Happy Reading!
Selamat membaca part terakhir dari Cerita Airlangga. Say Goodbye to kapal di cerita ini 💐
♡•♡•♡
Kehilangan? Tentu semua orang merasakannya.
Bukan hanya Cleo, keluarga ataupun inti Calzelions yang merasa kehilangan Airlangga. Tapi SMA Lentera juga kehilangan sosok ketua OSIS dan siswa berprestasi mereka.
Bagi sebagian orang, Airlangga bukanlah sosok ketos yang galak dan suka mengatur. Lelaki itu adalah pemimpin yang berwibawa, tegas, dan tentu bisa diandalkan oleh semua orang.
Dibalik berandalannya sebagai seorang second lead geng motor yang dianggap meresahkan masyarakat. Nyatanya lelaki itu mempunyai sisi yang tak banyak diketahui orang.
Airlangga itu misterius, dan mungkin bagi orang awam dia terlihat menakutkan. Tapi tidak untuk Calzelions ataupun Cleo. Di depan mereka, Airlangga bisa menjadi dirinya sendiri.
Sepanjang mengenal Airlangga, dia adalah sosok anak sulung yang kuat. Anak yang berbakti kepada orang tua walaupun sang Ayah banyak mengekangnya. Sosok penyayang dan lembut hatinya. Tak semua orang tahu itu kan?
Pertama kali Cleo bertemu dengan Airlangga. Nyatanya lelaki itu sudah menyelamatkan hidupnya. Dan percaya atau tidak, dia bisa berdiri di anjungan kapal pada pagi hari ini semua berkat Airlangga.
Cleo pernah patah, tapi Airlangga datang untuk membantunya berdiri.
Dan Airlangga sendiri, nyatanya Cleo adalah rumah ternyaman yang ia miliki.
Sekarang semuanya usai, lelaki yang hebat itu telah pergi untuk selamanya. Tanpa berpamitan, tanpa mengucapkan salam perpisahan, dan pergi membawa luka yang abadi.
Medali emas kebanggaan Airlangga yang benar-benar sudah sampai di tangan Reynold. Tapi putranya pulang dalam kondisi yang sudah tak bernyawa.
Menyesal? Tentu, Reynold gagal menjadi orang tua. Dia kehilangan sang istri, dan sekarang putra kebanggannya. Si sulung yang selalu kuat demi keluarganya.
Di anjungan kapal besar itu, hampir seluruh angkatan teman-teman Airlangga berada di sana. Bara dan Cleo ikut bergabung, tangannya menggenggam selembar kertas ulangan dan sekeranjang bunga mawar merah.
Untuk mengenang para korban jatuhnya pesawat Khageswara Airlines, mereka mengadakan acara tabur bunga di laut tempat berpulangnya Airlangga.
Ada rasa sesak ketika Cleo kembali memandang hamparan ombak yang saling bergelung itu. Kepergian Airlangga seolah menjadi mimpi paling buruk yang pernah ia alami.
Menguatkan diri sendiri, melihat banyaknya orang yang ikut berduka atas tragedi itu. Mereka sama sakitnya, mereka sama kehilangannya. Lagipun, semua yang hidup pasti akan mati kan? Tapi Cleo rasa, harusnya Airlangga tak pergi secepat ini. Cita-citanya masih belum tercapai, keinginannya untuk bahagia benar-benar belum ia rasakan. Lantas, apa ini yang disebut keadilan untuk Airlangga?
Cleo ingin marah, menyalahkan takdir yang telah merenggut Airlangga. Tapi, jika ini yang tuhan kehendaki agar Airlangga tak merasakan sakit lagi? Cleo harus menerimanya dengan tabah bukan?
"Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang hadir di atas kapal ini. Pulangnya Airlangga, ketua OSIS Lentera bakal jadi hari berduka bagi kira. Gue, Erlan selaku wakil dari OSIS mengucapkan banyak maaf kalau selama periode Airlangga, ada banyak kesalahan yang dia lakukan. Gue bener-bener berharap, kalian memberi doa terbaik buat Airlangga. Dan, terakhir walaupun Airlangga udah nggak ada lagi di sisi kita, gue harap kalian nggak pernah lupa kalau dia pernah ada."
Setetes air mata kembali jatuh dari pelupuk mata Cleo. Gadis itu sudah berusaha sekuat mungkin untuk menahan agar tak bersedih lagi, namun semuanya sia-sia. Airlangga tidak benar-benar pergi, dia singgah di hati Cleo tanpa tahu bagaimana caranya untuk lepas.
Melihat Cleo yang kembali menunduk, Bara lebih mendekat ke Cleo. Merangkul bahu rapuh itu untuk menguatkan lagi. Memangnya apa yang bisa mereka lakukan selain saling menguatkan? Formasi Calzelions sudah tidak lengkap, second lead itu sudah tidak ada lagi di antara mereka.
