.
.
."Jen, pacaran, yuk!"
Jeno melirik ke arah Jaemin dengan kening mengkerut. "Bisa diulang?" pintanya.
"Gue bilang, ayo pacaran," ujar Jaemin dengan senyuman indah di wajah.
Jeno mengernyit. "Lo kerasukaan?"
Jaemin menggeleng. "Enggak. Gue serius," ucap pemuda itu.
Jeno menarik napas, lalu kembali pada ponsel di tangannya tanpa menghiraukan perkataan Jaemin. Dia yakin jika pemuda itu sedang becanda seperti biasa.
"Jen, ayo, pacaran," ucap Jaemin mengulang pernyataannya.
Jeno memilih abai dan terus fokus bermain game. Namun, Jaemin justru menarik dua sisi tubuhnya agar bisa berhadapan dengan pemuda itu.
"Gue serius, Jen. Lo mau jadi pacar gue?" kata Jaemin.
Jeno kembali mengerutkan kening, lalu menghela napas. "Becandaan lo itu gak lucu, Jaem."
"Karena gue lagi gak becanda, makanya gak lucu," balas Jaemin. Tatapan pemuda itu terlihat sangat serius, hingga membuat Jeno bergeming memandanginya. "Gue beneran serius. Mau jadi pacar gue, Jen?"
Beberapa saat kemudian Jeno mengalihkan pandangannya dari wajah Jaemin. Ia merasa cukup tak nyaman.
"Enggak."
Mata Jaemin sedikit melebar mendengar jawaban dari Jeno atas pernyataannya. Sebuah penolakan yang tak ingin dia dengar.
"Jen, ini gue serius, loh. Gue beneran mau kita berdua pacaran," kata Jaemin.
"Karena gue gak becanda, makanya gue serius," balas Jeno tanpa menoleh pada Jaemin. "Apa itu kurang jelas?" lanjutnya.
"Jen, lo nolak gue?" tanya Jaemin.
"Iya," sahut Jeno singkat.
"Lo jangan ngira gue lagi becanda, terus lo jadi nolak gue gini, Jen. Gue beneran serius, loh," ucap Jaemin. "Gue cinta sama lo. Dari dua tahun lalu."
Jeno menarik napas lagi, kemudian menatap Jaemin. "Lo bisa dengerin gue, Jaem?" tanyanya.
Jaemin mengangguk dengan pandangan tak lepas dari wajah Jeno yang indah.
"Mau lo serius atau lagi becanda, jawaban gue tetap sama. Enggak."
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Jeno langsung berdiri dan hendak pergi. Namun, Jaemin menahan tangannya.
"Kenapa lo nolak gue?" tanya Jaemin. Pandangan pemuda itu terlihat berbeda kali ini. Sampai Jeno merasa tidak nyaman dan sedikit takut.
"Lo cukup tau kalau gue gak mau," sahut Jeno. "Sekarang lepasin gue."
Namun, Jaemin tidak menuruti perkataan Jeno. Pemuda itu justru mencengkram kedua sisi tubuh Jeno sampai terdengar sebuah ringisan pelan.
"Pernyataan gue gak becanda, Jen. Gue serius! Gue cinta sama lo, dan gue butuh jawaban kenapa lo mutusin buat nolak gue," kata Jaemin dengan nada penuh penekanan.
"Tangan lo nyakitin gue, Jaemin," ucap Jeno seraya meringis.
"Tolong jawab. Apa alasan lo nolak gue?" tanya Jaemin tanpa menghiraukan ringisan dari Jeno. Justru ia malah semakin menguatkan cengkraman tersebut.
"Sakit, Jaemin. Tolong lepasin," kata Jeno sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan Jaemin di kedua bahunya.
"Lo harus lihat gue, Jen. Gue serius. Gue cinta sama lo. Kenapa lo justru nolak gue?" ucap Jaemin. Pandangan mata pemuda itu tampak kacau.
Jeno mencoba untuk menahan rasa sakit di bahunya. Ia menggelengkan kepala ketika netranya bertatapan dengan netra milik Jaemin.
"Lo pacar Mark Hyung," sahut Jeno pelan. "Jangan lupa soal itu," lanjutnya. "Sekarang tolong lepasin gue."
"Gue bisa mutusin Mark demi lo, Jen. Karena dari awal gue gak cinta sama dia. Dia cuma sekedar pelarian saat gue belum berani jujur sama lo," kata Jaemin. Nada suara pemuda itu perlahan berubah lebih lembut.
