Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Donghyuck!"
Haechan tergelak ketika mendengar pekikkan kesal dari sang kekasih saat dia iseng mengigit nipple kekasihnya.
"Gemesin banget, sih," ucap Haechan seraya mencuri kesempatan mencium bibir sang submissive. "Kecil, merah, bikin pengen digigit terus." Pemuda itu menurunkan kaos Jeno yang tadi ia singkap ke atas.
Jeno hanya menarik napas melihat tingkah Haechan. Sudah biasa seperti ini kalau meminta cuddle.
"Sakit," gumam Jeno.
"Masa, sih? Bukannya enak, ya?" kata Haechan dengan kepala mendusel di leher sang kekasih.
Hembusan napas Haechan terasa hangat di leher Jeno, membuat pemuda itu berkali-kali memejamkan matanya.
"Lama kelamaan bakal kerasa perih," ujar Jeno.
"Oh, ya?"
Haechan tersenyum kecil memandangi wajah kekasihnya.
"Digigit ya perih," gumam Jeno. "Mau ngerasain?"
"Enggak. Hahahaha."
Haechan tertawa, lalu memeluk Jeno dengan erat, tapi penuh sayang. Sementara sang submissive hanya bisa menghela napas.
Haechan memegang tangan Jeno, menggenggamnya dengan erat. Dari celah bibirnya keluar sebuah nyanyian merdu.
"Tooku no sora niwa namae mo nai hoshi ga Bokura mitai ni futatsu. Natsu no kaze ni tobasareteshimawanu you Tsunaida chiisa na te wo hanasanai."
Kening Jeno mengernyit karena tidak mengerti arti lirik lagu yang dinyanyikan oleh sang dominan.
Haechan tersenyum, lalu kembali melanjutkan nyanyiannya.
"Migi no hoshi niwa boku no namae wo tsukete. Kimi ga yonde okureyo Hidari no hoshi niwa kimi no namae ga ne Niau yo zutto soba ni iru kara."
"Apa, sih?" gumam Jeno. "Lagu apa yang kamu nyanyiin? Kaya lagu Jepang."
Haechan kembali tertawa, kemudian mencium pipi Jeno dengan penuh sayang.
"Cari tau sendiri arti lagunya," ucap pemuda itu. "Di grup kita ada dua orang dari Jepang."
"Coba ulangi lagi, mau aku rekam, terus kirim ke Shotaro," pinta Jeno.
"Gak, ah."
Haechan tertawa pelan, mengundang decakan dari sang kekasih hati.
"Aku cuma tau kata sora. Langit," gumam Jeno.
"Kamu seindah langit," kata Haechan.
"Gak gitu," ujar Jeno sembari mencubit lengan Haechan yang melingkar di pinggangnya.
