.
.
."Kamu kalau marah nyeremin."
Donghyuck hanya tertawa pelan kala mendengar perkataan kekasihnya. Pemuda itu menggenggam tangan sang kekasih. Mereka sedang berjalan di sekitar dorm. Suasana tampak sepi. Hanya ada desiran angin yang menemani langkah keduanya.
"Mereka yang bikin aku marah," ucap Donghyuck.
Jeno melirik sang dominan. Pandangan pemuda itu terfokus ke depan.
"Cobalah buat lebih nahan diri," kata Jeno. "Kalau kamu tersulut emosi, nanti yang ada kita malah berantem."
"Akhir-akhir ini aku cukup sulit buat nahan emosi. Entah kenapa, aku sendiri gak tau," balas Donghyuck seraya menoleh ke arah Jeno, lalu tersenyum. "Kalau ada orang yang bikin bikin kesel, rasanya pengen marah."
Langkah mereka terhenti untuk sejenak.
"Termasuk ke aku?" tanya Jeno.
Donghyuck tertawa pelan, kemudian mengusap pipi sang kekasih. "Emang kapan kamu bikin aku kesel?"
"Aku tanya," balas Jeno.
"Tergantung gimana kamu bikin aku kesel," ujar Donghyuck. "Tapi, aku bakal usahain biar hal itu gak kejadian," lanjutnya. "Aku gak mau bikin kamu sedih karena ngelihat aku marah."
Jeno terdiam menatap kedua netra Donghyuck. Sampai kemudian sang dominan meraih tubuhnya ke dalam sebuah pelukkan hangat.
Setelah beberapa saat hanya diam, kini perlahan Jeno membalas pelukkan kekasihnya.
"Jangan emosi," ucap pemuda itu dengan suara pelan.
Donghyuck tersenyum tipis, lalu memberi sebuah kecupan manis di puncuk kepala sang submissive.
"Iya, enggak."
Jeno selalu bisa membuat tekanan emosi di diri Donghyuck mereda atau bahkan menghilang. Sekecil apapun cara pemuda itu untuk menenangkannya.
"Kita istirahat, ya," kata Donghyuck setelah pelukkan mereka terlepas.
"Aku mau es krim," ujar Jeno dengan suara pelan. Namun, sang dominan masih bisa mendengarnya.
"Apa gak dingin makan es krim semalam ini?" ucap Donghyuck.
Jeno menggeleng. "Aku pengen."
"Ya, udah kita beli. Tapi, dikit aja," kata Donghyuck.
Kali ini Jeno mengangguk. Lalu, keduanya kembali melangkah menuju minimarket terdekat untuk membeli es krim. Tak lupa dengan tangan yang saling bergandengan.
.
.
.Sepanjang kegiatan unit 127 hari ini, Donghyuck terlihat mendiami Mark. Ketika pemuda itu berbicara, Donghyuck hanya melirik tanpa menjawab sama sekali. Kecuali untuk kebutuhan syuting konten. Namun, itu juga tampak sangat minim interaksi. Kemungkinan para penggemar yang jeli akan menyadari hal tersebut jika konten sudah dirilis.
Sebenarnya, Mark dan 7 anggota 127 sudah sadar jika ada yang berbeda dengan Donghyuck hari ini. Mungkin Mark tahu apa penyebabnya, tapi anggota lain terlihat kebingungan.
"Kerja bagus semuanya!" ucap produser setelah syuting konten selesai. Hanya beberapa jam karena mereka masih ada jadwal lain. "Sekarang kalian bisa istirahat sebentar, lalu kita akan pergi ke Inkigayo. Semangat, semangat! Semoga kita bisa bawa piala hari ini."
Anggota 127 berucap secara bersamaan menjawab perkataan sang produser. Sebagian ada yang berharap agar bisa menang, sementara sisanya terkesan 'pasrah. Karena mereka tahu lawan kali ini masih cukup berat untuk bisa memenangkan piala musik harian.
Donghyuck beranjak ke tempat ia meletakkan tas ranselnya. Sejak tadi Mark tampak memperhatikan segala pergerakkan pemuda itu.
"Kalian ada masalah?" tanya Johnny dengan nada berbisik. "Dari tadi Haechan nyuekin lo. Biasanya suka nempel."
Mark melirik sang Kakak tertua kedua di grup. "Entahlah. Gue juga gak tau," sahutnya. Pemuda itu jelas berbohong. Sebenarnya tahu, tapi ia lebih memilih untuk tidak bercerita.
"Masa dia tiba-tiba aja cuekin lo. Pasti ada alasannya, kan?" kata Johnny.
"Bener," timpal Doyoung yang mendengar pembicaraan keduanya. "Anak itu gak mungkin tiba-tiba diem tanpa alasan."
"Tapi, gue emang gak tau dan kita berdua fine aja. Gak ada masalah sama sekali," ujar Mark masih enggan untuk berkata jujur. Karena dia sendiri tak yakin jika Donghyuck menjauhinya karena masalah semalam.
"Lo gak bisa bohong sama gue," kata Johnny dengan kedua mata yang menatap lekat sepasang netra milik Mark. "Karena mata lo bilang hal yang sebaliknya."
Mark langsung menunduk. Doyoung tampak memperhatikan segala ekspresi pemuda itu. Taeyong, Yuta dan Jaehyun terlihat berjalan mendekat ke arah mereka.
"Aura Haechan gak enak," ucap Yuta seraya menatap Mark. "Kalau ada masalah di antara kalian berdua, gue harap kalian bisa cepet nyelesai masalah itu."
Tidak ada yang menjawab perkataan Yuta. Mark sendiri masih menundukkan kepala.
"Sebenernya ada apa sama kalian?" tanya Jaehyun. "Jujur aja gue gak nyaman kalau di antara kita ada yang kelihatan gak akur kaya gini," lanjut pemuda itu.
"Lo gak mau ngomong jujur?" ujar Johnny. "Apa gue perlu manggil Haechan ke sini biar kalian langsung selesain masalah kalian berdua di hadapan kami."
"Tapi, aura Haechan beneran gak enak," ucap Taeyong. "Gue malah khawatir kalau misalkan kita panggil Haechan buat ngomong, terus nanti terjadi sesuatu yang di luar dugaan, kita meski gimana?"
"Ya, lo lihat Mark gak mau ngomong jujur kalau dia emang lagi ada masalah sama Haechan," kata Johnny. "Masalah gak bakal kelar kalau tetep diem-dieman kaya gini."
"Mungkin Mark mau nyelesaiin masalah mereka secara pribadi," ujar Taeil yang baru datang. Pemuda itu melirik ke arah Donghyuck yang terlihat tengah mengobrol dengan salah satu staff. "Kita gak perlu maksa Mark buat ngomong jujur."
Johnny terlihat menarik napas. Dia melirik Mark yang masih terdiam menundukkan kepala. Anggota lain tampak tak lagi berniat untuk mengeluarkan suara.
"Oke. Gue cuma berharap besok kalian udah kaya biasa lagi," ucap Johnny.
Akhirnya Mark mendongak, lalu perlahan mengeluarkan suara.
"Semalam gue sama dia emang sedikit ribut," kata pemuda itu. Ia menjadi pusat perhatian anggota. Kecuali Donghyuck. "Masalahnya cuma satu, dan kalian juga tau itu apa."
Johnny tampak mengernyit, tampak cukup bingung. Begitupula yang lain.
"Maksudnya?" tanya Yuta.
"Hubungan Haechan dan Jeno," sahut Mark. "Semalam setelah selesai live IG, kami sedikit ribut. Ngebahas perlakuan Haechan sama Jeno yang kelihatan aneh."
"Aneh gimana?" ucap Taeyong.
"Kalian tau sendiri karena kita udah sering ngebahas soal mereka," balas Mark.
Taeyong dan yang lain langsung terdiam setelah mereka sadar maksud arah pembicaraan Mark sejak tadi.
"Apa yang mereka lakuin semalam?" tanya Jaehyun.
"Nanti gue ceritain. Gue rasa kalau di sini gak enak. Karena---"
"Karena gua bakal denger?"
Semua anggota langsung bergeming ketika mendengar suara Donghyuck yang memotong perkataan Mark. Suara sang maknae Ilichil terdengar sangat dingin.
"Punya Kakak banyak, tapi pada gak bisa ngehargai privasi gua," lanjut Donghyuck. Tatapan mata pemuda itu terlihat menyorot tajam. "Kaya tai semua."
.
.
.
.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet(Hyuckno) Done ✅
FanfikceHubungan mereka itu rahasia. Hanya mereka yang tahu. Warning ⚠️ HYUCKNO AREA Haechan dom Jeno dub Jangan salah lapak ya,cantik. Happy Reading!