Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gak jadi final chapter.
. . .
Donghyuck menatap kantung plastik di tangannya yang berisi satu ikan mas berukuran kecil. Pemuda itu menarik napas dalam yang terasa sangat berat.
"Duit dua puluh juta raib cuma buat dapetin ikan sekecil lo," ucap Donghyuck dramatis. Ia menatap tajam ikan di tangannya yang mangap-mangap meminum air.
"Tapi, demi cintaku pada bini dan anak, aku rela hartaku terkuras sampai kering tak tersisa. Asyek~"
Oke. Sepertinya kewarasan seorang Lee Donghyuck sudah mulai hilang hanya karena sang belahan jiwa tengah mengidam yang cukup luar biasa aneh.
Jeno meminta dibelikan ikan mas hidup di pasar. Tidak boleh membeli di toko jual-beli ikan, harus benar-benar di pasar. Donghyuck sudah mengunjungi lebih dari empat pasar moderen di Kota Seoul, namun dari keempat pasar tersebut hanya ada satu yang menjual ikan hidup. Itu juga ikan mas hidup sangat langka karena rata-rata ikan di pasar semuanya sudah mati.
Belum lagi Donghyuck harus berdebat dengan seorang Ibu-ibu yang juga menginginkan ikan mas hidup untuk keperluan sekolah anaknya.
Setelah berdebat panjang lebar kali tinggi serta dengan berbagai macam cara, akhirnya Donghyuck bisa mendapatkan ikan mas tersebut. Dia menang melawan Ibu-ibu. Namun, Donghyuck harus merelakan uang sebesar dua puluh juta hanya untuk seekor ikan mas berukuran kecil. Padahal harga ikan mas itu hanya lima puluh ribu.
"Oke, boy! Sekarang kita pulang. Ibu Negara udah nungguin dari tadi. Nanti dia keburu ngamuk. Bisa bahaya gue gak dapat jatah malam ini."
Daripada kewarasan Donghyuck benar-benar menghilang di pasar, lebih baik dia segera pulang.
"Hm, gue cek dulu barang pesanan Jeno, deh. Nanti kalau ada yang kurang gue bisa kena amuk," gumam Donghyuck setelah sampai di tempat parkir.
Pemuda itu membuka pintu bagasi mobil untuk mengecek segala barang pesanan sang kekasih.
"Panci, wajan, spatula, bunga lili hidup, bunga lavender, apel hijau, jeruk, jambu air, mangga, bengkuang, alpukat, jambu biji, pepaya, stoberi, daun bawang, daun seledri, kembang kol, kubis, daging, kaki ayam, terang bulan, brownies, cookie, cheesecake, roti melon, roti tawar, donat glaze, kentang goreng, burger, gantungan tas seratus biji sama boneka Dino. Oke lengkap."
Donghyuck menyebutkan nama-nama barang serta makanan yang dipesan oleh Jeno dengan sekali tarikkan napas seperti seorang rapper.
"Makanan manis ini pasti bakal berakhir di perut gue lagi," gumam Donghyuck yang sudah hapal saat Jeno menginginkan sesuatu ia yang akan menghabiskannya. Sang kekasih hanya memakan sedikit atau bahkan sekedar mencium aromanya saja.
"Tapi, ngapain Jeno nyuruh beli spatula, panci sama wajan? Padahal di rumah udah banyak," gumam Donghyuck lagi. Pemuda itu menggelengkan kepala. "Bodolah. Mending sekarang pulang."