Happy Reading!
♡•♡•♡
Airlangga membuka berkas demi berkas yang ada di ruang OSIS sendirian. Rasanya kepala Airlangga ingin pecah untuk memikirkan hal-hal yang akhir-akhir ini sangat menganggu aktivitasnya. Dimulai dari Cleo yang menjauh karena ulah Reynold. Aksesnya untuk mendaftar ke seluruh sekolah penerbangan, ternyata tidak bisa juga.
Cowok itu menghela nafas berat, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. Acara pentas seni yang akan diadakan beberapa pekan lagi menambah beban pikirannya.
Rasanya Airlangga tidak pernah secapek ini. Tapi sejak kepergian Naomi, dia selalu kehilangan rumah untuk beristirahat.
Atensi Airlangga berporos pada pintu yang terbuka. Manik tajamnya bertatapan dengan Iris hazel yang selama ini dia rindukan.
Disana ada Cleo yang terdiam. Berusaha mengatur emosinya saat bertemu Airlangga. Tidak! Dia harus tegas pada diri sendiri, Cleo pasti bisa menjauh dari Airlangga.
"Permisi Kak, gue disuruh Pak Rosi buat minta tanda tangan lo," ucap Cleo dengan menundukkan wajahnya. Tangan yang memegang berkas itu bergetar menahan gugup.
Airlangga bahkan tidak memalingkan wajahnya dari Cleo yang bersikap formal kepadanya. Airlangga tidak bisa terus seperti ini, akankah hubungan mereka akan menjadi tanpa kejelasan?
Jika ditanya apakah dia merindukan Cleo? Tentu saja iya. Dan Airlangga tahu, Cleo hanya ingin menyelamatkan keluarganya dari ancaman Reynold yang tak pernah main-main.
"Kenapa Cle?" suara berat Airlangga mengalun indah di telinga Cleo.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan gejolak aneh yang ada di hatinya. Dia ikut sakit, melihat tatapan putus asa yang Airlangga berikan padanya.
"Huh?" gadis itu mengangkat wajahnya, saling bertatapan dengan Airlangga selama beberapa detik.
"Kenapa lo menghindar dari gue?" tanya Airlangga dengan suara yang mulai serak.
Cleo menahan ludah gugup, bola matanya bergerak gelisah merasa tak nyaman. Dengan cepat cowok itu berdiri, menarik Cleo dalam dekapannya.
"Jangan pergi, gue mohon," ungkap Airlangga. Suaranya teredam di ceruk leher Cleo.
Cleo merasakan bahunya mulai basah, disusul punggung tegap itu mulai bergetar. Airlangga menangis dalam pelukannya.
"Aku nggak bisa kak," Cleo tak kalah parau, dia membalas pelukan Airlangga dengan erat. Seakan melebur rasa rindu yang selama ini dia pendam.
"Aku nggak bisa menghindar dari kamu hiks..."
Keduanya dilanda keheningan beberapa saat. Saling beradu dalam pikiran masing-masing.
Airlangga perlahan mengurai peluknya, mengusap air mata Cleo yang membuat wajahnya sembab.
"Jangan takut, Cleo. Jangan takut sama Papa gue," ucap Airlangga.
Cleo terpaku mendengar penuturan Airlangga. Cowok itu tahu?
"Bahkan Papa gue sekalipun, nggak bisa memisahkan kita bukan? Gue bakal bertahan sama lo, apapun yang terjadi," ungkap Airlangga terdengar serius.
Helaan nafas berat keluar dari Cleo. Gadis itu memundurkan langkahnya, berusaha menciptakan jarak dengan Airlangga.
"Seberapa kuat aku mempertahankan ini. Takdir akan tetap membuat hubungan kita usai kan kak? Aku nggak mau kehidupan yang selama ini Bunda pertahankan hancur karena kebencian dari Papa kamu," Cleo berucap dengan nada sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRLANGGA [END]
Teen FictionKETOS IN PUBLIC, BADBOY IN PRIVAT Airlangga, Cleo, dan mimpi mereka. Diawali dari pertemuan mereka di rooftop rumah sakit. Airlangga berhasil mencegah percobaan bunuh diri yang dilakukan Cleo. Cleo mengetahui identitas penolongnya sebagai Cavero, bu...