13 - Semestanya Pergi

6.7K 644 15
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

Brak!

"CUKUP, NAOMI!" bentak Reynold dengan tangan terkepal menahan amarah.

Naomi berusaha untuk kembali berdiri, saat Reynold mendorongnya keras hingga terantuk meja di belakangnya. "Mau sampai kapan kita kaya gini, Mas? Lambat laun Airlangga dan Kenan akan tahu masalah rumah tangga kita," balas Naomi dengan suara yang bergetar.

"Saya tidak peduli, Naomi! Anak sialan itu sedikit menyusahkan saya belakangan ini. Andai kamu tahu, nilai Airlangga di sekolah itu menurun, tau alasannya?"

Reynold menjeda ucapannya dan kembali menatap tajam Naomi. "Dia sudah berani membangkang, dia kembali ke dunia balapnya. Dan melihat kelakuannya, saya yakin dengan keputusan saya untuk menjadikan Airlangga penerus perusahaan saya, bukan seorang Pilot!"

Hati Naomi teriris seandainya Airlangga tahu semua ini, fakta bahwa Papanya sendirilah yang menghalangi jalan Airlangga meraih mimpinya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Naomi menahan satu kaki Reynold yang akan beranjak pergi. "Jangan Mas. Kamu boleh lakuin apapun sesuka kamu pada Airlangga, tapi tolong, jangan mengacaukan cita-citanya untuk menjadi seorang pilot. Hanya itu, tolong," pinta Naomi dengan wajah berderai air mata.

"Saya tidak peduli, Naomi!" Reynold menendang tubuh Naomi yang masih luruh di lantai. Kemudian berlalu pergi meninggalkan wanita itu yang menatapnya nanar.

Jantung aku rusak, Mas.

Bi Ijah menyaksikan itu semua, sudah biasa baginya melihat pertengkaran suami istri itu jika kedua putranya tidak berada di rumah. "Ibu, Ibu ndak papa?" tanya Bi Ijah khawatir sembari membantu Naomi untuk duduk bersandar di kursi.

Disaat seperti ini, Naomi masih bisa mengukir senyumnya. "Jangan sampai Airlangga tau ya Bi. Saya takut dia akan membenci Papanya," pesan Naomi pada Bi Ijah.

Bi ijah tidak bisa melawan, nyatanya dia hanya orang asing di sini, dan tidak berhak ikut campur. Naomi merasakan nafasnya yang mulai memberat. "Ibu, saya ambilkan obat dulu ya?" ujar Bi Ijah dan langsung mencari obat milik majikannya.

Belum sempat kembali, Naomi sudah tergeletak lemas dilantai, dengan kesadarannya yang perlahan menghilang.

"Airlangga, Mama sakit Nak...,"

••♡《》♡••

Airlangga segera bergegas ke rumah sakit saat Bi Ijah mengabari bahwa Naomi jatuh pingsan. Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya, karena dia baru saja meninggalkan seminar yang diadakan OSIS pagi ini. Untung saja ada Erlan yang mengambil alih semuanya.

"Bi," Airlangga datang dengan wajah yang berantakan. Saat mendengar Mamanya sakit, Airlangga khawatir bukan main. "Aden, ayo duduk dulu, Ibu masih ditangani dokter," ujar Bi Ijah menyuruh Airlangga untuk tenang.

"Bi, Kenapa Mama bisa pingsan?"

Belum sempat Bi Ijah menjawab, Dokter Wira, Dokter yang menangani Naomi selama ini keluar, menatap Airlangga dengan raut wajah yang tidak terjelaskan. "Airlangga ya?" tebak Dokter Wira pada lelaki itu.

Airlangga mengangguk samar. "Masuklah Nak, Mamamu ingin bicara denganmu," ujar Dokter Wira, sebelum Airlangga masuk, dia sempat menepuk bahu Airlangga untuk memberinya kekuatan.

Ceklek!

"Ma," Airlangga menarik nafas dalam sebelum menemui Mamanya. Sungguh, Airlangga tidak pernah tega melihat kondisi Naomi yang jauh dari kata baik.

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang