Bagian 017

360 14 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Nah bener disana aja." Kata Rahman mengarahkan dua laki-laki yang tengah mengangkat pot besar berisi tanaman hias yang baru saja dibeli sang istri kemarin.

"Kayaknya tempat awalnya emang disini deh." Gumam Vano pelan.

Farez menganguk setuju. "Terus ngapain kita tadi pindah-pindah tempat kalau nih pot dibalikin lagi ke tempat semula." Keluh Farez.

"Gue rasa kita emang lagi dikerjain deh Rez." Bisik Vano pelan setelah melepas tautan tangannya pada pot.

"Gue juga ngerasanya gitu." Balas Farez berbisik juga.

"Gak usah bisik-bisik. Kalian berdua ambil pemotong rumput disana." Kata Rahman menunjuk perkakas kebun dilantai.

"Potong rumputnya. Ingat harus sama rata, jangan sampai ada yang panjang pendek." Lanjut Rahman menatap serius pada Farez dan Vano.

Setelah mendapat anggukan kompak dari keduanya, Rahman memberikan tanda jempol kemudian berbalik dan masuk kedalam rumah.

"Gue kesini kan, mau apel pagi. Kenapa malah jadi tukang kebun gini." Keluh Farez setelah meraih pemotong rumput.

"Lo sih pakek acara kesini. Gue jadi ikut-ikut dikerjain sama Bapak gue." Kata Vano kesal.

"Ngapain lo malah nyalahin gue?" Kata Farez tak terima. Enak saja disalahkan sepihak.

Vano berdecak kesal. "Gini ya Rez, Bapak itu niatnya emang mau nyeleksi lo dengan cara berkebun pagi kayak gini. Bapak gue mau tau tingkat kesehatan jasmani lo, cocok apa gak buat dijadiin calon mantu." Jelas Vano.

Tentu saja kedua mata Farez seketika melebar dengan sempurna. "Apa? Kesehatan jasmani? Ck. Om Rahman meragukan kesehatan tubuh gue gitu maksudnya?" Tanya Farez tak habis pikir.

"Nah ini kan baru di uji coba. Dan gue juga ikut kena imbasnya." Kata Vano kesal.

Namun Farez kembali berpikir dari dua kata tersebut 'kesehatan jasmani' ulang Farez dalam hati, sembari mencari maksud dari dua kata tersebut.

Setelah cukup berpikir, Farez tiba-tiba saja tertawa saat otak cerdasnya menangkap maksud dari Rahman mengenai kesehatan tubuhnya.

"Gila lo?!" Sembur Vano dengan tatapan terkejut saat mendengar tawa Farez yang tiba-tiba membuatnya merinding.

"Gue ngerti maksud Om Rahman." Kata Farez menepuk-nepuk bahu Vano cukup keras.

"Sakit Rez! Beneran gila lo." Kata Vano menepis kasar tangan Farez. "Ngerti apa lo?" Tanya Vano setelahnya.

Bukannya menjawab, Farez malah kembali tertawa dengan alis yang naik turun saat menatap Vano.

"Ada pokoknya, udah ayo beresin dulu nih rumput." Kata Farez kemudian berlalu melewati Vano yang masih menatap bingung ke arahnya.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang