34 - Jealous

4.8K 443 24
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

Cleo duduk di kafe sudut kota. Setelah perdebatannya dengan Flora tadi, gadis itu memilih untuk pergi. Cleo memesan matcha favoritnya, lalu duduk sendirian, sambil memainkan ponsel.

Lama ia merenung, tak sadar sudah ada cowok yang duduk di depannya. "E-eh astaga Lean, ngagetin aja sih?" ucap Cleo saat sadar keberadaan Leandro di sana.

"Abisnya lo ngelamun mulu. Mikirin apa sih?" tanya Leandro penasaran. Namun melihat ada guratan ketakutan dari wajah Cleo membuat Leandro tersenyum tipis. "Lo, masih marah sama gue? Atau justru lo malah takut sama gue, Cle?" Leandro menatapnya lekat, membuat bola mata Cleo bergerak gelisah.

"Ng-nggak kok Lean, gue cuma kaget aja lo ada di sini. Kebetulan banget ya kita ketemu?" balas Cleo menghalau rasa takut. Padahal Cleo yakin Leandro tidak punya niatan jahat lagi padanya. Namun melihat bagaimana khawatirnya Bara dan Airlangga saat tahu dia bersama Leandro beberapa hari lalu, membuatnya berpikir dua kali jika harus bertemu Leandro lagi.

"Kebetulan juga lo nongki di kafe gue," sahut Leandro dengan kekehan kecil.

Mata bulat Cleo mengerjab beberapa kali. "Loh, jadi ini kafe punya lo?" tanyanya tak percaya. Cowok berandal seperti Leandro punya usaha kafe yang se-aesthatic ini? Rasanya Cleo tidak yakin.

Ah ia lupa, bahwa para berandal seperti Airlangga dan Leandro memang sulit ditebak.

"Iya, buat usaha kecil-kecilan aja. Jarang gue ke sini, lo suka banget ya nongki di sini, dan segelas matcha latte, apa itu favorit lo?" Leandro menerka, melihat minuman yang sudah tersaji di depan Cleo.

"Ya bisa dibilang gitu sih. Gue suka di sini, tempatnya tenang dan matcha latte nya enak," pujinya dengan mata berbinar. Membuang pandangan ke sudut-sudut kafe yang mempunyai dominan warna hitam-putih.

"Kalau gitu gue buatin menu varian matcha spesial buat lo," celetuk Leandro yang dihadiahi kekehan kecil Cleo.

Leandro terkesiap, gadis itu kenapa menjadi manis jika sedang tertawa? Ah sial, Leandro suka senyuman Cleo.

Tangan Leandro bergerak untuk menyingkirkan anak rambut Cleo yang menjuntai. Keduanya dilanda keheningan beberapa saat, sebelum sebuah tangan menahan Leandro agar tidak menyentuh Cleo lebih jauh.

"You touch her, you die."

••♡《》♡••

Setelah mengantar Flora pulang, Airlangga bergegas mencari Cleo. Sekolah sudah sepi, dan Airlangga tak menemukan keberadaan Cleo di sana.

Tadi gadis itu mengatakan dia sedang ingin matcha latte bukan? Pikiran Airlangga tertuju pada kafe sudut kota.

Dengan gerimis hujan yang mulai turun, mobil Airlangga membelah padatnya jalanan. Sesekali menghubungi Cleo namun gadis itu sama sekali tak meresponnya.

Sial! Airlangga benar-benas pusing sekarang.

Apa Cleo akan salah paham dengan hubungan antara Airlangga dan Flora?

Dan benar saja ketika Airlangga sudah memarkirkan mobilnya, dia melihat siluet Cleo yang duduk di pojok kafe, sendirian. Sebelum seorang lelaki menghampirinya dan mulai berbincang.

Tangan Airlangga mengepal erat begitu menyadari lelaki yang menghampiri Cleo adalah Leandro, musuhnya.

Dengan langkah tergesa cowok itu masuk ke area kafe, Airlangga semakin naik pitam kala tangan Leandro dengan lancang mengusap rambut Cleo.

Hai, Cleo itu miliknya, apa si bajingan itu mau mati dengan mengusik kepunyaan Airlangga?

"You touch her, you die," desis Airlangga tajam sembari menghempaskan tangan Leandro agar tak menyentuh gadisnya.

Cleo langsung berdiri, terkejut dengan kedatangan Airlangga. "Kak," Cleo menahan lengan Airlangga yang hendak memukul Leandro. Mencegah adanya keributan di sini, lagipun Airlangga masih menggunakan seragam sekolah, takut memengaruhi image-nya sebagai seorang ketua OSIS.