"Bara, gue titip Cleo ke lo sama Calzelions, ya? Maaf, gue nggak bisa nepatin janji buat lulus sama-sama."
Kalimat itu terus terngiang dalam benak Bara. Malam sebelum kecelakaan itu, Airlangga menemuinya dalam mimpi. Berbincang banyak hal dan berakhir mengatakan selamat tinggal.
Bara pikir itu hanyalah sebuah bunga tidur semata, namun nyatanya, itu adalah pesan terakhir dari Airlangga untuknya.
Dipimpin oleh Erlan, kerumunan siswa yang memakai seragam OSIS itu mulai menabur bunga di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.
Cleo memilih menyingkir ke dek kapal yang lebih sepi. Melihat bagaimana tenangnya laut luas itu hari ini. Keindahan yang berhasil merenggut cintanya. Samudra pemenangnya, kalimat itu nyata benar adanya. Cleo mengaku kalah, takdir mempermainkannya sebercanda ini ternyata ya?
Merasa ada tepukan di bahunya, gadis itu pun berbalik. Mendapati inti Calzelions yang sudah berdiri di belakangnya dengan senyum yang mengembang.
"Kenapa sendirian? Yang lain udah menabur bunga di sana," tanya Mario heran.
Gadis itu tersenyum tipis, melihat bagaimana inti Calzelions masih peduli dengannya. "Gue cuma mau sendiri, Kak. Rasanya lebih tenang di sini."
Lelaki itu hanya bisa saling memandang. Benar, sepi itu memang menenangkan.
"Cle, boleh gue minta satu hal dari lo?" Kelvin meminta dengan sungguh-sungguh. Cleo lebih tertarik, bertanya apa yang lelaki itu inginkan. Sejauh ini, Cleo dan Kelvin memang kurang akrab, tapi itu tak membuat mereka merasa canggung.
"Udah lama gue nggak lihat senyum lo, boleh gue minta senyum lo sebentar aja?"
Cleo mengernyit heran, namun tak urung tetap menuruti permintaan Kelvin. Sudut bibir gadis itu terangkat ke atas, lantas disambut hangat oleh inti Calzelions dengan tawa yang cukup nyaring. Sesaat, suasana kembali cerah, gadis itu bahkan lupa bahwa ia tengah berduka.
Di sela-sela tawanya, Bara menatap lekat wajah sayu Cleo. Dalam hati ia bertanya, apakah gadis itu bisa tersenyum seperti ini setiap hari? Apakah bisa dia menjadi alasan bahwa Cleo bahagia? Bagaimana pun, gadis itu pernah mengisi hati Bara, walaupun lelaki itu akhirnya mengaku kalah.
"Gue suka lihat lo kaya gini. So, jangan berlarut ya? Lo masih punya kita di sini," hibur Alby.
Cleo mengangguk tipis, merasa beruntung mempunyai inti Calzelions sebagai temannya.
"Ayo kita tabur bunganya," ajak Erlan mengalihkan.
Tangan Cleo mulai bergerak untuk menaburkan bunga. Sejauh ini, dia belum berani ke Makam Airlangga kembali. Tapi, ia rasa berdamai dengan keadaan akan lebih baik. Cleo berjanji, akan tetap menjadikan Airlangga sebagai rumahnya, walaupun lelaki itu sudah tak ada dalam radarnya lagi.
Laut, terimakasih sudah memeluk erat Airlangga. Saya harap kamu tidak melukainya saat maut itu datang. Saya mencintainya dengan sangat, terimakasih sudah mengembalikan cinta saya walaupun kini hanya tersisa raga tanpa nyawa. Maaf, jika saya harus membenci keindahanmu karena ini.
"I Will always love you, Kak Airlangga."
"Today and forever."
"Even if you decide to go home, disappear, and never comeback."
"Goodbye, my pilot captain."
-S e l e s a i-
Akhirnya Airlangga selesai sampai di sini💐
Terimakasih sudah menemani perjalanan dadi kapal yang indah ini. Maaf kalau kisah mereka belum sempurna untuk dikenang.
Jangan sedih ya:)
Berakhir, kisah mereka sudah selesai, dan selamat tinggal❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRLANGGA [END]
Novela JuvenilKETOS IN PUBLIC, BADBOY IN PRIVAT Airlangga, Cleo, dan mimpi mereka. Diawali dari pertemuan mereka di rooftop rumah sakit. Airlangga berhasil mencegah percobaan bunuh diri yang dilakukan Cleo. Cleo mengetahui identitas penolongnya sebagai Cavero, bu...