Bagian 013

602 19 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Mbak Vio pulangnya malem banget, kenapa tadi gak nyuruh Vano buat jemput aja?" Kata Vano saat Vio baru saja masuk kedalam rumah.

"Gak apa-apa Van, tadi temen Mbak ada yang mau barengin pulang kok." Kata Vio melepas tasnya.

"Cewek apa cowok?" Tanya Vano.

"Cewek." Jawab Vio, kemudian berjalan melewati Vano.

"Tadi kenapa temen Mbak malah telpon Mbak Vio kalau dia mau lahiran? Mbak kan bukan bidan." Pertanyaan Vano membuat langkah Vio berhenti.

Mau tidak mau Vio berbalik untuk menanggapi Vano, benar kan dugaannya pasti ada aja yang pertanyaan yang dilontarkan Vano kepadanya.

"Dia panik, soalnya suaminya lagi gak ada dirumah. Jadi dia sembarangan nekan nomor telepon. Kamu tau kan kalau biasanya perkiraan lahiran itu gak tepat. Makanya temen Mbak tadi panik." Jelas Vio bohong, berusaha meyakinkan Vano.

Vano mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Vio. "Sama kayak Kakaknya Rian. Tadi juga yang Rian ceritain sama kayak kejadian temen Mbak." Kata Vano.

Setelahnya Vano berlalu menuju kekamarnya.

Vio menghela nafas lega saat Vano langsung percaya dengan cerita bohong yang ia buat, tanpa bertanya lebih jauh lagi.

***

Pagi harinya Farez berangkat menuju kampus dengan perasaan yang berbunga-bunga setelah menghabiskan waktu dengan Vio kemarin.

Apalagi saat perempuan itu, bilang memberikan kesempatan agar ia bisa maju untuk dapat meluluhkan gadis pujaan hatinya itu.

Farez tiba dikampus, kemudian berjalan menuju ke kantin tempat dimana teman-temannya yang lain berada.

Farez mengukir senyum di wajahnya sepanjang langkahnya menuju ke kantin.

Farez melambaikan tangannya diudara dan semakin melebarkan seyumnya saat Rian tanpa sengaja menoleh kearahnya.

Farez segera menghampiri Vano, Rian, dan Nino.

Rian menautkan kedua alisnya saat melihat Farez sudah duduk disampingnya

"Lo habis ketemu sama bapak-bapak girang Rez?" Tanya Rian saat melihat Farez yang tersenyum girang pagi hari ini.

"Hah?" Beo Farez yang tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan Rian padanya.

"Itu, lo kok girang banget. Pasti tadi dilampu merah ketemu sama yang girang-girang dipinggir jalan kan?" Tebak Rian.

Farez yang sudah menangkap apa yang dimaksud Rian pun menatap melotot ke arah Rian sembari melemparkan sumpit yang berada di kotak sendok diatas meja ke arah Rian hingga mengenai dahinya.

"Sakit Rez. Main lempar-lempar aja." Kata Rian meringis sembari mengelus dahinya yang terasa sakit.

Vano dan Nino tertawa melihat wajah Rian tersebut.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang