Happy Reading!
♡▪︎♡▪︎♡
Airlangga menatap tajam Reynold yang baru saja tiba. Tangannya terkepal erat dibalik genggaman Cleo.
Bugh!
Satu pukulan pembuka menyambut kedatangan Reynold, tentu saja pelakunya adalah Airlangga. "Ga!" peringat Bara yang langsung menarik Airlangga untuk mundur.
"Jantung Mama rusak dan Papa nggak ngasih tau apapun itu sama Langga?" tanya Airlangga mendesak dengan sorot mata yang penuh luka.
Deg!
Jantung Naomi rusak?
"Sudah puas membentak Mama saya setiap hari, huh? Bahkan Papa nggak tau kan kalau dia punya riwayat penyakit jantung?" Airlangga terkekeh sinis mendengarnya. Sedangkan Reynold masih mematung ditempat, mendengarkan sang putra sulung terus mengeluarkan keluhnya.
"Semua boleh pergi, semua boleh ninggalin Langga, tapi Mama nggak boleh! Kenapa bukan Papa aja yang pergi?"
Plak!
Airlangga memejamkan matanya saat nyeri di pipinya terasa. Reynold menggeram, inilah sifat yang tak ia suka dari Airlangga, dia suka bersikap tidak sopan.
"Cukup, Airlangga! Saya kemari hanya untuk mengurus pemakaman Naomi, perihal riwayat penyakit yang Naomi derita saya memang tidak tahu, karena dia tidak pernah jujur," ujar Reynold mencari pembelaan.
Airlangga menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Jangan pernah sentuh Mama saya. Saya sendiri yang akan mengantar dia untuk beristirahat, pulanglah dan urus pekerjaan Papa yang lebih penting itu," ujar Airlangga lalu melangkah menjauhi Reynold.
Tatapan Reynold beralih pada Cleo yang menurutnya adalah gadis asing. Sedangkan Cleo yang menjadi pusat perhatian hanya menundukkan kepalanya, dua kali, sudah dua kali dia melihat pertengkaran antara Reynold dan Airlangga.
"Jevan, urus pemakaman istri saya sore ini, dan biarkan saja anak itu melakukan apa yang dia mau," pesan Reynold pada Jevan, sang asisten pribadinya.
Airlangga tersenyum getir melihat Reynold yang semakin menjauh. Ternyata Ayahnya memang tidak sepeduli ini, bahkan sampai kematian sang istri, dia tetap menyerahkan semuanya kepada asistennya. Cleo tidak menangkap raut kesedihan sedikitpun dari Reynold, tapi yang jelas, Airlangga perlu dukungan mereka semua untuk menghadapi situasi ini.
Cleo mengusap lembut punggung tegap Airlangga, merasakan nyamannya usapan itu, Airlangga berbalik menghadap Cleo yang tersenyum teduh padanya, "Gapapa ya Kak? Kita antar Mama bareng-bareng ke tempat peristirahatannya," ujar Cleo tapi sama sekali tidak menyentuh hati Airlangga.
Lelaki itu berjalan menjauhi Cleo dan inti Calzelions. "Sabar ya Cle. Airlangga butuh waktu buat sendiri," ujar Bara pada Cleo yang masih termenung dengan sikap pendiam Airlangga.
••♡《》♡••
Airlangga menatap nanar makam Naomi yang masih basah. Dia sendiri yang turun ke liang lahat untuk menerima jenazah sang Mama dan dia sendiri yang mengumandangkan adzan untuk yang terakhir kali.
Sedangkan Reynold sudah lebih dulu meninggalkan area pemakaman tanpa sepatah katapun, Bara menyentuh bahu Airlangga yang masih bergeming. "Ayo pulang, Ga. Bentar lagi hujan," ujar Bara yang tahu bahwa Airlangga tidak bisa terkena air hujan.
Cleo yang melihat itu jadi iba, Bara mundur memberi ruang bagi Airlangga dan Cleo untuk berdua.
"Kak ayo pulang. Kenan nunggu lo di rumah," Giliran Cleo yang mengucap, Airlangga akhirnya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRLANGGA [END]
Teen FictionKETOS IN PUBLIC, BADBOY IN PRIVAT Airlangga, Cleo, dan mimpi mereka. Diawali dari pertemuan mereka di rooftop rumah sakit. Airlangga berhasil mencegah percobaan bunuh diri yang dilakukan Cleo. Cleo mengetahui identitas penolongnya sebagai Cavero, bu...