Jeno menggeleng. "Lepasin gue, Na Jaemin," pintanya memohon.
Jaemin semakin mengeratkan cengkramannya yang membuat Jeno kembali meringis karena benar-benar terasa sakit.
Jeno menatap Jaemin. Pandangan pemuda itu terasa dingin. Kenapa sahabatnya jadi seperti ini?
"Gue yakin ada alasan lain kenapa lo nolak gue," ucap Jaemin seraya tertawa getir. "Haechan, kan?" tebaknya. "Lo sama dia pacaran. Itu alasan utama kenapa lo nolak gue." Dia kembali tertawa. "Cowok bodoh itu yang bikin lo nolak gue."
"Lepasin gue!" bentak Jeno dengan nada dingin.
Cengkraman tangan Jaemin seketika terlepas karena pemuda itu cukup terkejut mendengar suara Jeno.
"Lo gak perlu maksain seseorang buat nerima perasaan lo. Karena gak semua orang harus jatuh cinta sama lo," kata Jeno.
Setelahnya pemuda itu langsung beranjak pergi meninggalkan Jaemin yang bergeming memandangi kepergiannya.
.
.
."Hyung udah pernah bilang ke kalian buat gak perlu terlalu ingin tau apa aja yang dilakuin sama Haechan. Karena ada saatnya dia bakal cerita, dan ada kala dia butuh privasi," kata Manager 127 yang menghampiri tempat para anggota berada.
Donghyuck sudah pergi setelah mengatakan sebuah kalimat yang mengandung kemarahan pada delapan anggota unit 127.
"Jika kalian ada di posisi Haechan, Hyung yakin kalian juga bakal ngerasa hal yang sama," lanjut Manager. "Bahkan selama ini Haechan gak pernah kelihatan ingin tau tentang apa yang kalian lakuin di belakangnya. Karena dia tau batasan diri. Seseorang butuh privasi. Apa kalian ngerti?"
Delapan anggota unit 127 mengangguk sebagai jawaban atas perkataan sang Manager. Mungkin, Manager benar. Mereka terlalu ingin tahu tentang kehidupan Donghyuck. Tanpa berpikir jika pemuda itu juga butuh privasi.
"Kalian harus minta maaf sama Haechan, dan jangan ulangi lagi kesalahan yang sama," kata Manager. "Satu hal yang perlu kalian ingat. Seorang periang kaya Haechan, bakal berubah seratus delapan puluh derajat kalau dia udah marah."
"Iya, Hyung. Kami ngerti," ucap Taeyong. "Kami bakal minta maaf sama dia. Semoga dia gak terlalu marah sama kami semua."
Manager mengangguk. "Kalian juga harus lihat situasi. Kalau kondisi hati Haechan kurang baik, tunggu sampe dia udah bisa diajak bicara," kata Manager.
"Iya, Hyung," jawab delapan anggota 127.
"Sekarang kalian siap-siap. Sebentar lagi kita akan pergi ke gedung Inkigayo."
.
.
.Donghyuck berada di dalam mobil seorang diri. Pemuda itu memilih untuk menunggu anggota lain di sana. Dia sedang malas bertemu mereka dengan jeda waktu yang lama.
Donghyuck masih tak mengerti mengapa mereka sangat penasaran tentang kehidupan pribadinya. Padahal dia sama sekali tak pernah ingin ikut campur urusan pribadi mereka semua. Karena itu bukanlah ranahnya.
Wajah Donghyuck yang semula tampak datar, kini perlahan berubah saat melihat gambar sang pujaan hati ketika ia menyalakan ponsel.
Memang hanya Jeno yang bisa membuat es di dalam tubuh Donghyuck mencair.
"Jeno lagi ngapain, ya?" gumam pemuda itu. "Gue hubungi aja, deh."
.
.
."Jaemin, lepasin gue!"
"Diem! Atau gue bakal ngelakuin sesuatu yang buruk sama lo."
Jeno hanya bisa menahan sakit ketika lagi-lagi Jaemin melakukan sesuatu padanya.
.
.
.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet(Hyuckno) Done ✅
FanficHubungan mereka itu rahasia. Hanya mereka yang tahu. Warning ⚠️ HYUCKNO AREA Haechan dom Jeno dub Jangan salah lapak ya,cantik. Happy Reading!