"Pulang," tandas Airlangga penuh penekanan, dan dengan sedikit kasar menarik lengan Cleo agar keluar dari Cafe.

Leandro hanya mampu mengulas senyum tipis, memandang nanar punggung Cleo yang semakin menjauh.

Sementara itu, Cleo berhasil melepaskan dirinya dari Airlangga. Dia mengusap lengannya yang memerah akibat cekalan cowok itu. Airlangga menyuruhnya masuk ke mobil, tapi gadis itu sama sekali tidak beranjak.

"Cleo, masuk," perintah Airlangga dengan nada dingin.

Cleo menggeleng kecil, entah kenapa dia masih marah soal perdebatan dengan Flora tadi.

"Jangan buat gue jadi kasar sama lo, Cle," desisnya tajam. Membuat nyali Cleo sedikit menciut.

"A-aku bisa pulang sendiri Kak," balas Gadis itu dengan wajah tertunduk, tak berani menatap Airlangga.

Cowok berjangkung itu terlihat menggeram marah, kedua tangannya mengurung Cleo hingga tersentak pintu mobil. "Kenapa, hm? Lo mau pulang sama bajingan itu? Lo tahu khawatirnya gue saat lo ngilang kaya tadi? Udah gue bilang Cleo, lo itu milik gue, gue nggak suka lo deket sama cowok lain, apalagi si brengsek Lean," desaknya dengan suara rendah.

Tangan Cleo saling bertautan, merasakan aura mencekam dari seorang Airlangga. "K-kamu juga pergi sama Flora kak.. Dia tiba-tiba datang bareng kamu tadi pagi, dan langsung bilang kalau dia itu tunangan kamu? Walaupun kamu udah kasih aku penjelasan tentang perjodohan konyol dari Papa kamu, tapi aku masih nggak habis fikir kenapa kamu lebih mementingkan Flora daripada aku tadi?"

"Dan soal Lean, dia itu pemilik kafe ini. Kita nggak sengaja ketemu, bukan kaya kamu yang terang-terangan lebih memilih Flora tadi," sindir Cleo balik. Iris hitam Airlangga yang semula menggelap, kini perlahan mulai luruh.

Dia melepaskan kungkungan dari Cleo, dan tanpa aba-aba langsung memeluk gadis itu. "Maaf Cle, maaf. Aku nggak bermaksud nuduh kamu sama Lean. Aku cuma takut kalau dia nyakitin kamu, sayang. Dan masalah Flora tadi, aku terpaksa, sungguh. Aku minta maaf sekali lagi, aku janji, ini kali pertama dan terakhir aku pergi bareng Flora. Kamu, mau maafin aku kan?" tanya Airlangga penuh harap setelah melepas peluknya.

Cleo menyelami manik hitam Airlangga, dan dia menemukan guratan kekhawatiran, penyesalan, dan amarah yang menjadi satu di sana.

"Nggak papa, Kak. Aku emang nggak tau masalah pasti antara kamu dan Flora. Masalah perjanjian yang tadi Flora bilang, aku juga nggak akan ikut campur masalah itu. Aku tahu, kamu pasti akan memilih tindakan yang benar, agar kejadian ini nggak keulang lagi kan?"

Airlangga mengangguk samar. "Aku bakal cerita semua, tapi nggak hari ini Cleo, maaf," sesalnya pada Cleo.

Gadis itu hanya meresponnya dengan senyum tipis. "It's okey kak. Ini mungkin bakal berat buat kamu, tapi aku yakin kamu pasti bisa lewati ini semua. Kamu adalah Airlangga, kamu adalah Cavero, kamu adalah bagian dari Calzelions, kita berjuang sama-sama ya?"

"Cleo, apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalin aku sendiri ya, aku udah terbiasa sama kehadiran kamu. Aku mau kamu tetap di sini, tetap jadi rumah aku, tempat aku pulang saat aku capek. Aku cuma mau kamu, Cleo. My strawberry girl."

Hati Cleo menghangat mendengarnya, kembali ia peluk tubuh tegap itu. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Airlangga yang menenangkan.

"Aku nggak akan pergi, kecuali kamu yang minta aku buat menjauh, Cavero."

"Tapi, apa kamu juga bisa berjanji untuk tetap sama aku, selamanya?"

-Batas fiksi-

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang