segera Vio mengetikkan balasan untuk pesan Farez tersebut.
Violita
Saya baru sampai rumah sepuluh menit yang lalu. Masak udah kangen aja:)
Alfarez
Kangen kan gak mandang waktu. Makanya sekarang aku udah kangen sama Mbak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You MBAK!
Romance"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya. Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan mentap Farez. "Sejujurnya... iya. Melih...