"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdengar meninggi dari sebelumnya.
Tapi setelah beberapa detik Vio memberanikan dirinya untuk mendongak dan menatap Farez.
"Sejujurnya... iya. Meli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Langkah kaki Vano berhenti tepat didepan pintu rumah Farez, setelah beberapa detik mengamati situasi sekelilingnya, Vano akhirnya mengetuk pintu di depannya tersebut.
"Rez, Farez." Kata Vano memanggil nama Farez, disela ketukannnya pada pintu rumah Farez.
"Rez, lo kalau didalem tolong konfirmasinya dong!" Lagi, Vano kembali mengetuk pintu Farez.
Dan tak berselang lama pintu rumah Farez terbuka dan menampilkan laki-laki yang mirip dengan Farez namun berbeda usia.
"Lhoh Van, ternyata kamu." Kata Rizal saat melihat Vano yang kini sudah meraih tangannya untuk di cium.
"Siang Om." Sapa Vano dengan cengiran.
"Siang, kamu mau cari Farez?" Tanya Rizal.
"Iya Om, dari kemarin nomor anak Om gak aktif. Jadi sebelum ke kampus Vano mampir dulu kesini, ngecek Farez siapa tahu lagi gak sehat."
"Farez emang lagi gak sehat Van." Terang Rizal, yang langsung membuat Vano terbelalak kaget.
"Farez sakit Om?" Tanya Vano khawatir.
"Iya, sakit kepala. Dari kemarin dia dikantor polisi karena harus ngurusin orang yang nipu dia." Balas Rizal dengan helaan nafas lelah di akhir.
"Berarti udah ketangkep Om?"
Rizal menganguk membenarkan. "Kamu juga udah tahu sama masalah Farez?" Tanya Rizal dengan sebelah alis terangkat.
"Dari awal udah tahu Om, tapi Fareznya aja yang ribet. Katanya mau nyelesain masalahnya sendiri. Gak mau saya, sama temennya yang lain ikut bantu."
"Om malah baru tahu dari Fandy."
Vano yang merasa tidak kenal dengan nama yang baru saja disebutkan papa Farez, seketika penasaran dengan orang tersebut. "Fandy? Fandy siapa Om?"
"Temen lama Farez." Beritahu Rizal. "Om sekarang mau ke kantor polisi, kamu mau ikut sekalian?" Tanya Rizal.
"Boleh Om, tapi saya kabarin Rian sama Nino dulu ya?"
"Iya." Balas Rizal sembari mengunci pintu rumah Farez.
***
"Aku gak setuju ya Vi." Hani menatap Vio penuh peringatan sembari menunjuk Vio dengan garpu plastik ditangannya.
"Ya kalau gak setuju, kamu batuin aku buat bicara ke kepala sekolah. Aku juga gak mau satu Bis sama Rama." Balas Vio dengan wajah memelas.
"Nanti malah aku yang disuruh tukeran sama kamu. Aku juga males kalau satu bis sama Rama." Timpal Hani sembari melanjutkan makan siangnya.
Vio menatap jengkel pada Hani. "Ya kalau gitu, aku batal pergi. Lagian aku kan bukan wali kelas, jadi gak wajib ikut."
"Aku jadi serba salah sih. Kalau kamu gak ikut nanti aku gak ada temen buat fotoin dong." Hani menatap melas pada Vio.