18 - Arena Balap

6.5K 530 5
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

"Ya ampun, Langga! Nenek tuh udah seminggu di Indonesia, kamu baru jenguk sekarang? Ck, dasar cucu nakal," omel seorang wanita paruh baya berumur kisaran limapuluh tahun.

Airlangga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, hanya diam saat Neneknya mengomel. "Langga sibuk, Nek," jawabnya polos.

Michelle mencebik, namun tetap merentangkan tangannya, bersiap menerima pelukan dari cucu berandalannya satu ini. "Kamu ini ya, makin besar kok makin nakal sama Nenek," kesalnya, namun tetap mengusap punggung Airlangga sayang.

Airlangga membalas pelukan sang Nenek tak kalah hangatnya. Dicintai oleh dua wanita hebat seperti Mamanya dan Michelle, ibu dari Reynold sudah lebih dari cukup bagi Airlangga.

"Gimana kabar Nenek?" tanya Airlangga yang kini memilih duduk di sofa. "Ya, kabar Nenek baik, cuma wajah Nenek bertambah keriputnya sekarang," balas Michelle dengan candaanya.

"Langga..., Nenek minta maaf nggak dateng waktu pemakaman Naomi. Waktu Nenek baru dari Bandara, Nenek langsung nyari Kenan yang di rumah sama pembantu kamu," ucap Michelle penuh rasa bersalah.

Airlangga tersenyum hangat mendengarnya. "Nggak papa, Nek. Makasih udah jaga Kenan waktu Langga nenangin diri, Langga sayang Nenek," ucapnya manja.

Michelle terkekeh geli mendengar penuturan cucunya. "Kamu ini ya, nggak pernah berubah manjanya dari dulu. Udah kewajiban Nenek buat rawat cucu-cucu Nenek. Setelah Mama mu meninggal, Nenek memutuskan buat tinggal di sini aja, mau habisin masa tua Nenek sama kamu dan kenan."

"Nek, Nenek nggak perlu ngelakuin ini buat Kenan sama Langga. Langga yakin kalau Langga bisa jaga Kenan walaupun Mama udah nggak ada, jadi Nenek jangan khawatir," ucap Airlangga menenangkan.

Michelle terdiam sejenak, Airlangga selalu saja menutupi keburukan putranya. Ya, Michelle sangat sadar bahwa Reynold seringkali keterlaluan, perihal masalah rumah tangga yang menimpa Naomi dia juga tahu. Michelle hanya tidak menyangka bahwa menantu kesayangannya itu akan pergi secepat ini.

"Nenek tau kelakuan Papa kamu, Airlangga. Jangan pernah nutupin apapun dari Nenek," tegas Michelle dengan penekanan.

Belum sempat Airlangga berbicara, suara Kenan sudah menyapa telinganya. "Abang!" pekik Kenan heboh yang langsung berhambur ke dalam pelukan Airlangga.

"Hikss.. Kenan kangen Abang, Kenan kangen Mama," rengek bocah itu menangis tersedu.

Dalam diamnya Airlangga juga ikut menangis, melihat itu Michelle langsung menghapus air mata cucunya membuat Airlangga langsung tersenyum. "Abang sama Mama juga kangen banget sama Kenan," ucap cowok itu, Kenan mendongak dengan matanya yang merah sembab.

"Mama beneran ninggalin kita ya, Bang?" tanyanya dengan suara parau.

Kenan sudah cukup paham dengan alasan menghilangnya sang Abang dan meninggalnya Naomi. "Kenan percaya nggak kalau Allah sayang hambanya yang baik dan beriman?"

Kenan menggangguk. "Mama kan baik, jadi Allah lebih sayang Mama daripada kita. Kenan ingat nggak waktu Mama bilang setiap yang hidup pasti akan mati? Kita nggak bisa melawan takdir tuhan, Ken. Cukup ikhlas dan doakan Mama dari sini. Jadi anak baik buat Mama dan Nenek, oke?"

Airlangga dan Kenan yang biasanya beradu bacot kini saling memeluk untuk menguatkan. Airlangga rapuh, begitu juga Kenan. Ada perasaan hangat yang menjalar di dada Michelle melihat itu.

Cucunya sudah dewasa.

Tak pernah menyangka dia akan melihat Airlangga kuat sampai di titik ini. "Kalian nggak mau peluk Nenek?" tanya Michelle dengan wajah tertekuk sedih.

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang