Backstreet-11-

11.3K 732 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Haechan tidak menginginkan penjelasan dari sang kekasih. Cukup dengan dihampiri, maka ia akan luluh. Semudah itu.

"Udah makan?"

Jeno bertanya saat Haechan tak juga mengeluarkan suara. Pemuda itu sedang berbaring di tempat tidur dengan pahanya yang menjadi bantalan. Mata sang dominan terpejam dan ia mengusap rambutnya dengan perlahan.

Haechan mengangguk sebentar tanpa mengeluarkan suara. Tampak menikmati usapan lembut kekasihnya.

"Aku mau sesuatu." Jeno bergumam pelan, entah sang dominan mendengar atau tidak.

"Mau apa?"

Ternyata Haechan memang memiliki pendengaran yang tajam.

"Jalan," sahut Jeno.

Haechan membuka matanya. "Sekarang?" Ia bertanya yang dibalas anggukkan kepala dari Jeno. "Ke mana?"

Jeno mengambil sebuah tiket menonton film di atas meja nakas yang ia beli setelah makan siang tadi.

"Kapan kamu beli ini?" tanya Haechan sembari mengambil tiket di tangan kekasihnya.

"Tadi," sahut Jeno. "Mau ke sana," lanjutnya.

Haechan melirik jam di dinding. Sudah cukup sembilan malam lewat sedikit. Sedangkan tiket film yang dibeli sang kekasih tayang jam sepuluh malam.

"Ya, udah, aku ke kamar mandi dulu buat cuci muka, lalu ganti baju, abis itu kita jalan," kata Haechan seraya bangun. Ia mencium bibir sang kekasih beberapa saat, sedikit melumatnya sebentar. "Tapi, kamu udah makan malam, kan?"

Jeno mengangguk. "Iya, tadi bareng sama yang lain," sahutnya. "Aku ke kamar dulu. Mau bilang kalau bakal keluar."

"Oke. Sekalian ganti bajumu," ucap Haechan seraya berjalan ke kamar.

"Iya."

.
.
.

"Heh, lo mau nonton film bareng Haechan? Sekarang? Berdua doang? Serius?"

"Pertanyaan lo banyak amat, udah kaya wartawan," cibir Renjun membalas perkataan Jaemin.

Pemuda itu mendengus sebal. "Lo mah gitu sama gue."

Renjun tidak peduli dan kembali fokus bermain game dengan Adik-adiknya. Sementara Jeno hanya melirik sekilas, lalu mengambil jaket dari lemari.

"Nonton apaan malam-malam gini, sih?" tanya Jaemin penasaran.

"Apa aja," balas Jeno seadanya.

"Yaelah. Gue boleh gak, nih? Bosen juga di dorm mulu dari siang tadi," kata Jaemin.

Renjun memberi tatapan malas. "Ngapain lo ikut segala? Mereka mau ngabisin waktu berduaan kali, pake diganggu."

"Lah?" Jaemin bingung.

"Hal wajar yang dilakuin oleh sahabat ketika ketemu," kata Renjun. "Lagian lo lihat yang lain. Pada anteng gak minta ikut." Ia menunjuk Shotaro, Chenle, Sungchan dan Jisung yang tampak tidak tertarik karena terlalu fokus bermain game.

"Cih!" Jaemin mendecih sambil manyun.

Jeno melirik. "Gue cuma beli dua. Lagian kalau ngajak kalian suka gak mau. Sedangkan Haechan beda," kata pemuda itu.

"Iyalah, iyalah. Pergi sono! Tapi, jangan terlalu malam. Kasian si Haechan masih ada jadwal," ucap Jaemin. Sementara Renjun hanya melirik saja tanpa bersuara.

Jeno bergumam entah apa, lalu dia berpamitan. "Gue pergi dulu."

"Yoi. Kalau sempet, bawa makanan, ye."

"Iya."

.
.
.

"Udah pamit sama yang lain?" tanya Haechan ketika melihat kekasihnya keluar dari kamar.

Jeno mengangguk. "Mereka masih fokus main," sahutnya.

"Ya, udah, lebih baik sekarang kita berangkat. Takut kena macet di jalan. Nanti filmnya keburu dimulai," kata Haechan sembari mengulurkan tangan menyuruh sang kekasih untuk menggenggam tangannya.

"Kita ke Apartment aja," gumam Jeno.

Haechan jelas bingung. "Katanya mau nonton?"

Jeno menggeleng, lalu memberi senyuman memikat pada sang dominan.

"Daripada itu, gak mau ngelakuin hal lain?" balasnya.

Haechan menaikan sebelah alisnya. "Hm, tumben kamu kaya gini?"

Jeno mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kekar sang dominan. "Gak mau?"

Haechan tertawa, lalu memberi ciuman sayang di pelipis sang kekasih. "Gak mungkin aku lewatin."

Keduanya sudah berjalan keluar dari dorm dan hendak masuk ke mobil Haechan.

"Tapi, ada syaratnya," kata Jeno.

Genggaman tangan mereka terlepas. Haechan membuka pintu mobil di samping pengemudi, menyuruh sang kekasih untuk masuk.

"Syarat apa?" tanya pemuda itu.

Jeno memandangi Haechan dengan lekat dalam beberapa saat, sebelum senyum tipisnya terlihat.

"Aku yang andil malam ini. Kamu cukup diam aja menerima tanpa ngelakuin sesuatu. Gimana?" ucap Jeno.

"Hm, menarik, sih. Tapi, apa kamu yakin bisa?" tanya Haechan sembari menyungingkan senyuman kecil.

"Kamu ngeraguin aku?" balas Jeno. Tatapannya terlihat berbeda dan Haechan hanya bisa tertawa.

"Oke. Kita lihat nanti. Sampai mana kamu bisa bertahan menguasai permainan," ucap Haechan.

"Diterima," sahut Jeno. Dia mendorong sang dominan untuk menyingkir dari dekatnya, lalu menutup pintu mobil. "Ayo, jalan."

Haechan tertawa melihat tingkah sang kekasih yang beda dari biasanya. Tapi, biarlah. Justru ini kesempatan bagus untuknya.

.
.
.

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

Pendek, yaa. Hmmm aku lagi agak badmood.






Backstreet(Hyuckno) Done ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang