42 - Started to Receive

4.3K 448 10
                                    

Happy Reading!

♡•♡•♡

Reynold mendatangi rumah klasik bergaya Eropa itu setelah berkunjung dari rumah Michelle. Benar, rumah milik Pak Bramasta, Ayah dari Flora.

Namun sebelum ia menekan bel pintu rumah, suara keributan kecil dari dalam menghentikan pergerakannya. Pria itu lebih mendekat, berusaha menguping perdebatan antara Flora dengan sang Papa.

"Flora nggak mau tahu ya, Pa! Pokoknya setelah ujian sekolah nanti, Papa harus segera memutuskan tanggal pernikahan Flora dan Airlangga!" pekik Flora terdengar marah.

Reynold mengintip dari sela pintu yang sedikit terbuka. Tampak Bramasta yang memijat pangkal keningnya yang terasa pusing, sebab Flora tak berhenti mengoceh sedari tadi.

"Sabar, Flo. Papa pasti akan melakukan itu untuk kamu. Asalkan setelah menikah nanti, kamu harus bisa menguasai seluruh harta milik Reynold dan Airlangga. Everest group harus jatuh di tangan kamu," balas Bramasta terdengar tegas.

Flora nampak menyunggingkan senyum kecil. "Apapun bakal Flo lakuin demi bisa dapetin Airlangga. Dan Papa sepertinya juga harus menyingkirkan hama kecil, si pemilik hati Airlangga," desisnya menahan emosi. Mengetatkan rahang ketika mengingat bagaimana Airlangga selalu memilih Cleo daripada dirinya.

Tangan Reynold mengepal mendengar itu. Pernikahan antara Flora dan Airlangga ternyata tak lebih dari sekedar permainan bisnis. Reynold kira, Bramasta adalah rekan kerja yang baik, namun diam-diam mereka menyusun rencana untuk menjatuhkannya dari belakang.

Pria itu mendobrak pintu cukup keras, dan mampu membuat kedua orang yang tengah berbincang itu terlonjak kaget.

"Pak Reynold?!" gumam Bramasta dengan raut wajah cemas. Takut jikalau Reynold mendengar semua ucapannya pada Flora.

Pria itu terlihat menggeram marah, menatap bengis pada Bramasta dan Flora bergantian.

"Menguasai harta saya, huh? jangan harap!" gertaknya rendah.

Bugh!

Satu pukulan mendarat tepat di rahang milik Bramasta. Flora sang masih shock langsung membantu sang Papa berdiri.

"Saya pikir kamu adalah teman saya, Bram! Tapi kamu tak lebih dari sekedar pebisnis sampah!" ungkapnya dengan tatapan tak bersahabat.

"Bukan, kamu salah paham, Rey," alibi Bramasta berusaha mengelak.

Reynold membenarkan jas yang ia pakai seraya berdecih. "Saya tidak butuh Putri kamu lagi untuk Airlangga saya. Dan mulai detik ini, saya memutus persahabatan dengan kamu," desis Reynold tegas.

Berlalu meninggalkan Flora dan Bramasta yang mematung tak percaya.

"Om, tunggu! Jangan batalin pertunangan saya dengan Airlangga! Saya mencintai dia! Arghh, sialan!" bentak Flora dengan keras. Membanting vas bunga yang ada di meja.

Bramasta menahan langkah Flora yang ingin menyusul Reynold. Menggeleng lemah seolah memang tak ada harapan lagi untuk mereka.

Sementara itu, Reynold kembali ke mobilnya dengan emosi yang memuncak. Benar-benar dia telah ditipu daya oleh temannya sendiri.

Sampai suara dering telfon mengalihkan perhatiannya. Nama Airlangga tertera jelas di bar notifikasi ponselnya.

Reynold mengangkat telfon begitu masuk ke dalam mobilnya bersama sang asisten pribadi.

"Halo, ada apa Airlangga?"

"H-hiks Om.. Kak Langga kecelakaan..."

••♡《》♡••

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang